Bab 4

24 4 0
                                    

Disekolah tak ada yang ada dalam fikirannya selain mencari Aksa, melewati kelasnya ia menuju kelas Aksa yang bersebelahan dengan ruang Guru. Hanya tinggal lima menit lagi lonceng Apel berbunyi, langkahnya dipercepat dan memanjang. Sesampainya dikelas Aksa, Bia langsung berdiri didepan Aksa yang sedang menatap luar jendela.

"ini punya kamu kan?" sambil meletakkan kertas putih di meja, dengan posisi badan berpaling dari Aksa karena Bia tahu Aksa akan histeris jika melihatnya lagi. Semua murid yang dikelas itu hanya diam melihat Bia yang murid kelas 9B masuk di 9A. bagi mereka ini adalah pemandangan yang langkah sekaligus aneh melihat seorang murid berbicara dengan Aksa.

Kali ini Bia benar, cara Bia memalingkan wajahnya berhasil membuat Aksa tenang, pandangan Aksa terpaku pada kertas putih dimeja. Ia langsung mengambilnya dan menyelipkan kertas itu dibalik buku dan kembali memandang luar jendela.

Melihat Aksa yang tenang dan melihat jam dinding yang tinggal dua menit lagi, sebelum lonceng berbunyi, Bia mencoba memalingkan wajahnya kearah Aksa.

"wajah aku sakit karena kamu kemarin, kamu harus tanggung jawab" sambil menunjukkan pipinya kearah Aksa yang tentunya Aksa tak melihat sama sekali. Dan loceng akhirnya berbunyi, semua murid keluar kelas untuk Apel.

"aku akan kembali, kamu, Aksa, harus tanggung jawab" Bia pun jalan keluar kelas namun didepan pintu ia berhenti.

"Aksa, Apel"

Teman sekelas Aksa lewat dan berbicara "Aksa emang nggak sering ikut Apel, ya... suka suka dialah"

Mendengar kata itu Bia melihat kearah Aksa dan berteriak "Aksa, kalau kamu ngga ikut Apel, aku akan nyebarin isi kertas itu kesemua murid disekolah ini termasuk Guru"

Mendengar ucapan itu Aksa bergerak, ia membuka buku yang ada kertas itu didalamnya, mengambilnya, melipat, dan memasukkannya kedalam saku dan tiba-tiba ia berdiri keluar kelas melewati Bia yang berdiri didepan kelas. Melihat kejadian itu Bia tersenyum dan mengacungkan jempol kearah Aksa.

...............

Lonceng istirahat berbunyi, Bia berdiri, bergegas dan berjalan menuju kearah siapa lagi kalau bukan laki –laki kecil yang ingin ia jadikan teman itu. Dijalan ia melewati Ibu Haida dan memberikan senyum. Ibu Haida mengisyaratkan dengan mengepalkan tangannya "semangat".

Sampainya dikelas ia tak melihat sosok itu, kemana dia, pulang? Kantin? Nggak mungkin.

"Aksa mana?" Tanya Bia pada teman sebangku Aksa

"tuh" sambil menunjuk luar jendela dengan wajahnya

"dia ngapain?" Tanya Bia

"mana gue tahu, lu kan temannya"

"teman?" mendengar ucapan teman Bia senyum-senyum sendiri, ia berharap Aksa akan secepatnya menjadi temannya.

Tak mengulur waktu Bia langsung menyusul Aksa disamping kelas. Disamping kelas itu ada kolam ikan tapi sudah lama tak terpakai karena murid-murid sering jail menaruh makanan apa saja dikolam dan membuang sampah dikolam itu sehingga mengakibatkan ikan didalamnya tak nyaman dan mati.

Terlihat Aksa sedang melakukan sesuatu dengan kertas dan pensil, ia seperti mencoret-coret sesuatu. Bia yang penasaran mendekatinya namun kehadirannya cepat diketahui oleh Aksa. Takut Aksa akan bereaksi Bia segera memalingkan badannya. Dan terdengar suara langkah yang mendekatinya, memegang pundak, dan orang itu muncul didepan Bia. Sosok yang tingginya setara dengan tingginya, ia melihat kearah wajah sebelah kanan Bia, dan mengambil sesuatu dari sakunya, plester ditempelkan dipipinya. Dalam kejadian itu Bia hanya bisa diam walau jantung rasanya ingin sekali loncat keluar dari dada. Setelah menempelkan plester laki-laki itu pergi.

We (Bahkan "I love you" tak cukup mewakili perasaan)Where stories live. Discover now