Bab 2

42 8 3
                                    

"dimana aku?" Tanya bia pada petugas UKS yang berdiri disampingnya

"kamu tadi pingsan dikelas" jawabnya

Dengan kepala yang masih sedikit pusing Bia mencoba mengembalikan sadarnya kembali. Setelah sepuluh detik tiba-tiba ia langsung bangun "anak itu"

"siapa?"

"Aksa, dimana dia?"

"dia sudah pulang"

"dia mencoba menyelamatkanku" kata Bia dengan memastikan ingatannya

Terdengar suara pintu terbuka "Bia? Kamu sudah sadar?" Tanya Ibu Haida wali kelas Aksa

"iya bu, Alhamdulilah. Bu? Bia boleh tahu nggak alamatnya Aksa?"

"ada yang ingin Ibu ceritakan ke kamu"

"cerita apa Bu?" Tanya Bia mulai bingung

"Astrid, Ibu mau ngomong berdua dulu dengan Bia" kata Ibu meminta Astrid petugas UKS untuk keluar ruangan

"baik Bu" Astirdpun segera keluar dari ruangan

Sambil memegang tangan Bia, terlihat Ibu ragu-ragu untuk menceritakan sesuatu yang mungkin ini bersifat rahasia, atau aku bakal dikeluarin dari sekolah karena udah bikin keributan tadi, pikir Bia cemas.

"Bu?"

Sesekali Ibu menatap Bia dan meremas tangan gadis kecil itu "kamu jangan dekat-dekat Aksa lagi ya"

Bia pun kaget dan langsung turun dari tempat tidur UKS "kenapa Bu?"

"Aksa nggak normal, Bia. Kalau kamu masih terus dekati dia, dia akan bikin rusuh seperti yang tadi, coba lihat kamu sampai pingsan"

"nggak, ini bukan salah Aksa, Aksa mencoba menyelamatkan aku, hanya saja aku nggak ngerti dia ngomong apa tadi. Aksa mencoba menyelamatkanku dengan teriakan "aaa sssss" dan aku sekarang tahu Bu, bahwa maksud dia adalah atas, dan tiba-tiba saja plafonnya runtuh"

"walau seperti itu, Aksa bukan anak normal. Dia masuk disekolah ini saja karena Ibunya adalah donator setia disini"

"maksud ibu? Karena Aksa nggak normal dia nggak boleh punya teman?. Terus apa gunanya dia ada disini kalau dia nggak boleh punya teman?"

"Bia! kamu masih terlalu kecil untuk mengeti apa yang terjadi pada Aksa"

"Spektrum Autis" Bia menatap serius

Ibu Haida langsung terdiam kaget dengan ucapan barusan "apa yang akan kamu lakukan dengan orang seperti itu?" Tanya Ibu

"Autisme bukanlah penyakit kejiwaan kerena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak, sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal. Autisme memang tidak bisa disembuhkan namun kita bisa membantu dia mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi dan meninggalkan perilaku negative. Dan bagaimana Aksa bisa berkomunikasi dengan baik dan berperilaku pisitif, kalau Guru disekolah saja tidak mengizinkan muridnya berteman dengan Aksa"

Untuk yang kedua kalinya Ibu Haida terdiam dan kali ini mungkin berfikir apa yang dikatakan anak empat belas tahun itu benar "dari mana kamu tahu soal itu?"

"Aku membacanya di Internet dan buku. Bu, izinkan aku dekat dengan Aksa. Aku janji aku akan jaga Aksa dan nggak akan ada keributan seperti tadi lagi"

"ini alamat Aksa, kamu hati-hati"

Tak tahu kata apa yang bisa mewakili perasaan Bia, saat dia menggenggam kertas putih berisi alamat Aksa. Bia hanya bisa menari-nari dan tersenyum "makasih bu" dan yang ingin ia lakukan sekarang adalah menemui Aksa.


We (Bahkan "I love you" tak cukup mewakili perasaan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang