Arabella memicingkan sebelah mata. "Kau pikir aku sudi menerima perintahmu?"

"Gadis bodoh! Kita lihat saja siapa yang nantinya berakhir paling menderita," gumam Mr. Jones tidak senang. "Cepat kalian kembali ke dalam kamar!"

"Tolong pelankan suaramu dulu," pinta Darwin sambil ketakutan. "Beri kesempatan aku berbicara."

Mr. Jones perlahan melangkah maju. "Kalian berdua adalah manusia tidak berguna! Sampah masyarakat!" serunya diikuti gelak tawa. "Aku bisa saja menghabisi nyawa kalian saat ini juga, namun sayangnya aku masih membutuhkan kau—ia mengarahkan pistol ke arah Arabella—untuk hidup walau hanya sampai malam ini."

"Aku ... aku bisa jelaskan semuanya," ujar Darwin terbata-bata, nyaris mengeluarkan air mata. "Sebenarnya aku punya rencana cadangan, rencana yang jauh lebih menguntungkan ketimbang mengajak kedua orang tuaku terlibat. Aku membutuhkan sosok orang dewasa untuk memberikan masukan dan kebetulan saja kau hadir. Kau tahu kan maksudku?"

Mr. Jones membuang muka, tampak tidak tertarik. "Bagaimana bisa aku percaya setelah belum lama ini kau membuat orang tuamu teler? Aku bersumpah tidak akan mengotori kedua tanganku hanya untuk menyeret kalian berdua ke dalam kamar."

"Tunggu ... kau ingin uangku, bukan?" tanya Arabella. "Kau bisa ambil seluruh hartaku. Aku sudah muak dengan harta yang kupunya. Aku ingin hidup tenang dan bebas tanpa orang-orang jahat yang selalu mencelakaiku. Aku sama sekali tidak butuh harta, yang kubutuhkan hanyalah keluarga. Aku ingin punya keluarga yang bisa melindungi dan menyanyangiku apa adanya. Jika boleh memilih, aku ingin kedua orang tuaku kembali daripada harus memiliki harta terkutuk ini. Oh Tuhan ... mengapa jalan hidupku sungguh berat sekali?"

Darwin melirik Arabella dari sudut mata. "Ya, itu dia rencananya," katanya menyetujui. "Arabella mengatakan jika ia ingin memeberikan seluruh hartanya secara sukarela. Kalau kau tertarik, mungkin kita bisa duduk berdiskusi dan bersenda gurau sambil menghisap cerutu."

"Omong kosong! Lelucon murahan macam apa ini? Sudah cukup basa-basinya bedebah!" seru Mr. Jones berang, sedetik kemudian ia melepaskan kembali satu tembakan ke langit-langit sebagai peringatan.

Suara letusan itu membuat Arabella memekik ketakutan, sementara Darwin tidak dapat lagi menahan rasa ingin buang air kecil. Beruntung saat itu ia mengenakan celana Jeans berwarna gelap sehingga dapat tersamarkan.

"Apa yang kukatakan terdengar seperti lelucon bagimu?" tanya Arabella meyakinkan. "Jika kau menginginkannya, kita bisa menghubungi mantan Pengacara ayahku dulu. Dia tahu apa yang harus dilakukan, dan aku dengan senang hati memberikan seluruh hartaku kepada orang yang tepat, yaitu kau Mr. Jones."

Raut wajah Mr. Jones berubah seketika. "Kalau memang yang kau katakana itu benar, aku ingin si pirang bodoh ini yang menjadi jaminan," katanya seraya mengedikkan dagu ke arah Darwin. "Jika dalam kurun waktu 24 jam seluruh hartamu tidak berpindah tangan kepadaku, maka si pirang bodoh ini akan kujadikan santapan piranha, dan kau—ia menudingkan jari telunjuk ke Arabella—suka atau tidak akan kujadikan istri ketika umurmu berusia 18 tahun."

Darwin memasang tampang jijik. "Bukankah tadi kau ingin membunuhnya?"

"Kurasa aku berubah pikiran."

"Aku setuju!" seru Arabella menyetujui. "Tapi ada satu syarat."

"Apa syaratnya?"

Sedetik kemudian sebuah pukulan keras mendarat tepat di bagian belakang kepala Mr. Jones. Detektif itu jatuh tersungkur sampai mencium lantai kayu. Sakit di kepalanya semakin menjadi begitu ia mencium aroma darah yang muncul dari kepalanya, meski begitu Mr. Jones masih memiliki sedikit kesadaran dan sisa tenaga untuk bergerak. Di belakangnya menjulang sosok raksasa Nigel yang berdiri penuh percaya diri. Dia menunjukkan senyuman khas iblis sambil menggenggam erat tongkat bisbol layaknya pemain profesional.

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: May 06, 2020 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

Arabella & The Waterhouse FamilyOnde as histórias ganham vida. Descobre agora