Bercerita

489 11 1
                                    

Setelah mobil taksi meninggalkan pekarangan rumah Nadilapun masuk kedalam rumah yang sudah satu bulan ini ia tempati. Ya, rumah siapa lagi kalau bukan rumah Nicole-bos-nya.

Ia berjalan dengan langkah gusarnya , keadaan rumah tampak gelap sepertinya semua orang sudah tertidur nyenyak. Come on Nadila jam berapa ini , kamu terlalu membuang waktu untuk menemani Randi makan malam yang hanya modus kepadamu. Dan parahnya lagi besok ada jadwal rapat penting dengan investor-investor perusahaan sungguh paket komplit untuk Nadila.

Ctrek 
Kemudian seluruh rumah kembali terang dan menampakan Nicole tengah berdiri dihadapan Nadila "Jam berapa ini!" bentak Nicole wajahnya begitu dingin sepertinya dia belum tidur , apakah dia menunggu dirinya? Sepertinya...

"Maafkan kan saya Pak..." Ucap Nadila lirih sambil menundukan kepalanya , dirinya diam memantung tak berani bergerak dengan tangan kanannya menenteng sepatu heelsnya

Mendengar suara Nadila seperti itu amarah Nicole yang sedari tadi menggebu-gebu kembali mereda.Rencana awal dia ingin mengerjai Nadila dengan memarahi gadis itu habis-habisan , ia urungkan  karena melihat reaksi Nadila yang ketakutan akan bentakannya barusan. Pria itu menghampiri gadis dihadapannya tangannya tergerak mengelus kepala Nadila

"maaf..." ucap Nicole entahlah ia merasa bersalah sudah membentak gadis itu. Dirinya memang pria bodoh bahkan dia tidak bisa bersikap lembut terhadap wanita sifat dingin,tempramen,dan mudah marah sudah mendarah daging.

Nicole meninggalkan Nadila sendirian diruang tengah , setelah merasa dirinya seorang Nadilapun memberanikan diri berjalan kekamarnya. Hiks..hiks..hiks...gadis itu menangis , diam-diam Nicole memperhatikan Nadila dari atas.

Sungguh rapuh gadis itu apakah bentakan Nicole separah itu hingga membuat gadis itu menangis tragis. Setelah membershikan dirinya gadis itupun menghempaskan tubuh mungilnya keatas kasur , matanya mentap langit-langit kamarnya pikirannya kembali memutar kejadian dikedai ramen.

Nadila memang bodoh mengapa dia terlalu berharap kepada Randi? Kebaikan Randi selama ini hanyalah sebatas atasan dan bawahan tidak lebih. Tapi perasaannya sudah terlanjur menjatuhkan hatinya kepada pria yang berhasil menghancurkan hatinya dalam semalam itu.

***

Otaknya kembali memutar kejadian semalam dan kembali membuat hati Nadila sakit , bahkan ia tidak berserela untuk sarapan pagi ini. Setelah menyiapkan makanan untuk bos-nya Nadilapun berangkat ke kantor.

Ia berangkat dengan wajah pucat dan mata bengkaknya bahkan polesan make up-pun tidak cukup untuk menutupi kesedihannya. Bus menuju kantor telah datang , gadis itupun bergegas masuk bersama dengan para pekerja lainnya. Matanya menangkap pasangan yang duduk didekatnya sungguh manis sekali mereka berangkat ke kantor bersama.

Nadila memalingkan wajahnya ia memilih menatap kearah luar jalan raya yang ramai dengan kendaraan. Pagi ini Jakarta tidak terlalu padat perjalanan ke kantorpun tidak diselimuti dengan drama macet-macetan.

"Selamat pagi Ibu Nadila"

Itulah sapaan hangat dari para pegawai ketika Nadila masuk ia membalasnya dengan senyuman dan balas menyapa. Sebenarnya para bawahannya memiliki usia lebih tua dari dirinya maka Nadila segan untuk diperlakukan seperti itu.

Hari ini Nadila harus menyiapkan rapat , sepertinya 'memperisiapkan rapat' sudah menjadi rutinitasnya selama menjadi asisten Nicole.  Bahkan gadis itu sudah hapal apa yang harus disiapkan didalam rapat.

"Apakah semuanya sudah siap?"

Suara itu sedikit mengejutkan Nadila yang tengah berkutat dengan infocus-nya

My BosWhere stories live. Discover now