Selamat datang

420 14 1
                                    

Mata dingin itu terus fokus kepada jalan raya dihadapannya. Nicole baru pulang ketika dirinya ditelpon oleh Arin bahwa kondisi Irene tiba-tiba saja kritis.

Untungnya dirinya mendapatkan penanganan cepat.

Tiba-tiba saja matanya melihat orang yang tak asing baginya

"Gadis itu..."

Dirinya kemudian memberhentikan mobilnya , dan keluar untuk melihat seseorang yang kini tengah terbaring tak sadarkan diri di pinggir jalan.

Firasatnya benar, orang itu adalah Nadila gadis yang melamar menjadi asistennya.

Sungguh mengejutkan kondisinya, kepalanya mengeluarkan cukup banyak darah dan ada beberapa lebam di lengannya.

Segera Nicole membawa gadis itu.

***

Mata lentiknya perlahan terbuka dan melihat sekelilingnya putih , ya tuhan apakah Nadila sudah di alam baka?

Penglihatannya belum begitu jelas, sungguh malang nasib Nadila. Mengapa dirinya mati secara tragis seperti itu "Dasar pria pria berengsek" 

"Kamu sudah sadar?" Nadila mendengar suara seseorang apakah dia malaikat?

Kemudian matanya melihat seorang pria berdiri dihadapannya

"Apakah aku sudah mati?" gumam Nadila

"Kau beruntung nyawa mu terselamatkan" jawab Pria dihadapnnya, penglihatannya tidak begitu jelas.

"Aisshhh, kenapa aku tidak mati saja" Nadila menepuk jidatnya , seketika ia meringis kesakitan karena dia tanpa sengaja menepuk luka di kepalanya

"Dasar cewek bodoh!" ucap Pria tersebut ketika melihat tingkah Nadila barusan

"Pak bo..ss?" gugup Nadila karena ia mengenali pemilik suara dingin itu.

"Kamu jangan terlalu berfikir keras, cepatlah sembuh dan kemudian  lakukan pekerjaan mu!" Jelas pria yang sudah ia ketahui bahwa itu Nicole.

Setelahnya pria itu kemudian menghilang entah kemana.

Kenapa dia bersamanya? Apakah dia yang menyelamatkan dirinya?

Pertanyaan itu terus menghantui fikiran Nadila, "Arggghh..." tiba-tiba kepalanya sakit kemudian gadis itu tak sadarkan diri kembali.

Tiga hari kemudian

"Selamat pagi Mrs.Nadila" sapa seorang wanita berkacamata dan lengkap dengan jas dokter.

"Pagi Dokter Arin" balas Nadila dengan senyuman

"Syukurlah , hari ini aku akan memberimu kabar baik"

"Apa itu?" tanya Nadila

"Hari ini kamu sudah bisa melakukan aktivitas mu,sayang" Balas Arin dengan senyum gemasnya kemudian mengacak puncak rambut Nadila

Padahal Nadila meminta kepada tuhan agar lukanya tidak perlu disembuhkan agar dia bisa bermalas-malasan saja di kasur empuk ini.

"Terimakasih dokter, sudah merawatku dengan baik selama ini" Ucap Nadila

"Sama-sama sweetie , semoga hari-hari mu menyenangkan. Ya sudah aku pamit dulu, bye..." Ucap Arin, kini tugasnya sudah selesai untuk merawat Nadila si gadis malang itu.

Setelah selesai membereskan alat-alatnya wanita itupun pamit untuk pergi dan kembali kerumah sakit.

Kemudian masuklah pria dingin itu.

"Bagaimana?"

Nadila tidak mengerti maksud omongan Nicole barusan.

"Iya?" Nadila balik bertanya

Arggh, mengapa secanggung ini mereka. Nicole sang makhluk dingin dan Nadila makhluk kaku , sungguh menyedihkan.

"Hari ini kamu harus bekerja" Nicole membuka percakapan.

Kini dalam hati Nadila mendadak terdengar gemuruh  , bahkan bisa-bisanya bos barunya ini menyuruhnya bekerja.

Padahal dia baru pulih dari sakitnya , menyebalkan sekali.

"Bapak tidak perlu khawatir, saya akan bekerja dengan baik" jawab Nadila dengan begitu tegasnya.

Sebenarnya jantungnya kini berdegup kencang, syukur saja tidak ada yang bisa mendengarnya.

"Baiklah" kemudian pria berjas hitam itupun pergi meninggalkannya.

Dengan tampak ragu Nadila bangun dari tempat tidurnya , dan berniat untuk membersihkan diri.

Masih tidak bisa dipercaya, ketika Nadila membuka lemari pakaian. Ternyata isinya barang miliknya, bahkan seingat Nadila sebelum terjadi insiden itu dirinya belum sempat kembali kerumah.

Nicole sangat mudah untuk mencari alamat rumahnya dan membawa semua barang miliknya.

"Pria itu sangat aneh" gumam Nadila, tubuh mungilnya kini tengah duduk di pinggir ranjang dan memandangi dirinya dihadapn cermin.

"Mengapa dia begitu membutuhkan asisten? Dan surat perjanjian itu juga sangat aneh. Ahhhhk... Bahkan kini aku seperti tahanan saja" Nadila mengacak-acak rambutnya yang masih basah.

Bahkan ia enggan untuk mengerikan rambutnya, dirinya sengaja mengulur waktu. Agar tidak berhadapan dengan pria itu , moodnya bisa-bisa hancur seketika.

Apa kabar jika dirinya yang harus bekerja selama 24 jam dengan manusia berhati dingin itu.

Merasa dirinya menunggu terlalu lama , Nicolepun beranjak dari meja makan.

Kemudian pria itupun menghampiri kamar Nadila , tubuhnya sudah dihadapan pintu tapi tangannya enggan untuk mengetuknya.

Gengsi Nicole sangatlah tinggi. Fikirnya jika ia yang mendatangi Nadila terkesan bahwa dirinya mengemis kepada gadis itu.

Pria itu mengurungkan niatnya kemudian berbalik untuk pergi

"Saya sudah siap..."

Suara itu  , berhasil membuat Nicole berhenti melangkah. Nadila kini dihadapannya dengan penampilan yang sudah rapih.

Nicole terpaku ketika melihat gadis muda itu bisa bertansformasi menjadi seperti wanita dewasa dengan busana casualnya.

"Mari kita mulai bekerja" ucap Nadila sekali lagi dengan begitu percaya diri.

Kemudian mereka berduapun melangkah bersama.

' Welcome to the world, Mrs.Nadila '


My BosWhere stories live. Discover now