Ramen dan Sahabat

330 7 0
                                    

Setelah semua pekerjaannya selesai Nadila bergegas bersiap-siap. Tawaran Randi tadi siang yang mengajaknya makan malam bersama adalah alasan Nadila begitu semangat untuk segera pergi dari kantor.

Jarinya mengetik sesuatu dia berniat mengirim pesan kepada Randi

For: Pak Randi
Pak, saya akan tunggu di loby

Rasanya sekarang seperti ada kembang api yang tengah bersemarak di hatinya , entahlah Nadila tidak mengerti kenapa perasaannya seperti ini ketika berhadapan dengan Randi.

Sejak awal pertemuannya ketika melamar ke perusahaan ini hingga Randi dengan senang hati membantu Nadila ketika dalam kesusahan.Itu semua begitu abstrak untuk diungkapkan , entah Nadila yang begitu terbawa perasaan atau memang Randi juga memiliki persaan kepadanya.

Nadila memasuki lift menuju loby dilantai dasar , dia bertemu dengan Sela sepertinya Nadila harus menularkan kebahagiaannya ini kepada sahabatnya.

"Aaaaa Sela.... lo tau gak" tanya Nadila seperti bukan pertanyaan

"Ada apa Nad, keliatannya lu lagi bahagia" Sela yang melihat ekspresi Nadila yang begitu tampak bahagia membuat dirinya penasaran mengapa sahabatnya ini begitu senang.

"Gue bakalan makan malam sama Pak Randi!" jerit Nadila kemudian memeluk Sela "Sel,gue seneng banget"

Deg!

Hati Sela terasa sakit begitu mendengar kalimat itu , mendadak dirinya kaku tidak merespon pelukan Nadila.

"Gue turut bahagia Nad" suara Sela terdengar serak , dia menahan rasa sakit yang sedari tadi ingin ia luapkan.

Setelah berpisah dengan Nadila di loby kantor kemudian dirinya berjalan kearah toilet.

"Hiks...hiks...hiks..." suara isakan itu terdengar dari dalam toilet , pemilik dari isakan itu ialah Sela. Matanya memandangi wajahnya lewat cermin, dia melihat matanya sudah sembab membuktikan bahwa dia memang sudah lama menangis.

Sela tidak mengerti mengapa dirinya bisa serapuh itu , setelah mendengar bahwa Nadila akan makan malam bersama dengan Randi. Apakah responnya tampak berlebihan? Kendati dirinya hanya seorang pengagum rahasia , yang sudah lama menyimpan rasa pada atasannya itu.

Bahkan jika diamati selama ini, tatapan Randi terhadap Nadila begitu dalam , sepertinya mereka sama-sama suka satu sama lain. Sela harus mengikhlaskan ini, mungkin Nadila lebih pantas dengan Randi daripada dirinya

"Kenapa kamu begitu berharap sih,Sel. Jelas-jelas Pak Randi sukanya sama Nadila bukan sama kamu!" ucap Sela kepada dirinya dihadapan cermin.

Dor..dor..dor kemudian pintu di ketuk dengan kencang dari arah luar. Sela tersentak kaget, apakah itu Nadila? Tidak mungkin, pasti sekarang dirinya sudah bersenang-senang dengan Randi.

Sela menggenggam knop pintu kamar mandi dan muncul sosok perempuan berbaju biru dengan bacaan "Petugas Kebersihan" diatas sakunya yang dibordir.

Perempuan itu tersenyum ramah ketika pintu terbuka , Sela bernafas lega karena bukan Nadila yang datang. Pasti dia akan bingung jika menemui dirinya dalam keadaan mengenaskan , dengan eyeliner yang luntur karena terlalu lama menangis

"Permisi mbak..." sapa Office girl tersebut dengan perasaan kaget karena melihat penampilan Sela yang sedikit berantakan. Perempuan tersebut bisa menebak bahwa wanita dihadapnnya itu habis menangis , kamar mandi memang paling tepat untuk meluapkan kekecewaan. Sela segera menghapus jejak air matanya dan eyeliner yang berantakan dengan membilasnya ia tidak mau dunia melihat dirinya rapuh.

Kemudian Office girl itu pergi setelah menyelesaikan pekerjaannya dikamar mandi dan kembali menyisakan Sela sendiri. Dan tangis Sela kembali pecah...

***

Hari ini memang hari yang buruk , setelah selesai merapihkan penampilannya yang kacau akibat menangis. Sela kemudian beranjak keluar kantor , entah kenapa diwaktu seperti ini perempuan itu tiba-tiba saja merindukan rumah dan ibunya. Ya,dia adalah seorang Yatim memang anak perempuan yang tangguh.

Sela berjalan keluar hendak meninggalkan kantor akan tetapi dirinya tak sengaja menabrak seseorang yang jangkung dari ukuran tubuhnya

"Maaf ...." Sela menundukan kepalanya  kemudian berniat untuk beranjak pergi. Tetapi niatnya gagal karena sosok jangkung yang diketahui adalah Pria itu menarik lengan Sela untuk berhadapan dengannya

"Hai nona mau kemana cepa-cepat sekali?" ucap pria tersebut dengan suara menggodanya.

Sela menatap pria itu , dia cukup tampan walau tubuhnya agak terlalu tinggi tapi wajahnya menyeramkan dan dingin. Tatapan pria itu bisa membuat mambuk kaum hawa jika melihatnya , dan suaranya yang agak seksi mungkin bisa dijadikan obat bius untuk perempuan-perempuan yang mendengarkannya.

"Astagfirullah Sela" gumam Sela setelah sadar bahwa dia terlalu lama menatap Pria tersebut.

"Maaf Pak saya tadi terburu-buru jadi saya tidak sengaja menabrak anda" Sela menocba menjelaskan kepada Pria itu agar tidak terjadi kesalah pahaman dan lagi pula dia tidak sedang ingin punya masalah dengan siapapun. Mendengar Nadila dan Randi makan malam saja sudah cukup membuat dunia Sela kelam

"Okey-okey no problem... " ucap Pria tersebut sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum penuh arti , kemudian beranjak pergi meninggalkan Sela yang membeku perempuan itu diam tak berbicara.

"Kenapa dia tampan sekali..." gumam Sela

***

Pukul 7 Malam di Kedai Ramen

Nadila tengah asik makan malam bersama dengan rekan kerjanya yakni Randi. Setelah meminta izin kepada Nicole walapun harus dibumbui dengan percekcokan karena Nicole yang awalnya tidak mengizinkan kemudian dibujuk sedemikian rupa oleh Nadila hingga ia mendapat izin dari bosnya tersebut. Sebenarnya Nadila tidak berbicara dengan siapa ia bertemu kepada Nicole karena itu tidak penting.

"Nadila..." Randi membuka pembicaraan setelah mereka menyelsaikan makanannya. Sang pemilik namapun menoleh "Iya?"

"Sebenarnya aku membawa mu keisini untuk berbicara hal penting"  ucap Randi serius

"Apakah tentang pekerjaan pak? Maaf pak , jika selama ini saya merepotkan anda dan terlalu ber....", " Bukan itu maksud saya" ucapan Nadila terpotong oleh Randi. Ya dirinya mengajak Nadila makan malam adalah memiliki maksud lain yang tak bisa dibicarakan dikantor. Ini perihal hati ke hati Randi cukup sensitif untuk soalan ini dia tak ingin momen ini hilang

"Sebenernya .... Nadila saya selama ini..." Randi sedikit gugup terlihat dari keringat yang sudah membasahi pelipisnya sedangkan gadis di sampingnya diam terpaku menunggu ucapan yang terlontar dari mulut Randi.

Entah kenapa kini degup jantung Nadila bergerak begitu cepat , gadis itu berharap Randi memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. Lagi pula untuk apa pria mengajak makan malam bersama jika bukan untuk maksud mengungkapkan isi hati.

"Tolong kamu jangan bilang Sela kalau selama ini saya menyukainya" ucapan Randi barusan bagaikan petir di siang bolong , sangat tepat menghancurkan hati Nadila seketika. Jadi selama ini yang diperhatikan oleh Randi adalah Sela bukan dirinya , rasanya sekarang Nadila ingin berlari sekencangnya mendadak dirinya lemas tatapan berharapnya berubah menjadi tatapan kosong tak bermakna.

"Ba..ik pak" jawab Nadila suaranya serak dan tercekat menahan tangis.

"Apakah aku boleh meminta bantuan mu?" tanya Randi

"Bantu apa pak?" perasaan Nadila mulai tak enak

"Bantu saya mendekati Sela" Dan kini badai berhasil menghancurkan hati Nadila.

Gadis itu tak tahan lagi , seketika dirinya bangkit kemudian pamit untuk pulang duluan "Permisi pak saya pamit duluan Bos sudah menunggu dirumah" itulah alasan yang ia berikan

"Terimakasih Nadila" Ucap Randi untuk terakhir kalinya setelah Nadila beranjak keluar kedai.

Pelajaran penting
Terlalu mudah percaya akan membuat dirimu semakin mengharapkannya.

Jangan terlalu percaya diri bisa saja dia menyukai sahabat mu bukan kamu

Thank u💜💜💜

Love , Hallo_Sunny ^•^

My BosWhere stories live. Discover now