14

6 1 0
                                    

Sebuah kisah dan cerita selalu ada pahit manisnya.
Ada yang selalu bisa kamu pahami dan ada yang tidak.
Teruslah berjalan dan jangan berhenti.

~Unknow~

====================================

Keisha Pov:

Disinilah aku berdiri di pinggiran jalan, berharap menemukan angkutan kota yang akan membawa ku ke rumah Mika. Aku memutuskan mendatangi langsung rumah Mika tanpa meminta solusi dari Kak Ryan. Pasti Kak Ryan sedang sibuk dan tidak punya waktu sama sekali. Aku sangat khawatir pada Mika juga banyak sekali persepsi yang muncul serentak di benakku.

Aku tidak membawa roda dua milikku, dengan alasan mengurangi polusi udara yang kian hari makin menghantui kota ini. Menggunakan fasilitas yang disediakan pemerintah akan lebih baik. Lagian angkutan kota bisa membuat kita membaur dengan masyarakat.

Angkutan kota yang kutunggu akhirnya datang. Aku naik dan berharap sampai rumah Mika dengan cepat. Kuharap keputusanku ini benar meskipun sejujurnya aku ragu.

***

Author Pov:

Cuaca mendung menyambut kedatangan Keisha setibanya di rumah Mika. Perasaan Keisha benar kalut, cobaan dan tantangan seakan datang silih berganti di kehidupannya, menjadi bomerang yang siap melukainya kapan saja. Keinginan untuk menampik semua itu selalu ada di hati Keisha. Tapi apa yang bisa Keisha lakukan kecuali menikmati jalan takdirnya. Hanya senyum yang bisa mengobati meskipun luka tidak akan pernah mengering begitu saja.

Tatapan nanar Keisha lemparkan pada kediaman sahabatnya itu. Sesuatu seakan berbisik pada Keisha, memintanya untuk tidak memasuki rumah itu. Tapi ego memang lebih menguasai daripada feeling. Hanya bismillah teman setia Keisha saat ini. Berharap keputusannya tepat.

"Assalamualaikum!" ucap Keisha setelah perjalanan bergulat dengan pikiran.

Angin seakan menjawab salam Keisha barusan. Jilbabnya kini berantakan tapi Keisha tidak peduli. Yang ada dipikirannya hanya Mika.

Rumah Mika tidak menandakan adanya kehidupan. Rumput di halaman rumah Mika tumbuh memanjang tidak terawat. Daun kering dari pohon mangga berserakan tidak terurus. Menciptakan suasana asing bagi Keisha, sejak terakhir ia mendatangi rumah ini dua minggu lalu.

"Assalamualaikum." Salam Keisha kembali menggema, tetap tidak ada jawaban.

Hingga suara barang terjatuh ditangkap indera pendengaran Keisha. Diikuti suara teriakan seseorang dari dalam tampak marah. Ada suara jeritan pula. Hal itu pasti membuat Keisha kaget dan kakinya melangkah mundur.

"Tidak. Aku harus masuk memastikan apa yang terjadi," pikir Keisha.

Gagang pintu tepat berada di depan Keisha, tapi seakan berada di jarak 1 km. Ragu selalu menyelimuti Keisha sejak pertama kakinya melangkah keluar rumahnya.

Ceklek.

Ternyata pintunya tidak terkunci. Ia beranikan untuk masuk. Meski Keisha tahu hal ini bukanlah sesuatu yang baik untuk ditiru. Rasa penasaranlah yang menjadikannya nekat masuk rumah orang  tanpa izin.

"Permis..." Suara Keisha tercekat. Tidak ada lagi sepatah kata yang bisa keluar dari mulutnya.

Air mata Keisha seketika menetas. Tubuhnya kaku melangkah mundur atau maju adalah pilihan yang sangat berat. Sosok yang dari tadi ada di pikirannya tengah tersungkur di depan seorang pria paruh baya yang sama sekali tidak Keisha kenali. Tubuh Mika terlihat sangat lemah. Pecahan guci berserakan di mana-mana. Ponsel Mika tergeletak dengan layar pecah.

LAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang