9

37 5 2
                                    

====================================


Masa lalu bukan untuk diingat tapi untuk dikenang. Dikenang bukan berarti untuk kembali merasakan, namun dikenang untuk dijadikan pelajaran.

~Unknow~

====================================

Hampir sepekan berlalu sejak Keisha, Gael, dan Mika terlibat dalam percakapan yang tidak Keisha harapkan. Hari itu Gael benar mengatakan pada Mika bahwa dirinya dan Keisha pernah terlibat dalam sebuah hubungan serius yang kini menjadi mantan. Membuat Mika sangat kepo akan hal itu, Mika bahkan memaksa Keisha untuk menceritakan masa lalunya. Tanpa Mika sadari hal itu bisa membuka luka semakin lebar, tapi tak acap Keisha tetap menceritakan semuanya.

Sebuah hubungan yang tidak di ridhoi memang sama, awalnya saja yang manis ujungnya pasti akan hambar lalu menjadi pahit. Namun, semua itu hanya dirasakan Keisha sendirian, sebab Gael sama sekali tidak merasakan pahit yang dirasakan Keisha.

Alam seakan menghukum Keisha, karena kebodohannya dahulu. Keisha dikalahkan oleh rasa penasaran ingin mencoba hal baru. Ciri khas remaja labil yang masih dirundung rasa penasaran, melakukan hal-hal tanpa disaring demi mencari jati diri. Penyesalan memang datang belakangan disaat manusia tidak menemukan hasil dari pencariannya. Sesungguhnya manusia diuji di titik terlemah dalam hidupnya, maka berhati-hatilah dan jangan terlalu mengharapkan sesuatu secara berlebihan. Bisa saja hal itu ujian bagimu.

Keisha menghela nafas pelan, duduk di kursi taman belakang rumah sudah menjadi rutinitas tiap kali libur sekolah bagi Keisha. SMK Bizura memang sudah menerapkan sistem full day school, sehingga sekolah diliburkan Sabtu dan Ahad.

Tidak ada hal menarik dalam hidup Keisha. Liburan juga entah kemana dan dengan siapa. Ingin bercengkramah dan bermanja-manja dengan Papanya juga mustahil. Jarak menjadi hal yang paling dibenci Keisha. Kadang ia berfikir kenapa jarak harus diciptakan jika hanya menimbulkan rasa rindu.

Ryan yang saat itu baru bangun, berjalan menuju dapur hendak membasahi kerongkongannya. Niat awal ia urungkan dikala menemukan adiknya tengah duduk di kursi taman belakang. Ryan berjalan mendekat sesekali pula helaan nafas lolos dari mulut sang adik. Membuatnya menatap nanar pada adiknya. Ryan tahu betul adiknya merindukan kebersamaan dan kehangatan yang beberapa tahun ini hilang dari hidup mereka.

"Dek,"

"Hem."

"Kangen Papa-Mama lagi? Gak bosen tuh kangennya, kan berat dek. Lagian menghela nafas itu gak baik, dek. Mau kamu gak bahagia?"

Keisha menggeleng menanggapi ucapan kakaknya. Keisha ingin bahagia tapi saat ini menghela nafas menjadi salah satu obat penenang untuknya. Sejujurnya Ryan juga sama, ia rindu saat itu. Namun, umur dan keterbiasaan membuatnya cepat dewasa. Tahu bahwa orang tua mereka tidak pergi begitu saja, mereka pergi untuk kembali bukan pergi dan tak kembali. Harapnya.

"Sudah makan, dek?"

"Belum kak. Hehehe..." tawa receh sang adik membuat Ryan menyunggingkan senyum tipis yang tidak pernah ia tampilkan selain pada keluarganya.

"Adek, mau delivery atau masak aja?"

"Emmm..." tampak Keisha berpikir, "Kalau delivery boros uang kak dan itu tidak baik, tapi kalau masak lama terus takutnya gak enak. Jadi... kakak pilih mana?" tanya Keisha mirip anak kecil.

"Duh... dek. Sejak kapan kamu bisa mikirin soal uang?" Ryan mengacak rambut adiknya gemas sendiri.

Ryan baru sadar, adik kecilnya sudah besar. Ryan merasa bersalah karena jarang stay home. Ia sering sekali meninggalkan adiknya di rumah sendiri karena harus kuliah meski kebanyakan hanya kelayapan, biasa mahasiswa. Ia baru sadar banyak waktu yang ia lewatkan berdua dan hanya berakhir sia-sia.

LAMWhere stories live. Discover now