Phosphenous - jujur

230 9 0
                                    

[Tentang kejujuran ku]

Aku tidak seperti dirinya. Aku tidak memiliki senyum yang indah. Kedua mataku juga tak berbinar setiap kali aku tersenyum. Mungkin ini salahku. Jiwa ini tak lagi merasa bahagia. Kurasa orang lain telah menyadari hal itu, meski  hanya dengan menatap sorot mataku.

Aku tidak seperti dirinya. Tawanya menular. Seakan semua orang yang berada di sekitarnya ingin ikut terpingkal karenanya. Tawaku tidak seperti itu. Untuk tertawa di depan umum saja aku harus menahannya. Aku terlalu takut untuk ditatap oleh orang lain. Jika hal itu terjadi, jantungku akan berdetak lebih cepat dan aku hanya ingin untuk segera lenyap dari situasi itu.

Aku tidak seperti dirinya. Suaranya indah, bahkan ketika ia menyanyikan sebuah lagu. Aku tidak bisa seperti itu. Aku benci suaraku. Aku harus berulang kali merekam suara sebelum mengirimkan audio tersebut kepada orang lain. Aku sungguh tidak percaya diri dengan suaraku.

Aku tidak seperti dirinya. Aku tidak memiliki banyak teman. Aku juga tak pandai dalam bersosialisasi. Aku akan mudah gugup ketika berada di antara banyak orang. Aku akan merasa cemas ketika akan bertemu dengan orang lain. Aku tak pandai dalam berinteraksi, sungguh.

Aku tidak seperti dirinya. Ia berjalan dengan begitu percaya diri, sedangkan aku selalu menunduk ketika berjalan. Ia selalu berbincang dengan orang yang ditemuinya, sedangkan aku berpura-pura larut dalam membaca buku yang kubawa. Hidupku selalu dirundung rasa takut. Meski aku pun tak tahu alasan jelas di balik rasa itu.

Aku tahu, diriku tak cukup baik. Aku sadar akan hal itu. Tak masalah jika kamu membenci diriku. Aku pun juga menyimpan rasa yang sama sejak lama. Rasa yang seringkali kubuang namun datang kembali. Ya, aku juga benci pada diriku.

Namun, jika kubiarkan rasa itu menetap, siapa yang akan mencintai diriku kelak ketika orang lain hadir hanya untuk menorehkan luka? Tidak ada kecuali diriku sendiri. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan kekuatan dari cinta pada diri sendiri.

Kini yang terlihat pada diriku adalah air mata yang selalu turun membasahi pipi,  jika dahulu aku masih bisa tersenyum dan tertawa meski itu adalah palsu,  sekarang tak bisa lagi.  Aku hanya bisa diam

Ikhlas menerima dan berusaha untuk memperbaiki diri. Kurasa aku harus mengingat baik-baik kedua hal ini.

— asya

POSPHENOUSWhere stories live. Discover now