epilogue

11.6K 1K 53
                                    


Vote

Comment.

.
.
..
.
.
.

.
.
.





Malam ini udara terasa dingin menyengat. Bahkan beberapa orang menganggap bahwa dingin telah menusuk ke tulang-tulang mereka. Padahal masih pukul 9 malam. Namun, tirai sudah ditutup, orang-orang memilih untuk tidur dan menarik selimut dari ujung kaki hingga leher.

Perlahan tapi pasti. Rintik hujan berjatuhan. Menimbulkan suara menganggu ketika airnya bersibobrok dengan atap rumah.

Cplak

Cplak

"Hujan lagi, ya?"

Entah sudah ke berapa kali terjadi hujan dalam kurun waktu satu minggu ini. Dalam satu hari bisa terjadi dua sampai tiga kali hujan. Semua orang siap-siap dengan membawa jas hujan di dalam tas mereka.

Namun sial.

Ketika gadis berambut merah muda ini melirik ke arah samping bawah. Dia lupa bahwa ia tidak membawa tas. Dinginnya angin malam beserta hujan yang muncul. Gadis itu menepuk kuat-juat jidatnya yang lebar. Sayang sekali. Dia hanya menggunakan baju lengan panjang dipadu dengan celana pendek sekitar 10 senti di atas lutut.

"Ini, sih, parah," Sakura-namanya.

Sakura menyisipkan uang ke dalam saku. Dan fokus pada langit-langit yang sudah menggelap. Sejenak dia menghela napas. Berat. Suasana ini berat dan juga ia malas untuk pulang dalam keadaan basah.

Malam ini dia sendirian. Dan bukannya memang begitu?

Sudah beberapa bulan sejak kepergian Sasuke. Dan lagi-lagi Sakura harus menunggu.

"Apakah di sana juga hujan, Sasuke?" Sakura tersenyum miris. Meratapi genangan air yang terbentuk di bawah kakinya. Sakura melirik ke bawah. Bayangan sendu dari wajah itu. Sakura mengedarkan pandangan. Dia seperti mengenali tempat ini.

Ini..

Jalan menuju apartemen lama Sasuke.

"Kalau aku tidak salah."

Sakura bergumam. Dirinya memutuskan untuk berjalan pelan dan mendapati mesin minuman otomatis. Sakura meraba kantung celananya. Meski gerimis perlahan sudah mengenai kepalanya. Meski dingin itu sudah menusuk kulit.

Satu koin masuk ke dalam mesin minuman.

Klang!

Sakura merunduk untuk meraih kopi kalengan itu.

Seteguk.

Dua teguk.

Sakura menikmati sensasi kopi yang mengalir di tenggorokannya. Aroma serta wangi khas yang menenangkan. Sebenarnya Sakura tidak terlalu menyukai kopi. Maksudnya di sini adalah dirinya tidak bergantung pada cairan bewarna pekat serta beraroma khas itu.

Usai meneguk tetesan terakhir. Sakura merenung sebentar.

Angin malam berhembus dengan pelan. Membelai setiap inci kulitnya. Mesin minuman otomatis yang berjarak dekat dengan salah satu apartemen yang paling Sakura kenali.

Seven Days (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora