05. Confession

11.6K 1.1K 36
                                    



.
.
.
.
.
.





Alunan musik mengalun. Klasik. Telinga Sakura menangkap nadanya, lembut dan membuat dunianya tentram.

Tawa riang dan juga celotehan anak kecil menghiasi indra pendengaran Sakura selain alunan musik klasik yang terdapat di ruangan khusus anak-anak.

Sebagai seorang dokter khusus mental anak, sudah kewajiban Sakura  untuk memberi absen di ruangan ini. Sayangnya, Di ruangan ini berbeda dengan ruangan lain. Bisa dibilang, ruangan ini khusus untuk anak-anak yang terkena kanker. Mereka sebisa mungkin diberi hiburan agar optimis menjalani hidup. Beberapa ada yang sudah benar-benar botak alias tidak memiliki rambut akibat kemoterapi untuk menghambat sel kanker.

Sebagai ninja medis, Sakura akan berjuang sebisa mungkin.

Alunan nada klasik ini membuat mereka santai dan tidak harus selalu terbaring di ruangan kamar yang berbau obat, mendengar suara detak alat-alat penunjang hidup.

Rasa-rasanya, Sakura ingin menggantikan posisi mereka.

"Ara-ara~  dokter yang amat profesional."

Sakura sontak melihat ke belakangnya. Ternyata. Pemuda ini, Tomohiro.

"Tomohiro?" Sakura mengelus dada, sempat kaget karena tepukan di bahunya.

"Kau terkejut?"

"Sedikit. Kau mengagetkan ku."

"Jangan melamun," Tomohiro tersenyum kecil. Menampilkan sederet gigi putihnya. Wajah tampan yang masih kalah tampan dari Sasuke itu memancarkan rasa damba terhadap Sakura.

"Aku hanya menikmati suara-suara ini."

"Kau menyukai anak-anak, ne?" Tebak Tomohiro. Dari ekspresi binar Sakura ataupun kesediaannya dalam membangun dan membina rumah sakit mental anak-anak.

"Kau benar."

"Sangat terlihat dari matamu," Tomohiro menyelam ke dalam mata bening Sakura, "Benar-benar indah."

Sakura mundur beberapa senti. Merasa menjaga jarak dengan pemuda ini.

Tomohiro terkatup. Sadar bahwa tindakan Sakura merupakan reflek karena dia risih dengan jarak itu. Tomohiro sekilas tersenyum kecut. Hari yang ia takuti menjadi kenyataan.

Berusaha untuk mengalihkan suasana, Tomohiro kemudian mengajak Sakura makan, mungkin dengan ini ia bisa segera menyatakan sesuatu. Meski kemungkinan diterima hanyalah dua puluh persen, tapi..

"Kau sibuk, Sakura?"

Sakura menggeleng, "Ino akan menggantikanku setelah ini. Ada apa?"

Tomohiro mengacak rambut Sakura, "Mau menemaniku makan siang?" Katanya dengan teduh, dia menatap dalam kepada Sakura. Seolah meminta agar gadis itu mau dan menuruti ucapannya satu kali ini saja.

Sakura ingin menolak. Tapi, sepertinya dia dan Tomohiro memang jarang makan bersama. Sudahlah tak apa, toh untuk kali ini saja.

Seven Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang