Chapter Twenty Nine.

36.5K 1.1K 9
                                    

Belum sempat Elmarc melanjutkan ceritanya tersebut, Ellfa langsung beringsut menjauhi suaminya itu. Oh Tuhan... Jadi selama ini, Elmarc berkata dia mencintainya itu hanya ilusi belaka? Elmarc hanya ingin membalas dendam pada ayahnya yang sudah membunuh kedua orangtuanya melalui dirinya. Cukup. Penjelasan daricerita Elmarc tersebut sudah membuat dirinya merasa sakit yang teramat dalam. Betapa bodoh dirinya mempercayai lelaki yang ada dihadapannya ini dengan mudah begitu saja. Air matanya tidak dapat terbendung lagi kala Elmarc bicara, "Tenang sayang... Dengarkan ceritaku hingga selesai. Jangan termakan oleh cerita awalku begitu saja." Apa dirinya tidak tahu? Cerita awal saja sudah membuat dirinya sakit. Lalu bagaimana cerita selanjutnya? Pasti akan jauh lebih menyakitkan.

Elmarc menarik lengan istrinya agar lebih mendekat ke arahnya lalu menempatkan tubuh mungil Ellfa yang tidak terbalut oleh sehelai benang di atas tubuh kekarnya. Dia melihat istrinya yang semakin terisak membuat dirinya sangat merasa bersalah. Sungguh awalnya memang dia hanya memanfaatkan Ellfa sebagai ajang balas dendamnya saja, namun lambat laun waktu membuat dirinya semakin terpesona oleh kehadiran gadis itu.

"Jangan menangis sayang... Kau tahu? Ini adalah hal yang paling aku takutkan. Karena aku menceritakan semua ini kau menjadi benci padaku. Maka dari itulah aku lebih baik memendam semuanya sendirian, daripada harus dibenci oleh orang yang aku cintai." Pria itu mengusap helaian rambut milik istrinya. Dia berusaha memberikan ketenangan agar istrinya dapat mengerti posisinya saat itu.

Benar apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Seharusnya dia mendengar semuanya hingga akhir. Jangan sampai hubungannya menjadi kacau karena ke salahpahaman. "Maafkan aku karena tidak mau mendengarmu terlebih dahulu. Aku terlalu mudah menyimpulkan dari semua cerita yang kau ucapkan." Ellfa sangat merasa bersalah pada suaminya. Bodoh! Dia yang menginginkan Elmarc bercerita tentang masa lalunya, tapi malah dia yang terlalu berburuk sangka. Wanita itu menghapus pulir-pulir air mata yang tersisa. Rasa malu mulai menyergapinya kala suaminya menatapnya dengan tatapan menggoda. Huh. Tidak tahu apa kalau hatinya berdentum dengan cepat, saat ditatap seperti itu?! Menyebalkan.

"Kau sangat lucu sayang. Ku mohon janganlah menangis dan benci padaku. Karena saat ini yang aku punya hanyalah dirimu seorang." Pria berbadan kekar itu memeluk erat sang istri disertai dengan kecupan kecil di pelipisnya. Ketahuilah, bahwa dibalik sifat dan sikap kejamnya dari seorang Elmarc hanyalah pelampiasannya untuk menghilangkan ingatannya dari kejadian di masa lalu saat dirinya masih berumur tiga tahun.

"Maafkan aku jika aku terlalu cepat mengambil kesimpulan dari ceritamu tadi. Maukah kau melanjutkan semuanya? Agar kita dapat terbuka satu sama lain." Ellfa tersenyum tulus pada suaminya. Badan mungilnya yang tidak tertutup oleh sehelai benangpun semakin merapat kedalam dekapan Elmarc. Dekapan yang sangat membuat dirinya merasa nyaman dan aman berada disi Elmarc.

Elmarc ikut tersenyum kala melihat senyuman istrinya itu. Dirinya sangat beruntung memiliki Ellfa yang dapat menerima semua kelebihan dan kekurangannya. Dan dia sangat berharap tidak ada lagi kesalahpahaman yang meranda dalam rumah tangganya.

"Apapun untukmu sayang." Jawab Elmarc yang dilanjutkan dengan ceritanya yang sempat terpotong tadi.

Setelah dua hari dimana kejadian itu berlangsung, kini akhirnya Elmarc kecil menjalani kehidupannya hanya seorang diri. Tanpa sanak dan saudara yang menemani. Kejadian dua hari yang lalu membuatnya menjadi semakin murung kala mengingat jasad kedua orangtuanya tergeletak tak berdaya di lantai rumahnya yang megah.

Jasad tersebut langsung dibawa ke pemakaman dekat rumahnya yang dibantu oleh para tetangga sekitar rumahnya untuk penguburan. Banyak dari mereka yang menduga, ayah dan ibunya mati karena tertembak oleh perampok. Padahal kenyataannya tidak seperti yang mereka duga. Semua lebih kejam dari perkiraan. Dimana yang menembak kedua orangtuanya itu adalah seorang yang sangat berkuasa dibidang bisnis dengan sengaja tega memubunuh orangtuanya hanya untuk membalas dendam. Itulah sekiranya yang ada dalam benaknya. Jangan salahkan Elmarc yang mengetahui siapa itu Barack Domanic. Tapi salahkan dia karena memberikan akses yang dapat mempermudah mengetahui semua tentangnya. Elmarc kecil dengan segala keingintahuannya bertanya pada semua tetangganya mengenai pria brengsek itu. Dan tanpa disangka semua mengetahui siapa Barack Domanic. Hmm... Sangat mudah. Hanya tinggal menunggu beberapa tahun lagi untuk membalas semua perbuatannya itu.

Elmarc kecil kini telah tumbuh menjadi sosok yang pendiam. Kejadian suram itu berlalu kurang lebih enam tahun yang lalu. Dirinya sudah memasuki sekolah dasar, dimana hanya ada buku yang selalu menemaninya setiap saat. Orang-orang disekitarnya menganggap dirinya aneh dan tak jarang dirinya dibilang cupu oleh teman-teman sebayanya. Namun semua itu tak digubris olehnya. Menurutnya, semua itu tidaklah penting. Yang penting saat ini adalah bagaimana dirinya dapat membalaskan dendamnya pada pria brengsek itu. Pria biadab yang mmbuatnya tumbuh menjadi pria yang pendendam.

Siang harinya Elmarc mendatang kediaman pria yang telah dia anggap sebagai musuhnya. Dia sengaja melalukan itu semua agar ketika dia mempunyai kekuatan yang cukup untuk membalas, dia akan dengan mudah melakukan semua rencana yang sudah dia buat diotak kecilnya itu.

Elmarc memperhatikan sebuah mansion yang menjadi kediaman Barack dengan tatapan intens dan menelangsa. Dirinya sangat fokus pada objek yang kini menjadi pusat perhatiannya. Seorang gadis kecil yang cantik dan imut yang telah membuat mata yang semula tajam dan penuh dendam kini berubah menjadi tatapan hangat dan penuh kasih sayang. Sungguh aneh, jika seusianya tengah menghadapi perasaan yang tidak bisa dideskripsikan saat melihat lawan jenis.

"Siapa dia? Oh Tuhan... Jantungku? Mengapa dia berdetak sangat cepat?"

Setelah kejadian dimana Elmarc bertemu dengan gadis kecil yang sedang bermain ayunan di halaman rumah mansionnya, dia pun bertekad untuk membuat gadis itu menjadi miliknya. Setiap pulang sekolah dia yang tadinya hanya memata-matai rumah pria brengsek itu akhirnya hilang dan digantikan dengan memata-matai pujaan hatinya yang dia ketahui adalah Ellfa Domanic puteri semata wayang dari pria brengsek yang telah membunuh kedua orangtuanya itu. SIAL!

Elmarc kecil kini telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa berumur duapuluh tahun. Sejak saat dimana dirinya bertemu dengan pujaan hatinya, dia terus saja menyuruh orang kepercayaannya yang sudah bekerja dengannya lima tahun lalu untuk memantau perkembangan gadisnya itu. Diusia yang masih sangat muda Elmarc cukup terbilang mapan. Dia harus meneruskan perusahaan mendiang ayahnya itu untuk dia kelola sebelum akhirnya dia terjun ke dunia yang sangat kelam dan memuakan.

Mafia. Pekerjaan yang terbilang illegal dan sangat identik dengan kejahatan adalah suatu pekerjaan yang sudah digelutinya saat dirinya berusia tujuhbelas tahun. Saat itu dia bertemu sekumpulan orang-orang yang tidak diketahuinya dan menyarankan untuk dia menjabat sebagai ketua dari agensi hitam itu. Elmarc yang awalnya menolak pun akhirnya setuju. Karena dengan dirinya bergabung dengan agensi itu dirinya dapat sangat mudah membalaskan dendamnya pada Barack.

"Kenapa kau memilihku untuk menjadi ketua dari agensi kalian?" Tanya Elmarc terheran dengan ajakan mereka yang terkesan sangat tiba-tiba.

Mereka semua tersenyum misterius ke arah Elmarc. "Kami melihat jiwa lain dalam dirimu. Kau sangat begitu bahagia ketika melihat darah manusia. Dan kami yakin kau adalah orang yang tepat untuk menjadi ketua kami." Salah satu dari mereka pun akhirnya menjawab rasa penasaran dari Elmarc itu.

"Kalian yakin? Karena kalian baru melihat segitu saja sisi kejamku. Dan aku yakin kalian akan ketakutan kala melihatku berubah menjadi sosok yang paling menyeramkan." Elmarc menimpali. Senyuman yang tak kalah misteriusnya akhirnya membuat mereka terheran saat mendengar penuturannya.

"Akhhhh..." Salah satu dari mereka terkapar dijalan dengan darah bercucuran. Melihat semua itu Elmarc tersenyum puas kala mendengar jeritan yang sangat menyesakkan dada. "Itu baru seberapa. Jika kalian mau, kalian bisa datang ke rumahku dan membawakan segelas darah segar untukku minum." Elmarc melangkah pergi meninggalkan agensi mafia itu dengan salah satu diantara mereka masih berusaha bangkit menahan rasa sakitnya tembakan maut Elmarc. Namun nahas, semua itu hilang. Seketika nyawa orang yang ditembak itu pun melayang dalam sekejap.

To be Continue...

Just your information, hanya tersisa 2 Part terakhir. Setelah itu, anak-anakku akan pamit menghibur kalian :) 

Rabu, 19 Juni 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Where stories live. Discover now