Chapter Twenty Three.

41.3K 1.4K 22
                                    

"Ini tidak setara dengan semua yang kau lakukan tadi pada wanitaku, Samantha. Kau tau? Apa yang pantas untuk membayar perbuatan mu itu?" Mata Elmarc menelangsa kearah Samantha dengan tatapan yang sulit diartikan. Pria itu sudah merencanakan hal yang pantas untuk membalas perbuatan Samantha pada kekasihnya itu.

Pecutan itu sudah berubah warna menjadi biru keunguan dengan panjang menyerupai panjang pecutan yang digunakan Elmarc untuk memecutnya. Nampak jelas Samantha menahan sakit akibat luka pecutan itu. Tak bisa di pungkiri jika rasa takutnya kian membara, dirinya takut jika Elmarc akan melakukan hal di luar nalarnya sendiri. Samantha memohon belas kasihan Elmarc untuk melepaskannya. "Lepaskan aku..." Tubuhnya yang mulai melemah kini tengah berusaha untuk melepaskan ikatan tali yang menggantungnya tersebut.

"Jangan terburu-buru Samantha, aku masih ingin membuatmu menderita sebelum akhirnya kau mati." Ucapannya membuat Samantha semakin takut. Dirinya tidak tahu akan seperti ini. Dia harus menerima kosekuensi yang lebih berat daripada apa yang dia lakukan pada Ellfa. Mati? Oh Tuhan... Dirinya tidak ingin mati secepat itu. Apalagi jika dia mati dalam keadaan konyol, dimana dia mati karena terbunuh.

Samantha terus memberontak agar tali itu terlepas. "Tidak. Aku tidak mau. Apa kau gila? Aku hanya bermain-main dengannya tanpa menghilangkan nyawanya. Walaupun memang aku sudah berniat untuk mencabut nyawanya agar kau terlepas darinya dan tetap terus bersamaku." Mengutarakan apa yang ada di relung hatinya. Tekadnya saat ini hanyalah ingin segera melepaskan diri dari sini. Bagaimana pun caranya. Dirinya tidak mau mati sia-sia karena perempuan benalu itu.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan." Elmarc membalikan badanya lalu berucap pada semua anggotanya, "Gilir dia sampai kalian puas, lalu setelahnya aku serahkan pada kalian! Aku ingin dia tersiksa secara fisik dan psikis!" Setelah itu Elmarc pergi meninggalkan mereka semua dan menuju rumah sakit dimana kekasihnya mendapat pertolongan.

"Tidak! Aku tidak sudi jika harus melayani kalian! Kalian sungguh menjijikan." Samantha menatap kearah sekumpulan berbaju hitam itu dengan tatapan jijik. Seolah menunjukan bahwa dirinya memang benar-benar tidak sudi jika harus melayani nafsu binatang mereka.

Salah satu diantara mereka maju mendekati Samantha lalu dibukanya lilitan tali itu. Samantha yang merasakan tali itu sudah tidak lagi melekat di tangannya langsung mengambil langkah untuk segera kabur dari tempat yang sebenarnya dia pakai untuk memusnahkan sepupunya itu, namun naas kini dia harus terjebak dipermainan yang dia buat sendiri.

"Mau tidak mau kau harus melayani kami satu persatu nona." Lelaki dengan badannya yang tegap langsung menangkap tubuh mungil milik Samantha yang berancang untuk melarikan diri dari sini. Tangannya sudah mulai beraksi menjalar ke payudara Samantha yang membusung. Samantha yang menerima perlakuan itu sontak berontak dan berusaha melepaskan diri. "Lepaskan brengsek. Aku tidak sudi tubuhku terjamah oleh kalian semua." Lengannya yang putih memukul pundak lelaki yang kini mendekapnya seraya berusaha menjamah semua tubuhnya.

Digiringnya masuk kedalam ruangan yang terdapat satu tempat tidur yang sudah sangat lusuh lalu mendorongnya hingga kini tubuh Samantha terlentang tak berdaya di bawah kukungan mereka. Lelaki yang menggiringnya tadi berusaha melepaskan seluruh pakaian Samantha dengan gerakan yang kasar. Sontak membuat Samantha semakin membabi buta untuk melepaskan diri, "Lepaskan!" Ketika pria itu ingin melepaskan kain terakhir yang menutupi tubuhnya dia langsung menendang selangkangan pria brengsek itu dengan lumayan keras.

"Arghhh... Sialan!" Pria itu memegang selakangkannya dengan wajah kesakitan. "Ikat dia!" Dia berujar dengan tegas pada sekumpulan orang-orang berbaju hitam itu. Dan Samantha semakin histeris ketika tubuhnya yang hanya tertutupi satu helai kain diselangkangannya itu ditarik paksa oleh salah satu orang kumpulan berbaju hitam itu. Setelah itu, dia diikat kuat menggunakan tali tambang yang sudah sangat lusuh di sudut ruangan yang terdapat bambu untuk mengikat lengannya agar tidak dia tidak memberontak. Lantai yang dingin tanpa alas kasur menjadi alas untuk Samantha berbaring diruangan itu. Sungguh memilukan.

"Karena kau sudah berani melawan, maka rasakan ini." Tanpa rasa iba pria itu langsung menghujami kewanitaan milik Samantha dengan sekali sentakan. Selaput dara yang Samantha jaga selama 22 tahun ini akhirnya lepas begitu saja oleh pria brengsek yang tidak dia kenal. Perempuan itu menangis sejadi-jadinya saat pria itu berusaha mengguncang kejantanannya dengan sangat cepat sehingga Samantha semakin berteriak kesakitan. "Arggghhh... Brengsek! Kau.... Ahhh... Sa...kitt.."

"Fuck... ahhh... Kau pantas mendapatkan ini....Ahhh...." Pinggulnya semakin menyentakkan kedalam lubang segama milik Samantha. Tanpa perduli isak tangis yang memilukan keluar dari bibirnya itu.

Samantha berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan kejantanan pria brengsek itu dari lubang segamanya. Tubuhnya yang terikat tentu saja membuat dirinya merasa kesulitan untuk segera terlepas dari dekapan pria itu. "Ahhh.... Ampun... Aku berjanji akan pergi dari kehidupan mereka... Tapi ku mohon lepaskan aakkkhhhh... Ahhhh... Sakit..." Suaranya melolong panjang saat payudaranya diremas kuat oleh pria tersebut hingga membekas dan menimbulkan warna kemerahan di sekeliling payudaranya yang mencuat itu.

Sedangkan pria berbaju hitam yang lain tengah berusaha mengeluarkan kejantannya masing-masing dari sarangnya. Mereka menunggu giliran untuk menyetubuhi Samantha sepuasnya. Rasanya sangat menyenangkan dimalam hari yang terang akan sinar rembulan menghangatkan tubuh dengan cara bersetubuh.

Samantha memalingkan wajahnya ketika pria itu tengah berusaha menggapai bibir mungil miliknya. Dirinya masih bersikukuh untuk menjaga kehormatannya sebagi wanita, walau sebenarnya kehormatan itu telah hancur ditangan pria brengsek itu. "Baiklah, jika kau tidak mau. Dan sepertinya akan lebih baik, bibir mungil itu menampung kejantananku yang sudah akan menyemburkan lahar panas yang akan membuatmu puas akan pelayananku." Dibimbingnya kejantanan itu menuju bibirnya yang mungil. Sontak membuat Samantha menolehkan wajahnya kesamping menghindari sesuatu yang menurutnya menjijikan itu. "Tidak mau!" Masih dengan pendiriannya wanita itu masih saja menutup bibirnya rapat-rapat ketika sesuatu itu sudah berada tepat didepan bibirnya.

"Jangan membuatku marah Samantha!" Dengan bringasnya pria itu menarik wajah Samantha dan menutup hidungnya secara paksa. Membuat Samantha yang akan kehabisan oksigen sontak membuka mulutnya dan langsung disambut dengan sesuatu yang sangat menjijikan. Perempuan itu membelalakan matanya ketika batang kemaluan itu berada didalam mulutnya. Kepalanya berusaha memberontak agar terlepas dari buah zakar pria itu. Namun semua usahanya sia-sia. Kedua lengan kekarnya memegang kedua sisi kepala Samantha agar terdiam.

Pinggulnya bergoyang maju mundur untuk mencapai klimaksnya. Dan disaat dirasanya sudah akan mencapai puncaknya, pria tersebut mendorong wajah Samantha hingga wajahnya yang bengis itu terhimpit dengan biji zakar itu. Perempuan itu sudah pasrah akan nasibnya yang mengenaskan saat ini. Percuma memberontak, karena semua itu akan membuat tenaganya terkuras habis.

Cairan sperma milik pria itu akhirnya keluar didalam mulut Samantha dan membuat perempuan itu terbatuk karena semburan cairan itu mengalir begitu cepat menuju kerongkongannya. "Ahhhh... Jalang yang sangat nikmat."

Pria itu bangkit membenarkan celananya dan menyuruh teman-temannya untuk menggilir Samantha sesuai perintah pimpinan mereka. "Lanjutkan! Aku yakin kalian akan puas dengan pelayanannya. Dan ya, aku akan bersantai ria menyaksikan siksaan demi siksaan untuk gadis itu diujung sana."

Para pria bawahannya mengangguk patuh pada pria yang menjabat sebagai tangan kanan dari Elmarc itu. Iryaz. Ya, pria kepercayaan Elmarc dari dulu hingga saat ini.Bahkan dirinya juga yang dipercaya oleh Elmarc memantau Ellfa sejak perempuan itu masih belia. Iryaz berjanji akan mengabdi seumur hidupnya kepada Elmarc. Apa pun perintahnya akan dituruti oleh dirinya, tanpa terkecuali, walaupun hal itu menyangkut nyawanya sendiri.

To be Continue...

Komen dibawah gimana part ini menurut kalian? Dan satu lagi aku kasih tau. Bentar lagi cerita ini akan tamat.

Minggu, 7 April 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Where stories live. Discover now