Kata Asma (6)

866 39 0
                                    

Za, karena sudah lama kenyang dengan rasa pahit, terkadang aku lebih memilih kelaparan daripada harus menelan sesuatu yang membuat lidahku lebih baik mati rasa.

Dan tampaknya sekarang aku tidak lagi berani melukis atau menggambar seseorang dengan warna terang di buku catatan. Tidakkah itu terlalu berani dan terkesan ceroboh? Juga terlalu mencolok dan banyak risiko yang harus diambil. Termasuk kepedihan yang hidup karena terlalu mudah percaya bahwa warna apapun, selain hitam, adalah rasa manis dan keindahan. Padahal tidak.

Misalnya saja merah. Merah adalah warna darah. Mungkin karena tahu bahwa warna ini sama artinya dengan bahaya, itu sebabnya lampu merah di jalan raya artinya berhenti. Meski begitu aku tetap suka, Za. Selain menandakan bahaya, merah juga tanda dari waspada dan kehati-hatian. Termasuk waspada dan hati-hati saat mengenal seseorang. Karena nyatanya, setiap orang punya potensi sebagai penipu.

Bacalah ini, Za.

Karena tulisan ini lahir dalam keadaan sadar bahwa menerima segala hitam dan kegelapan, juga tetesan darah pada warna merah adalah salah satu bentuk kebijaksanaan.
Setelah itu kita pergi, menuju duka lara yang lebih jujur.

Madah Qolbu❣️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang