Kata Asma (5)

898 30 0
                                    

Sebetulnya kau bukan hendak bercerita, kan? melainkan menyusuri lorong masa lampau untuk mengambil dan memperbaiki puing-puing kekelaman yang hancur berserakan. Menyusunnya kembali meski tak seutuh semula.

Tanpa sedikit pun berjeda, engkau mencoba berjalan menatap ke depan. Dan perolehan pertamamu adalah bayang-bayang hitam yang tak usai berlari kesana kemari. Mungkin mereka tengah mencari sesuatu yang luput, tapi tak dapat.

Di sepanjang jalan, dalam hatimu, kau berjanji untuk tidak lagi menghidupkan kekelaman itu. Engkau ingin segera menyusun sesuatu yang baru dengan kesabaran dan rasa ikhlas. Tapi kau terkejut karena segalanya ternyata tidak mudah. Acapkali orang-orang berseliweran dalam hidupmu dengan basa-basi menitipkan pisau yang pada akhirnya justru digunakan mereka untuk membunuhmu diam-diam.

Tapi kau selalu berusaha amanah pada apapun yang sengaja orang lain bebankan. Padahal kau merdeka, punya hak atas seperti apa dan bagaimananya kisah hidup yang akan kau rancang. Termasuk memilih beban seperti apa yang sekiranya sanggup kau amanahi. Kalau dirasa di luar kesanggupan, mengapa diiyakan?

Sesungguhnya aku ingin ikut berbelasungkawa atas kematian jati dirimu. Mungkin tidak benar-benar mati, hanya sejenak menghilang karena pemiliknya kerepotan dan sibuk membantu orang lain menemukan jati dirinya. Yang lebih aku ingini adalah engkau kembali, mendekap dirimu sendiri.

Kau, dengarkan, menerima masukan boleh saja, tapi jangan pernah mau didikte dan dipetakan orang lain soal harus bagaimana kau berprinsip.

Madah Qolbu❣️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang