Chapter 9

23 2 0
                                    

Matahari bersinar terik membuat hawa terasa panas sekali, tipikal cuaca Jakarta pada umumnya. 

Daniel berusaha menembus kerumunan mahasiswa baru yang sedang melaksanakan masa orientasi kampus. Beberapa maba yang Daniel tabrak tadi berteriak ke arahnya.

"Lu belum tau gue siapa," Langkahnya berhenti di depan ruang dosen. Daniel merapikan bajunya sebentar, mengetuk pintunya beberapa kali.

"Ya, silakan masuk," terdengar suara dari dalam sana. Daniel bernapas lega, itu suara dosen pembimbing Daniel.

"Permisi pak," kepala Daniel melongok ke dalam.

"Masuk... Oh kamu Daniel, " beliau melihat Daniel dengan wajah cerah hari ini.

"Seger banget mukanya, apa mungkin baru dapet bonus? Entahlah," pikir Daniel heran. "Pak maaf, ini laporan magang yang Bapak minta dari saya. Silahkan diperiksa dulu, Pak." Daniel menyerahkan sebundel dokumen yang dijepit dengan dua buah penjepit berwarna hitam.

Dosen Daniel membuka jepitannya, mengambil beberapa lembar. Beliau langsung mengambil pulpen berwarna biru dari tempat alat tulisnya, dan meletakkan laporan Daniel di atas meja. "Yang ini saya rasa tidak perlu ditambahkan, karena pada dasarnya, konsentrasi Rekayasa perangkat lunak dan data yang kamu ambil....."

Mereka berdiskusi ringan dalam ruangan itu. Daniel selalu mencatat poin-poin yang dirasanya penting di sebuah catatan kecil yang selalu dia bawa kemana-mana.

Dosennya bukan dosen yang killer, namun beliau tak segan-segan memberi nilai E jika mahasiswanya kurang ajar.

Selang 20 menit diskusi mereka berakhir. Dosen itu memberikan Daniel beberapa lembar yang harus dibenahi olehnya. Alasannya, karena dia tak ingin Daniel mencetak lembar yang sudah benar lagi. Sayang buang-buang kertas katanya.

Saat ini, Daniel sudah menginjak semester 7, targetnya untuk lulus 3,5 tahun mungkin akan tercapai. Daniel sengaja mengambil magang pada semester 6, agar dapat bersamaan mengerjakan skripsi dan laporan magang.

Setelah keluar dari ruang dosen tadi, Daniel langsung memakai almamaternya dan berjalan menuju auditorium di lantai 7.

"Sayang!" seru seorang wanita memanggil Daniel dari belakang.

Daniel pun berhenti membalikkan badannya.

Wanita itu berlari ke arah dia. "Ayo cepet! Ditungguin Pak Sam di lantai 7!" Dia langsung menarik tangan Daniel menuju eskalator.

"Eh, sabar kali La! Aku baru kelar bimbingan nih," keluh Daniel, namun dia tersenyum melihat wanita itu. Betul, wanita yang menarik Daniel tadi adalah Lala. Kekasih hatinya.

Mereka berdua bergegas menuju lantai 7 dan langsung masuk ke auditorium."

"Inilah salah satu mahasiswa berprestasi kita, dari angkatan 2015, beri tepuk tangan yang meriah untuk Daniel Fernando!" seru MC tersenyum lebar, ketika acara sudah berjalan.

Daniel yang baru tiba langsung mendapat tepuk tangan yang meriah dan didorong oleh teman-teman panitia ospek yang lain untuk naik ke atas panggung. Mau tidak mau, Daniel akhirnya naik ke atas panggung. Beberapa mahasiswi dibarisan depan memasang mata ke arahnya.

"Selamat siang semua!" Daniel memulai sharing session kali ini. "Perkenalkan, saya Daniel Fernando, biasa dipanggil Daniel..."

"HAI, KAK DANIEL!"

"AAHH...KAK DANIEL!"

"LIHAT KE SINI KAK!"

Beberapa mahasiswi langsung berteriak histeris, sementara mahasiswa yang ada hanya terheran-heran.

Daniel pun hanya tertawa sopan, sembari melanjutkan perkenalannya. "Saya mahasiswa semester 7, dari Prodi Sarjana Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer..."

Semua antusias mendengarkan pemaparannya tentang menjadi mahasiswa berprestasi tanpa perlu embel-embel organisasi. Bukan tidak penting, namun Daniel berpendapat bahwa organisasi bukan sebuah hal wajib di kampus. Jika memang mahasiswa itu tidak ingin ikut organisasi, tapi memiliki lingkup perkenalan luas di luar kampus, bukankah tidak masalah, bukan?

Daniel memperhatikan audience. Waktu yang diberikan cukup panjang, sekitar 1 jam. Setelah sekitar 15 menit berbicara, audience yang ada terutama mahasiswanya terlihat kurang memperhatikan.

"Kayaknya kalo cuma saya sendiri gak asik nih. Gimana kalo kita panggil satu orang lagi?" audience menyambut dengan antusias. "Baiklah, kita undang peraih IPK sempurna, mahasiswi Prodi Desain Komunikasi Visual semester 3, Nabila Fitriana,"

Benar saja. Para mahasiswa yang tadi kurang semangat, langsung berbinar begitu mendengar nama wanita yang disebut. Lala menatap Daniel dengan mata melotot, sementara Daniel hanya tertawa. Teman-teman panitia yang lain juga hanya tertawa melihat Daniel dan Lala di atas panggung ini.

"Hai, semuanya!" Lala menyapa dengan riang. "Kenalin, nama aku Nabila Fitriana. Kalian bisa panggil aku Lala."

"KAK LALA AKU PADAMU!"

"KAK LALA, KAMU SEMPURNA!!"

"KAK LALA, AISHITERU,"

Seluruh audience tertawa.

"Sempurna itu hanya milik Tuhan, Dek," Lala berbicara dengan nada mengejek yang diiringi tawa seluruh peserta. "Aku sekarang menjalani semester 3 di Program Studi Sarjana Desain Komunikasi Visual. Alhamdulillah, semester 1 dan 2 kemarin, IP-ku meraih 4," Lala sedikit membungkuk yang diiringi tepuk tangan meriah seluruh peserta.

Mereka berdua melanjutkan sharing session. Sebenarnya, terlepas dari semester ini, Mereka berdua ini memiliki pribadi yang cukup unik jika dilihat. Daniel dan Lala memiliki kegiatan berbeda di kampus. Jika Daniel adalah mahasiswa kupu-kupu, maka Lala adalah mahasiswi kura-kura, alias anak organisasi. Sesi mereka berlangsung meriah. Mereka juga bisa mengimbangi candaan satu sama lain. Hingga tiba saatnya untuk tanya jawab.

"Silakan yang mau bertanya," kata Lala membuka sesi tanya jawab ini.

Pertanyaan pertama berhasil membuat seisi ruangan tertawa, tak terkecuali beberapa dosen yang mengawasi acara ini. "Kak Lala udah punya pacar belum?!" Teriak seseorang di belakang. Mereka berdua hanya saling tatap lalu tertawa.

Sebelum menjawab, dosen pembimbing Daniel yang kebetulan juga menjadi pengawas, memotong pembicaraan tersebut. "Hei, yang kalian lihat di depan ini pasangan berprestasi. Jadi, gak usah ngarep buat jadian sama salah satunya," Beliau berbicara dengan nada mengejek para maba, diiringi desahan nada kecewa seluruh peserta.

"Gapapa kok, kalian masih bisa berteman dengan kami. Eh, tapi... Khusus yang di depan cantik ini, ada waktu nanti malam?" Daniel menimpali dengan candaan yang bisa Lala mengerti.

Lala pun membalasnya. "Kalau aku maunya sama yang ini aja!" Lala langsung turun menarik tangan seorang laki-laki di bawah. Semua yang ada di aula tertawa lepas.

"Iya, gapapa, nanti pulang kan bareng aku, kamu tak tinggal di Muara Angke, ya?" ancam Daniel bercanda, memasang tampang serius.

"Tawa pecah dalam ruangan yang bersuhu dingin itu. Ya begitulah mereka berdua. Setelah selesai, Lala berpegangan dengan Daniel lalu mereka berdua membungkuk dan turun dari panggung. Acara berlangsung meriah dan ditutup dengan sukses.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang