Chapter 1

79 8 1
                                    

Lampu-lampu gedung di kampus sudah mulai padam, tapi masih banyak mahasiswa yg sedang berada di kampus hanya untuk mencari Wi-Fi. Daniel berjalan ke parkiran motor kampusnya. Dia lirik jam tangannya, sudah pukul 7.22 malam saat dia melepas kemeja dan berganti kaos salah satu brand terkenal. Saat hendak masuk parkiran, temannya memanggil.

“Niel, tadi lo dicariin Lala. Dia di gedung A. Lo coba temuin deh, takut ada apa-apa, soalnya tadi urgent katanya," pesannya.

“Lah, ada apaan, ya? Baru juga mau balik,” kata Daniel sedikit curiga.

“Kesana saja dulu, kalau ada apa-apa gimana? Lo tinggal samperin dia kek. Kasihan dari sore nyariin."

Daniel menghela napas, lalu menyandang tasnya sambil melangkah ke lantai 4 gedung A dengan malas.

Kemudian, Daniel naik tangga karena pada saat itu lift-nya rusak. Di tengah jalan Daniel berpapasan dengan teman sekelas lainnya.

"Lo tahu si Lala enggak?" tanya Daniel.

"Enggak tahu gue. Tadi sore sih ada di kelas, enggak tahu kalau sekarang," jawabnya.

"Ya sudah makasih ya,"

"Okay."

Daniel berdecak, dia melirik ke sana kemari berharap menemukan gadis itu secepatnya, walau sebenarnya dia malas.

Lalu Daniel kembali berjalan menyusuri gedung A lagi. Di saat dia mencari si Lala, dia bertemu dengan seorang adik tingkatnya yang sedang kesusahan membawa beberapa buku.

"Sini Dek, aku bantu bawa. Itu kelihatannya berat banget," pintanya ramah.

“Makasih ya, Kak” ucap seorang adik tingkat dengan perawakan tinggi semampai dengan tahi lalat di dagunya itu, sembari tersenyum penuh rasa terimakasih.

Daniel berjalan sambil membawakan buku adik tingkatnya itu, untuk dibawa ke perpustakaan Fakultas.

"Ini yah bukunya. Aku tinggal dulu ya, lagi nyari teman soalnya" ujar Daniel buru-buru.

"Iya Kak, makasih bantuannya," jawab gadis itu terlihat lega.

Daniel lantas menuju toilet yang berada di dekat perpustakaan untuk menunaikan panggilan alam.

Selesai dengan urusannya, Daniel terkejut ketika melihat seorang perempuan sedang mencuci muka di wastafel toilet laki-laki. Dia buru-buru melihat kakinya dan ternyata masih menapak tanah.

“Mbak, maaf ini toilet laki-laki. Untuk perempuan ada disebelah sana," ucap Daniel memasang tampang bingung.

Wanita itu menoleh lumayan terkejut. Daniel mengenalinya.

"Loh kamu ternyata, kok ke toilet cowok?"

“Eh, Kakak lagi! Maaf, toilet perempuannya tadi gelap, aku takut masuk. Jadi aku ke sini karena masih terang dan kulihat sepi. Aku kira tak ada orang, ternyata ada Kakak. Sekali lagi maaf ya, Kak," gadis itu menjelaskan panjang lebar dengan sedikit takut. Buru-burucdia mengelap tangannya dengan tisu toilet.

"Err, kalau toilet perempuannya gelap, saklar lampunya ada di dekat pintu masuknya kok,” balas daniel Canggung.

" Iya, maaf," kata gadis itu sedikit menundukkan pandangannya

Daniel sedikit merasa bersalah melihatnya. Tapi, gadis itu kembali memandang lekat wajah Daniel.

“Oh ya, makasih ya Kak atas bantuannya tadi. Mmhh, oh ya perkenalkan namaku, Desy," seraya menyodorkan tangan ke daniel. Daniel menjabat tangannya, menyunggikan senyum manis.

“Aku Daniel. Senang bisa berkenalan denganmu,” Daniel tersenyum sebisanya, karena dia cukup gesrek melihat senyum manis Desy.

Lalu Desy segera membereskan peralatannya.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang