P R I N C E S S

156 9 0
                                    

"Yudex ngubungin kamu, Mel?," suara Shinta di telfon.

"Mm..kenapa emang? Belum tuh." Jawabku, berbohong.

"Oowh, kirain ngubungin. Setelah kamu pulang dari acara reuni, dia nanyain nomer telfonmu. Aku pikir kisah kalian bakal berlanjut." Shinta tertawa kecil dari seberang.

"Oh iya, Yudex ngubungin aku trus ngajak ketemuan. Dan aku membalas pesannya dengan sigap, lalu dia ngilang." Jawabku, tapi dalam hati saja. Meski pada Shinta, sahabatku sejak SMA, tentu aku masih gengsi mengaku bahwa kejombloan telah membuat keagresifanku meningkat pesat.

Aku mendengus kesal.

"Ya udah ya. Bye." Shinta menutup telfonnya.

***

"Kak, ada tamu." Merry, adikku mengetuk pintu kamar.

"Hah? Siapa? Panggil ibu aja." Rasa malas membuatku enggan beranjak dari tempat tidur.

"Ibu ke rumah bu RT. Lagian ini tamu buat kakak." Merry melongokkan kepalanya ke dalam kamar.

"Siapa?," aku meletakkan kaleng rengginang yang sedari tadi menemani membaca buku.

Gadis berusia 17 tahun itu mengidikkan kedua bahunya. "Tumben punya teman ganteng." Merry mengecilkan volume suaranya.

"Siapa?," Penasaran, kuhampiri Merry yang masih berdiri di ambang pintu.

"Entah, sepertinya belum pernah datang kesini. Nunggu diteras tuh."

Aku mengernyitkan dahi. Yudi kah? Kan dulu waktu Yudi sering datang ke rumah, Merry masih umur 2 tahun. Pasti dia lupa wajah Yudi.

"Udah buruan gih, ganti daster kedombrangannya. Yang rapihan dikit, ada pangeran tampan bertamu." Merry mengedipkan sebelah matanya.

Aku menggaruk kepala meski tak gatal. Waduh, pangeran tampan. Tidak mungkin teman kantorku. Karena jomblowan dikantor tidak ada  yang ganteng. Jangan-jangan benar ni si Yudi. Senyumku mengembang seketika. Darahku mengalir lebih deras.

Benar kata Merry, kalau aku keluar pakai daster begini si Yudi pasti mengira aku jomblo beranak empat. Dasteran, rambut dicepol, muka awut-awutan. Persis emak-emak yang sudah kelelahan seharian ngurus rumah dan balita.

Biarlah sang pangeran tampan menunggu tuan putri barang beberapa jenak. Aku tersipu malu.

Segera kubergegas ke kamar mandi. Meski sekedar cuci muka, karena mau mandi kok ya masih malas. 😁

Kusisir rambut dengan rapi. Dikuncir ekor kuda, memperlihatkan leher yang jenjang. 😅 Lebih tepatnya, menonjolkan lemak-lemak dilipatan leher sih. Byuh.. 😓

Blouse warna peach melengkapi penampilanku. Sekedar tahu ya, blouse ini biasanya kupakai untuk acara semi resmi. Ke acara kantor misalnya. Warnanya cantik, modelnya juga up to date.

Kusapukan blush on, supaya wajah ini bersemu merah. Eyeliner membingkai mata bulatku dengan sempurna. Goresan lipstik nude membuat penampilanku lebih segar.

Cermin menampakkan bayangan seorang perempuan yang cukup menarik. 😁 Ah tiba-tiba tingkat kepedeanku meningkat beberapa persen.

Pangeran tampan, i'm coming. Bisikku di depan cermin.

Aku melangkah perlahan menuju teras rumah, tempat sang pangeran tampan menunggu princessnya.

Suara Merry berbincang akrab terdengar sayup melewati daun telingaku. Sesekali mereka tertawa. Aku terhenti saat hendak melangkah ke ruang tamu. Mengatur debar jantung yang tak karuan ritmenya.

Jarak beberapa meter saja terasa jauh. Kaki ini gemetar melangkah. Dari balik kaca aku memperhatikan bayangan seorang laki-laki yang sedang berbincang dengan Merry.

Single AvailableOnde as histórias ganham vida. Descobre agora