6- Sang Pujaan Hati

565 106 35
                                    

Haloo Bapak Ibu guru balik nihh
Selamat membaca yaa. Jangan lupa tekan vote dan berikan komentar.
Thanks. Muaach 😄

Love,
Emak author

-----++++++----+++++++++------

Dafi memicingkan mata saat mengenali pengedara motor matic merah dengan tas ransel hitam yang memiliki bandul koala di salah satu zippernya. Motor itu berhenti berjarak dua motor di depannya tepat di lampu merah yang berada dekat sekolah. Dafi tersenyum sebelum akhirnya memacu gas karena lampu hijau menyala.

"Morning Bu Eira," sapanya setelah berhasil mensejajari matic merah yang dikendarai Eira.

"Pak Dafi, ini kita lagi di jalan raya loh," protes Eira tanpa menjawab sapaan Dafi.

"Iya, siapa yang bilang kita lagi di bioskop?" timpal Dafi sambil tetap mensejajari Eira.

"Pak, ini jalan bukan punya nenek Pak Dafi. Jangan menuhin. Sana duluan!"

"Bu Eira aja yang duluan. Saya jagain dari belakang."

"Terserah," Eira pun menambah kecepatan motornya, mengabaikan Dafi hingga dia berbelok masuk ke gerbang sekolah.

"Stop, stop! Biar saya yang parkirin," Dafi mematikan mesin motornya kemudian melangkah mendekati Eira yang tampak kesusahan memarkir motor karena space yang sempit.

"Saya bisa sendiri," bantahnya. Dafi pun menghela nafas menyerah dengan penolakan Eira tapi dia tidak bergeming. Dafi memilih tetap berdiri pada posisinya sembari bersedekap.

Dua detik kemudian Eira memekik karena motor di sebelahnya hampir ambruk jika saja tangan Dafi tidak cekatan memegangi.

"Well, ini akibat dari sifat keras kepala," sindir Dafi. Dia langsung melangkah mengambil alih motor Eira setelah motor di sebelahnya kembali berdiri.

Eira menggigit bibir menahan malu sekaligus sebal. Dia memang tidak begitu ahli urusan begini. Dari dulu dia terlalu bergantung pada Erawan dan Erlangga urusan begini. Mendadak Eira menyesal kenapa level maskulinitasnya begitu rendah.

"Terima kasih," gumam Eira setelah Dafi berhasil memarkirkan motornya dengan rapi.

"Lain kali kalau mau pasang gengsi, lihat situasi dulu," sindir Dafi sambil mengulurkan kunci motor Eira.

"Ck. Koala," gumam Dafi setelah menyadari bahwa pernak pernik Eira hampir semua berhubungan dengan koala. Mulai dari gantungan ziper tas, gantungan kunci motor, bahkan Dafi baru ingat kalau HP Eira yang dia comot tempo hari juga tercover softcase bergambar Koala.

"Kenapa?" tanya Eira tak terima merasa di kritik soal Koala.

"Nggak papa. Lucu."

"Saya nggak ngelawak."

"Nggak ada yang bilang Bu Eira ngelawak."
"Terus apa yang lucu?" Dafi hanya mengendikkan bahu merespon pertanyaan Eira sembari tersenyum.

Eira menghela nafas kemudian beringsut meninggalkan parkiran.

"Kenapa koala?" tanya Dafi sambil mencoba mensejajari langkah Eira.

"Koala itu hidupnya tanpa beban. Dia bisa tidur hampir seharian."

"Jadi Bu Eira tukang tidur?" Eira langsung mendelik mendengar tanggapan Dafi. Mulut guru BK ini suka rusak saringannya.

"Semua orang suka tidur. Istirahat, lepas beban, bahkan bisa memimpikan hal indah," sanggah Eira.

Dafi terkekeh, "dari pada memimpikan hal indah, saya lebih suka membuat yang indah itu nyata karena mimpi cuma bertahan semalam."

Eira diam tak menanggapi. Suka-suka Dafi mau berpendapat apa.

Hello My Future: Who are You? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang