Part 10. Hatiku kenapa?

89 5 0
                                    

***

Orang-orang itu berhamburan dihadapannya. Pemandangan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, lelaki dengan baju koko rapi dan wanita berjilbab besar mendominasi sekelilingnya.

'Sitiff. Gue beneran salah masuk dunia' pikirnya.

○○○

Mereka berjalan dengan anggunnya, lalu bertegur sapa dengan senyuman, tidak lupa berjabat tangan, saling memanggil ukhti. Ukhti? Yaps, panggilan mereka satu sama lain.

Namun perempuan satu itu masih saja berdiri dengan raut wajah bingung didepan ruangan. Satu petikan tangan dari arah pintu menghentikan khayalan dan pikirannya yang sudah terbang kemana-mana.

"Bisa dimulai" ucap Genta selaku ketua event Maulid Nabi.

Lomba hari ini sudah dimulai. Terlihat Nia yang masih sangat grogi berdiri didepan seluruh peserta lomba hijab syar'i. Sesekali ia memainkan bolpoin yang ada ditangannya untuk sedikit menormalkan detak jantungnya yang sejak tadi berdebar sangat kencang.

Lomba berakhir pukul 5 sore. Segerombolan orang yang ada diruangan itu tiba-tiba menghampirinya, Nia terlihat sangat takut.

'Mau apa mereka? Astaga gue ada salah ngomong ya tadi? Kenapa pada jalan kearah gue?' Pikirnya ketakutan.

Salah satu dari mereka sudah lebih dulu memegang tangan Nia, dengan raut wajah bingung Nia tersentak kaget.

"Sukses untuk lomba selanjutnya ya ukhti, kita pamit duluan ya, syukron untuk suguhannya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab Nia pelangak pelongok dengan sedikit senyum.

Begitupun dengan yang lainnya, satu persatu menghampiri Nia untuk berpamitan pulang.

'Oh Tuhan Ini apa lagi? Kenapa gue mala benci sama orang kayak mereka? Mereka ramah banget sama gue, orang yang bahkan nggak mereka kenal. Tapi kenapa gue mala nggak suka liat mereka cuma karna penampilannya yang sok alim?'

○○○

Dear Diary..
Terkadang aku merasa takut berada didekat mereka, alasanku sangat sederhana, hanya karena jilbab besar yang membalut tubuhnya. Namun aku tak habis pikir, mengapa mereka selalu memperlakukanku dengan sangat baik? Bukankah aku selalu bersikap jutek?...
Bodoh.. Aku sangat bodoh. Jika memang aku tak suka dengan mereka, lalu mengapa aku masih berdiam dalam lingkungannya? Bukankah aku bisa saja melepaskan diri dari mereka? Lantas apa alasanku bertahan dalam organisasi ini? Ah perasaan yang aneh. Ingin meninggalkan namun tetap bertahan.

Benda bertinta hitam itu terus berjalan diatas kertas putih, meluapkan semua isi hati.

Apa akan ada yang berubah?
Jawabannya iya. Sejak saat itu hatinya mulai luluh, terlalu banyak yang diragukan hingga kebenaran pun tidak dapat terlihat.

Malam itu jam menunjukkan pukul 8.30, terlihat Nia yang berpakaian rapi sedang menelpon seseorang, namun ada yang beda darinya. Nia memakai jilbab? Sejak kapan? Kok bisa?

"Oke, gue tunggu ya"

Tidak lama kemudian mobil putih berhenti di depan rumah Nia, segera Nia menghampiri mobil tersebut dan pergi bersama Lala, salah satu teman dekatnya dikelas selain Akbar, Nando dan Bagas.

Aku dan WaktuWhere stories live. Discover now