Part 5. Kau yang pertama

111 8 1
                                    

***

Pagi itu terlihat jelas wajah-wajah tidak bersemangat dikelas lantai 2 pojok kanan. Matematika adalah pelajaran yang paling dihindari banyak siswa dari dulu. Bu Ana, siapa yang tidak mengenal bu Ana? guru kiler sejagat raya. Wajahnya sangat cantik dan masih sangat muda dibanding guru lainnya, namun berbanding terbalik jika sedang mengajar, seketika wajah cantiknya berubah bagaikan macan yang siap menerkam mangsa.

"Kok tumben semuanya diem?" Bisik Nia mendekati Akbar yang tidak biasanya memasang wajah seserius itu, kali ini Akbar sangat serius memperhatikan guru yang sedang mengajar, berkedip pun tidak berani HAHA.

"Lo nggak pernah baca sejarah ya?" Jawabnya berbisik tanpa memalingkan wajahnya sedetikpun.

"Sejarah apaan?" Tanya Nia berbisik serius bagaikan anak kecil yang sedang bermain petak umpet.

"Dari yang sudah-sudah, banyak yang bilang kalo bu Ana guru paling kiler disini"

"Kiler itu kalau baru bangun tidur kan?" Tanya Nia mencandai Akbar.

"Itu sih kebiasaan lo" balas Akbar tidak mau kalah. Kali ini Akbar memberanikan diri memalingkan wajahnya dari papan tulis.

"Ada lagi nih yang belum lo tau"

"Apa?" Tanya Nia penasaran. Kali ini mereka bergantian. Hanya Nia yang memperhatikan bu Ana mengajar.

"Bu Ana kalau nggak diperhatiin suka lempar pengha..."

Plaaakkkk

Belum sempat menyelesaikan omongannya, pipi Akbar lebih dulu disambar oleh sebuah benda berwarna hitam. Pendaratan yang tidak pernah meleset, sempurna.

Kelas yang awalnya hening bagaikan kuburan, seketika dibuat ribut oleh suara murid sekelas yang menertawakan Akbar, terlihat jelas bekas hitam dipipinya.

"Ibu gue goreng ikan, lo yang gosong yaaaahhhh"

"Panci gue yang dipake masak, lo yang item yaaahhh"

Nando dan Bagas saling bersahutan mengolok Akbar dan tidak bisa menahan ketawa. Kebiasaan saling mengolok seperti ini sudah biasa bagi mereka berempat sejak smp. Siapa lagi kalau bukan Nando, Bagas, Akbar, dan Arkan, namun hanya Arkan yang tidak berada dikelas yang sama. Sayangnya kesialan kali ini berpihak pada Akbar, anggota terpolos di geng kucritt. Nia partner gosip Akbar hanya diam menahan tawa karena tidak tega melihat teman sebangkunya yang sangat amat polos ini begitu kebingungan bercampur kaget.

"Kamu yang dibelakang maju kedepan!" pintah bu Ana dengan tegasnya. Kali ini rumor-rumor yang beredar semakin terlihat jelas, wajah bu Ana yang sangat cantik itu akhirnya berubah sebagaimana sejarahnya.

"Saya bu?" Tanya Akbar yang masih dilanda kebingungan.

"Iya kamu, mau dilempar sekali lagi?"

"Lempar bu lempar" sahut Nando dan Bagas berulang kali memanaskan bu Ana yang sudah mulai panas.

Suasana kelas masih ramai dengan sorakan kegirangan anak-anak kelas terutama Nando dan Bagas yang sangat semangat melihat Akbar yang akan dihukum. Akbar yang baru saja tersadar akan apa yang sedang terjadi setelah berputar di dunia lamunan kebingungan akhirnya maju dengan tubuh yang mulai gemetar.

"Cerita apa dibelakang? Ayo cerita ulang, ibu mau denger"

"Oh itu bu, cuma bahas sejarah bu Ana doang" jawab Akbar polos, tidak lupa dengan cengengesannya.

"Sejarah apa? Emang saya kenapa?"

Akbar hanya diam tidak berani bicara lagi karena hampir keceplosan. Sedangkan Nando dan Bagas masih terus mengompori bu Ana agar semakin panas.

Aku dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang