Melepas rindu

109K 2.7K 15
                                    



Happy Reading






Maisya sudah dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya ketika Malvin mengajaknya ke hotel. Pria di sampingnya yang tengah mengobrol dengan resepsionis ini terlihat lebih dewasa dan matang di banding 2 tahun yang lalu. Rahangnya yang kokoh, hidungnya yang mancung, serta bibirnya yang seksi. Maisya sangat bersyukur karena orang tuanya mengenalkannya pada pria sepanas ini padanya.

"Ayo!"

Malvin menarik Maisya untuk mengikuti langkahnya memasuki sebuah kamar yang sudah dipesannya untuk mereka berdua.

"Jadi, kenapa kamu menangis, sayang?" tanya Malvin mereka berdua telah tiba di kamar.

Maisya menghembuskan nafasnya kasar kemudian duduk bersila di ranjang.

"Aku baru saja di putusin," jawab Maisya masih dengan wajah cemberutnya.

Malvin langsung tertawa terbahak-bahak.  Maisya mendelik karena Malvin tertawa diatas penderitaannya.

"Sudah kubilang, yang mau sama kamu itu cuma aku," ledek Malvin masih dengan tawanya.

"Dasar menyebalkan!! Kembali sana ke Australia!!"

Maisya sangat kesal. Ia langsung melempari Malvin dengan bantal. Tentu saja dengan mudah Malvin menghindar. Ia kemudian menghampiri Maisya di ranjang.

"Kita baru ketemu. Jangan marah-marah dong. Gak mau melepas rindu, hm?"

Malvin mengucapkannya tepat di depan wajah Maisya. Wajah keduanya sangatlah dekat. Maisya bahkan bisa merasakan deru nafas Malvin yang teratur menerpa wajahnnya.

Maisya langsung menarik leher Malvin kemudian menyambar bibir seksi pria itu. Maisya melumat bibir Malvin. Pria itu tersenyum penuh kemenangan. Ia juga tak mau kalah dari Maisya. Keduanya saling melumat, menggigit bahkan bertukar saliva. Sentuhan seperti ini sudah sangat mereka rindukan. Malvin membaringkan tubuh Maisya dengan hati-hati tanpa melepas kontak bibir mereka. 


"Aku merindukanmu, sayang."

Malvin berbisik pelan tepat di telinga Maisya. Dengan gerakan tergesa Malvin melepas pakaian atas Maisya. Maisya melengkungkan punggungnya ketika Malvin berusaha melepaskan branya.


"Malvin, apa yang kau?" kaget Maisya ketika ia sadar apa yang baru saja dilakukan oleh Malvin.


"Menikahlah denganku, maka akan aku berikan segalanya," kata Malvin dengan nada penuh ancaman.

"A-apa??" Kepala Maisya pening karena otaknya sedang tidak berfungsi.

"Berjanjilah kalau kamu mau menikah denganku dulu," pinta Malvin dengan seduktif.

"Baiklah! Tapi lepaskan aku!"

Maisya tidak sadar lagi dengan apa yang sudah ia katakan. Yang ada dibenaknya sekarang hanyalah ia butuh pelepasan. Malvin tersenyum penuh kemenangan ketika ia akhirnya mendapatkan apa yang ia mau.

*


Maisya terus memasang wajah masam ketika Malvin membawanya kembali ke rumah. Maisya merutuki mulutnya yang bisa bekerja lebih cepat dari otaknya. Bagaimana mungkin ia bisa mengiyakan permintaan Malvin yang ingin segera menikahinya. Menikah belum ada di otak kosong Maisya hingga saat ini.

Berbeda dengan Maisya, Malvin justru memasang wajah sumringah karena berhasil menjerat Maisya untuk menikah dengannya walaupun dengan cara kotor seperti tadi.

"Caca, kamu pulang???"

Seorang wanita paruh baya berlari mendekap Maisya penuh kerinduan. Dia adalah Kirana, ibu dari Maisya. Meskipun rumah dan kosnya berjarak lumayan dekat, Maisya sangat jarang pulang ke rumah kecuali minta uang. Benar-benar anak tidak tahu diri.

"Halo, Tante." sapa Malvin ramah kepada Kirana. "Oh ya Tan, aku sama Caca punya kabar baik buat Tante."

Maisya yang akrab di panggil Caca ini langsung mendelik ke arah Malvin. Ia tahu kalimat apa yang akan keluar dari mulut Malvin saat ini.

"Caca sudah setuju untuk menikah denganku dan pernikahan kami akan dilaksanakan sebulan lagi," cetus Malvin sepihak. Maisya langsung membulatkan matanya tak percaya.




Bersambung






Hot gak nih???? Btw ini first story aku yang 21+++ 🤣🤣🤣

BE YOURS Donde viven las historias. Descúbrelo ahora