ABOL×[6]×

18 6 5
                                    

_×[SICK]×_

°
°
°

^Sakit dibadanku tak semenyakitkan sakit dihatiku. Terluka, tapi tak berdarah.^

•••

Senyum penuh kemenangan kini lenyap entah kemana. Semangat yang awalnya mengebu kini menguap seperti abu. Tak ada yang tahu, karena kini dia tersenyum palsu. Chika, gadis itu, menatap penuh harap kepada Dava yang kian menjauh dari tempatnya berdiri. Berharap bahwa lelaki itu hanya bercanda dan memilih kembali untuk mendukungnya.

Dia tersenyum masam, berbeda sekali dengan gadis yang berada disampingnya. Senyum penuh kemenangan kini mulai tercetak dibibir mungil Dita.

"Dav, lo—ish tega lo! " Dito, cowok yang menjadi mantan teman sebangkunya itu yang pertama kali angkat suara, mendengar pilihan Dava. Meskipun Dito tampak menyebalkan diluar, jangan salah dia akan tetap siaga satu saat Chika dalam masalah. Dan masalah gadis itu satu satunya yang dia ketahui adalah sosok cowok bernama Dava.

Menjadi teman sebangku Chika dua tahun berturut turut membuatnya bisa mengenali watak gadis itu luar dalam meskipun dia sering dikatai kepo oleh gadis yang tengah berada didepan itu, ketahuilah bahwa kekepoannya tanda dia menghawatirkan gadis itu, dia care dan respect .

Dava menoleh menatapnya bingung. "Susah ngomong sama orang kek lo! " Setelah itu dia sibuk menatap Chika yang kembali kebangkunya, dengan disambut tepukan hangat dibahu gadis itu oleh teman sebangkunya yang baru. Reva.

"Chik, "

"Thanks, Dit, gue gak papa kok. " selama menjadi temannya Chika, dia tidak pernah tahu gadis itu menyukai seseorang seperti sekarang ini. Tanpa mendengar kata kata gadis itu, jika menyukai Dava, dia sudah tau. Karena itulah teman, paham dengan sendirinya. Bukan karena biasa, mungkin saja ada ikatan tak kasat mata yang tumbuh dengan sendirinya.

"Gue sebenernya mau marah sama tuh cowok. Tapi, ini kan bukan salah dia juga. Pilihan setiap orang kan bebas. " Chika tersenyum tulus. Mendengar perkataan Reva yang memang benar adanya.

"Iya, gue tau kok. "

"Bos, cayoo!! Semangat!! " suara lain ikut menengahi pembicaraan mereka. Chika kembali tersenyum ke lelaki itu. "Pasti Reg, gue gak akan nyerah, cuma gegara ginian doang. Ini mah kecil. " sambil menjentikkan jarinya Chika tertawa kecil. Dan itu sukses membuat mereka yang menghawatirkannya bernafas lega.

Setelah seperkian jam mereka membuat Chika melupakan pemilihan ketua kelas yang menjadi imbang berkat Dava, kini mereka benar benar bisa bernafas lega. Mendengar tawa Chika yang se-nyaring biasanya membuat persekulasi mereka tentang keadaan Chika yang benar benar membaik, benar. "Chik, ke kantin kuy. Lapher nich. "

Chika menatap jengah Dito, mereka tertawa melihat tatapan jijik gadis itu.

"Dav, thanks ya buat yang tadi. Nih aku ada kue, buat kamu. Sebagai tanda terima kasih. Buatan aku sendiri loh, " Dita menatap malu Dava didepannya. Dava mengangguk dan cepat cepat memasukan tepak kue itu kekolong meja setelah Dita melenggang pergi.

Chika yang melihatnya, menatap nanar lelaki itu.

"Udah, gak usah dilihat. Sakit ati tau rasa lo. "Chika menoleh ke samping, kearah Reva yang menepuk pelan bahunya. Dia mengangguk dan tersenyum singkat.

"Ya udah yuk, katanya si Ditot kaca tadi laper. " kekeh Chika.

"Ditot kaca pala lo bulet?! " Dito melotot tajam kearah gadis itu.

"Apa lo! Berani macem macem sama sohib gue lo?!" ancam Reva, merangkul bahu Chika dan mengajaknya segera pergi dari jangkauan Dito. Gadis itu kembali tertawa nyaring melihat wajah tertekuk milik mantan teman sebangkunya itu. Sungguh menggelikan melihat seorang Dito yang suka mengganggunya terlihat menciut berhadapan dengan Reva. Mungkin nanti saat lelaki itu mengganggunya, dia bisa meminta perlindungan sisi Reva yang terlihat seperti body guard .

A BEAUTIFULL OF LOVE [MI_DOREMI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang