Sawah Besar: Senin, 14 April 2014 - Bagian 3

Start from the beginning
                                    

Ketika semua orang telah berdiri, tinggallah Novi dengan gawainya. Sarah berusaha mengajaknya berjalan, "Ayo, Novi," tetapi Novi tidak beranjak.

Diva melihat sebentar, dan mengernyitkan alisnya. Ia bergegas menuju ke arah Novi dan dengan cekatan merebut gawainya. Novi terhentak, dan berteriak, "Punyaku!"

"Jalan," balas Diva cepat, "Sini ambil!"

Novi kembali berteriak, dan Diva siap-siap berlari sambil terkekeh. Berlarilah mereka berdua ke luar kelas, dengan Sarah dan Arli menggelengkan kepala sambil tersenyum di belakang. Robi hanya melihat dan ikut tersenyum.

Tiba-tiba, Novi berhenti. Pun juga dengan Diva, dan semua orang. Perlahan tapi pasti, Novi menutup kedua telinganya dengan tangannya. Ia yang merasakan paling duluan, kemudian disusul oleh Sarah yang mulai merasa tidak nyaman. Hingga pada akhirnya, Novi jatuh berlutut dan berteriak parau. Sarah dan Robi segera menutup telinga mereka, dan Diva melihat kilat hitam di langit melaju. Terlalu cepat untuk dikejar matanya.

Gemuruh suara itu masih belum selesai, tetapi Sarah memaksakan diri untuk terbiasa dan bergegas menuju Novi. Novi meringkuk, menangis menjerit-jerit, "Udah! Udah! Hentiin!"

Ketika sampai, Sarah berusaha membangunkan Novi agar ia dapat berjalan. Harus ia akui bahwa gemuruh tadi membuatnya lemah, ditambah dengan Novi yang tak mau diangkat.

Gemuruh kedua lewat, dan Novi kembali memekik. Semua melumpuh karena suara dahsyat itu, dan juga pusing serta kehilangan keseimbangan. Tak lama, terjadi gemuruh ketiga, tapi kali ini gemuruh tersebut juga dibarengi getaran kecil. Suaranya tidak lagi lesatan sayap-sayap hitam, melainkan dentuman nan dalam. Semua orang terjatuh, disertai beberapa bangku di dalam kelas serta sebuah lampu langit-langit tiga langkah di depan Diva.

"Ini ada apa?! Novi takut! Novi takut!" jerit Novi. Arli segera bangkit, tetapi hampir gagal berdiri karena dentuman dan getaran susulan, "Anak-anak! Cepat turun!"

Diva bangkit dan berlari menuju Sarah dan Novi, dengan sigap dan sekuat tenaga mengangkat Novi hingga berdiri. Diva kemudian menarik tangan Novi kuat-kuat hingga Novi tak punya pilihan selain ikut berlari bersama Diva. Sarah menyusul, diikuti oleh Robi dan Arli di belakang.

Diva dan Novi yang paling duluan sampai di tangga turun, tetapi dentuman dan getaran ketiga dengan cepat merampas keseimbangan mereka berdua. Sarah dan Robi bahkan tersungkur di belakang, sedangkan Arli berusaha untuk dapat tetap berdiri meski harus berhenti berlari. Dalam sepersekian detik, Diva menyadari bahwa Novi akan terjun bebas ke lantai dua atau berguling-guling melewati anak tangga. Dengan keseimbangannya yang tersisa, Diva menangkap kerah Novi dan menarik sekuat tenaga. Nahas, Diva tak cukup kuat, dan kini ia akan terbawa terjun bebas bersama Novi.

Sebelum ia dan Novi benar-benar terjun bebas, Diva menggunakan tangan kirinya untuk meraih pagar tangga. Ia berhasil, tetapi genggamannya tidak cukup kuat. Akhirnya, ia dan Novi terjatuh ke depan. Karena ia tahu pegangan di tangan kirinya tak cukup kuat, ia segera melepas pegangannya dan memeluk Novi seerat mungkin. Tubuhnyalah yang menjadi bantalan bagi Novi selagi mereka berdua berguling-guling menuju lantai dua.

Dentuman keempat beserta getarannya datang setelah Novi dan Diva tersungkur di lantai dua, sedangkan Sarah dan Robi berpengangan erat di pagar tangga. Arli melihat Diva. Paniknya menghilang ketika Diva terhuyung-huyung berusaha duduk, dan Novi terlihat tak apa-apa meski lemas. Setelah dentuman dan getaran keempat beserta susulannya sudah dibiasakan oleh semua orang, Sarah dan Robi bergegas turun ke lantai dua dan menghampiri Diva.

"Diva, Novi! Kalian nggapapa?!" teriak Sarah.

"Udah, cepet! Bantu gua diri!" Diva balas berteriak.

Ujian NasionalWhere stories live. Discover now