004

2.7K 213 4
                                    

Jeonghan menyenderkan punggungnya di depan dinding cermin yang dingin, tangannya mengusap keningnya yang berkeringat.

"Minum dulu hyung," kata Seokmin menyodorkan sebuah botol minuman.

Jeonghan menerimannya dengan senyuman, dan meneguk minuman itu sampai habis.

"Hyung, jika tidak kuat bilang saja. Kita akan mencari alasan agar kau tidak perlu ikut latihan" kata Seungkwan mendudukan dirinya di hadapan Jeonghan.

"Tidak, aku tidak ingin menyusahkan kalian, lagi"

Jihoon menghela nafasnya, ia melihat keseliling tempat mereka berlatih, aman, sudah sepi, hanya tinggal mereka saja, "Ingat hyung, sekarang ada sosok lain yang hidup bersama mu, "Di dalam sana," telunjuk Jihoon menunjuk perut Jeonghan yang mulai sedikit buncit.

"Kau ingin dia kelelahan juga?" lanjut Seungkwan dengan nada khawatir.

Jeonghan menundukan kepalanya, ia jadi merasa bersalah pada bayinya.

"Hyung, kau belum cerita pada kami soal kehamilan mu. Apa itu sangat berat untuk diceritakan, hyung? Kami hanya sekedar ingin tau, setidaknya siapa ayah dari bayi ini" tanya Seokmin kemudian.

Seungkwan menganggukan kepalanya dengan antusias, "Setidaknya kalau hyung cerita pada kami sedikit saja mengenai dia, mungkin kedepannya kita bisa bantu, hyung"

"Aku harus bercerita apa?! Aku benar tidak ingat apa-apa, bagaimana sosok wajah ayah dari bayi ini tidak terbayang sedikit'pun" Jeonghan menyentak dengan kesal.

"Hyung," Seokmin merangkul pundak Jeonghan dengan erat.

"Siapa ayah dari anak ini aku tidak tau! Kapan kami melakukannya 'pun aku tidak tau, Seok"

"Kau tidak ingat dengan ayahnya?" Joshua yang sedari tadi diam di sudut ruangan, akhirnya datang mendekat.

Jeonghan menggelengkan kepalanya, "Sedikitpun benar-benar sedikitpun bayangan wajahnya, aku tidak ingat Josh"

"Aku tidak menyangka ini akan terjadi pada mu hyung" ujar Seungkwan dengan nada sedihnya, pemuda itu juga menitihkan air matanya.

"Ya sudah, aku yakin kau pasti akan ingat, Han. Kau hanya perlu waktu. Yang lain juga berhenti, kasihan Jeonghan jika terus di paksa. Itu akan menambah beban pikirannya, nanti mereka bisa stress!" tukas Joshua membela.

Seokmin, Seungkwan dan Jihoon menganggukan kepalanya setuju, demi kebaikan Jeonghan mereka harus saling mengerti antara satu sama lain untuk saat ini.

Jeonghan tersenyum dan menarik Joshua kedalam pelukannya, "Terimakasih, Josh."

"Anytime, Han"

"Ya udah aku keluar dulu minta izin ke manager ," usul Jihoon yang kemudian meninggalkan ruang latihan.

"Makasih juga kalian,"

・・

"Hanna!"

"Mingyu?"

Mingyu lelaki bertubuh tinggi itu tersenyum, menampilkan kedua gigi taringnya yang manis.

"Oh, Mingyu-ssi? Ada apa kesini?" tanya Joshua dari arah belakang, kedua tangannya sedang kesulitan membawa dua tas yang sedikit beratm

"Ingin mengajak Jeonghan pergi, Apa latihannya sudah selesai?"

Jeonghan menganggukan kepalanya, "Ah, Josh, tidak apa kalau aku pulang dengan Mingyu?"

"Kau kenal dengan Mingyu-ssi?"

"Nanti saat pulang akan aku ceritakan. Aku pulang dengan Mingyu ya? Tolong sampaikan yang lain, ya?" pinta Jeonghan dengan nada sedikit memelas.

"Jangan pulang terlalu larut, ingat kau sed-"

"Aku ingat!" potong Jeonghan dan segera  menarik lengan Mingyu menjauh membuat raut wajah Joshua sedikit berubah.

・・

"Apa kau sakit?" Mingyu menguci mobilnya sebelum menyusul Jeonghan yang sudah sedikit jauh dari area parkir di pinggiran kota. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki sejenak menikmati sore hari sebelum kembali ke rumah masing-masing.

Jeonghan menolehkan kepalanya, "Tidak"

"Lalu kata Joshua?"

"Penyakit biasa, nanti cepat sembuh. Oh ya Gyu, kita mau kemana dulu?"

Mingyu menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal, "Sebenarnya aku tidak tau, aku bingung."

"Cks! Gyuiee tidak pernah berubah! Kalau begitu kita makan saja, bagaimana? Kebetulan aku lagi ingin sesuatu" kata Jeonghan seraya melihat kedai-kedai makan yang berada di depan mereka.

Mingyu hanya menganggukan kepalanya dan membiarkan Jeonghan menarik tangannya.

"Eo? Gamjatang?"

"Kau tidak suka?" Jeonghan mendongakkan kepalanya, tingginya yang lebih pendek dari Mingyu membuatnya harus melakukan itu saat mereka bicara, cks.

"Bukannya kau yang tidak suka dengan olahan daging babi, Han?"

"Tidak tau, tiba-tiba aku ingin makan sup kaldu babi itu!"

"Oke buat Hanna, aku akan bayarin"

"Call!"

-

Setelah menyantap makan mereka, Mingyu mengajak Jeonghan ke salah satu pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari kedai sebelumnya.

"Kau ingat dengan ini, Han?" Mingyu menunjuk makanan berperisa manis.

"Hmm! Aku ingat!"

"Keterlaluan kalau sampai lupa, kaukan selalu merengek jika ingin makan ini!" kata Mingyu di akhiri dengan tawa yang membuat Jeonghan kesal.

"Aku tidak seperti itu!"

Mingyu mengusak rambut Jeonghan dengan gemas, beruntung kedai gula yang mereka kunjungi sedang sepi.

"Benar, Hanna yang sekarang sudah berubah!"

Jeonghan kembali berdecak, "Gyuiee juga berubah, aku sampai tidak mengenali!"

"Aku jauh lebih tampan bukan?" tanya Mingyu menyombongkan diri.

"Aku bilang tidak, tapi itu benar adanya. Gyuiee yang dulu lebih pendek dariku! Ia juga sangat pendiam, ia hanya mau berteman dengan meja di ruang kelas."

"Dan Jeonghan yang dulu, apa ya? Kau lebih pendiam dariku, bahkan saat jam istirahat saja kau memilih tidur"

Jeonghan memukul pundak Mingyu cukup keras, "Yak!"

Mingyu kembali tertawa "Sepertinya sudah mulai gelap, kau harus pulang lebih awal bukan?"

Jeonghan mengerucutkan bibirnya kedepan, "Hmm,"

"Aku antar pulang oke?"

Dengan tidak rela Jeonghan menganggukan kepalanya setuju.

tbc
.
.

💜ily

Our Baby [GyuHan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang