28. I dont care

3.6K 235 17
                                    

Kini keduanya tengah duduk dibawah pohon, tak lupa dengan dua mangkuk bakso yang masih panas. Kayla-si gadis kecil nan menggemaskan itu sibuk dengan es krimnya yang tadi ia beli ke abang-abang yang lewat.

Yuza juga sibuk menghabiskan baksonya. Ternyata dia begitu lapar, dan juga ia baru ingat, terakhir ia makan itu tadi pagi!

Pantes ajaa sekarang kelaperan banget, haha.

"Kamu ... apa kabar?"

Suara bass itu menusuk daun telinga milik Yuza. Kepalanya ia tolehkan untuk menatap balik Om Putra.

Oh iya. Ini obrolan pertama mereka sejak sebulan yang lalu ya?

Kepala Yuza dianggukkan, sedangkan sebelah tangannya tak henti untuk menyendokkan bakso kedalam mulutnya. "Im fine."

Putra mangut-mangut. Walau ikut makan juga, tapi perhatian seutuhnya malah tertuju pada Yuza. Seakan dia gak mau menyia-nyiakan waktu yang ada.

Walau pandangan Yuza fokus terhadap baksonya, ia tahu seratus persen bahwa pria disampingnya ini memperhatikannya terus daritadi. Tapi benaknya selalu menyangkal "apaansi ah. Ge er aja lu, Za."

Namun kegeeran itu terjawab sudah ketika Yuza memalingkan pandangannya ke Putra, dan om itu tertangkap basah sedang menatap Yuza dengan intens.

"Om lagi ngapain sih?"

Gelagat Putra sedikit salah tingkah ditanyain seperti itu. "Hah? Ekhem." Sembari berdehem sedikit kencang-seolah ingin meloloskan batu besar yang nyangkut ditenggorokannya.

"Apa sih?" Tanya Putra seolah gak mengerti maksud dari Yuza.

Yuza cuma ketawa pelan melihat tingkah duda anak satu itu. Masih bisa salting juga ya ternyata?

"Nggak. Aku ge-er aja berarti."

Putra cuma menahan senyum malunya. Malu, karena udah jelas ketangkep basah malah masih aja ngelak. Ah dasar copo!

"Oiya, gak apa-apa nih kita ketemu begini?"

"Emangnya ada apa-apa?" Tanya balik Yuza, yang kayaknya gak menangkap maksud dari Putra.

Putra tertawa. "Gak gituuu. Arsa kan minta saya-"

"OHH! papah?" Histerisnya, karena baru engeh. "I dont care," tukas Yuza dengan wajah cuek sambil mengangkat kedua bahunya.

"Kok gitu?"

"Nggaak ... Papah udah bilang juga kok, aku harus fokus study, okey, aku fokus. Tapi-" ucapan Yuza menggantung, matanya melirik kearah Putra yang senantiasa menunggu ucapannya yang masih ngambang di awan.

"Tapiii, aku minta untuk gak dibatesin silaturahminya sama om. So, he did it!" Jelasnya senang.

"Yakin nih biar silaturahmi sama saya aja?" Goda Putra.

Yuza menggelengkan kepalanya, tawanya pun berderai geli. "Apaansi ah, Om! Geli amat, ahaha."

"Perasaan saya gak ngelitikin kamu deh."

"Ucapan Om tuh yang bikin aku geli!"

Tawa Yuza dan Putra bercampur aduk. Keduanya menertawakan hal yang sebenernya pun gak ada alesan buat tertawa. Namun memang keduanya sedang bahagia, so, apapun itu, mereka terus tertawa!

"Huaaa, papaahhh!!"

Jerit tangis Kayla menghentikan aksi tawa gak jelas keduanya. Putra, sang ayah siaga itu langsung menatap Kayla yang memasang ekspresi manyun. Entahlah dia kenapa.

"Kenapa, baby?"

Kayla mengulurkan plastik es krim yang tersisa ditangannya. Bibir mungilnya masih maju kedepan seakan untuk menambah ekspresi sedih yang ia buat.

Whats Wrong With Om-Om?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang