11. Malu

5.6K 330 18
                                    

"Jangankan lengan, hatinya dicoret-coret atas nama dia pun, putra mau kok."
(-Putra, yang sedang bucin)

**

"Om apa kabar?" Alih-alih untuk mempersilahkan ia duduk, yang terlontar dimulut Yuza justru pertanyaan absurd itu.

Gimana gak absurd, setelah seminggu gak pernah ketemu lagi, tiba-tiba dia nongol dan ngajak ngobrol, terus Yuza malah nanya soal kabar? Keliatan basi banget gak sih?

Yuza berdehem untuk mencairkan suasana yang berubah jadi canggung gini. Perempuan itu mempersilahkan Putra duduk dihadapannya.

Pandangan mata Yuza tertuju pada piring diatas meja, ia berusaha menahan diri untuk balas menatap pria didepannya. Jual mahal dikit lah! pikirnya.

"Saya baik," katanya, "Kabar saya baik."

Yuza menganggukkan kepalanya sambil menarik senyumnya. "Baguslah."

"Kamu sendiri, apa kabar?"

Kabarku? Jauh dari kata baik, kalimat itu tertahan dan ia memilih menjawab, "Selalu baik," tak lupa dengan ukiran senyum yang terlihat dipaksakan.

"Oh, iya. Kamu tau?"

Mata yuza secara perlahan melirik Putra. Balas menatap pria didepannya ini dan menunggu ucapannya barusan.

"Ada yang kangen sama kamu."

Blush. Kok tiba-tiba kaya ada yang kebakar dipipi ya?

Yuza menggigit bibir bawahnya, menahan malu.

"Anak saya kangen kamu, kangeen banget. hampir setiap hari dia gak berhenti ngoceh mau ketemu kamu,"lanjutnya yang seketika membuat senyuman tertahan milik Yuza luntur begitu saja.

Gadis itu meringis saat tau kayla yang kangen, bukannya ... Aishh! Lo ngarep apaan sih, Yuz?! rutukinya dalam hati.

"Bilang sama Kayla, Om. Kalo mau ketemu aku, ditaman komplek aja. Tapi harus nraktirin basonya Mang Asep!"Seru Yuza.

Putra tertawa melihat tingkah perempuan dihadapannya ini. Selama seminggu ini, Putra bukannya tidak sengaja gak bertemu dengan yuza.

Justru pria itu berusaha menghindar abis-abisan dari anak abege satu ini. Dari cafe tempat biasa, bahkan sampai ngelarang anaknya, kayla, pas mau ke taman.

Kok gitu, sih?

Entahlah. Putra merasa kalau bertemu Yuza terus-terusan bukanlah hal wajar. Apalagi labelnya ini seorang duda dan punya buntut satu.

Apakah terlihat wajar pria dengan status begitu dekat dengan perempuan remaja yang bahkan lebih cocok jadi anaknya?

"Om!"

Panggilan Yuza menyadarkan Putra dari lamunannya. Pria itu menatap Yuza dengan pandangan bingung.

"Aku boleh minta kontak om, nggak? Biar kalo ketemu-"

"Za," Sela Putra.

Yuza terdiam.

"Apa kamu merasa wajar kalau didekat saya?"

Kening Yuza berkerut, merasa aneh dengan pertanyaan yang dilontarkan Putra barusan.

"Wajar aja.."Cicitnya, "Emangnya kenapa kalau aku deket sama om?" Tanyanya.

Putra menggelengkan kepalanya sambil menarik senyumnya. "Maaf."

"Saya pikir, rasanya gak pantas kalau saya dekat dengan perempuan yang masih remaja seperti kamu."

Whats Wrong With Om-Om?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang