26. Ketahuan lagi

4.1K 276 19
                                    

Sudah hampir sebulan, sejak Putra bertandang ke rumah Yuza. Sudah selama itu, mereka gak bertemu, bahkan dalam chat aja masih penuh oleh pengawasan Gendra, papah posesifnya.

Yah. Walaupun sedih, Yuza tetap harus melanjutkan hidupnya bukan?

Walau tentuu, ada yang beda, ada yang kurang. Jawabannya adalah kehadiran Om Putra.

Biasanya mereka saling bertukar pesan sepanjang hari. Sekarang bahkan rasanya segan untuk sekadar tanya kabar.

Keadaan disekolah juga semakin aneh. Pak Alan semakin gencar mendekati Yuza, yang selalu berujung membuat Tika sakit hati. Gosip juga mulai tersebar, entah darimana.

Hidupnya tanpa Putra jadi kacau, kan?

Ibarat sebuah danau yang ada penyangganya, lalu penyangganya hilang dan membuat deras air mengeruak keluar begitu deras.

Posisi Putra bisa sepenting itu dihidup Yuza. Padahal baru kenal beberapa bulan yang lalu, hahaha.

"Masih galau aja sihhh, Bu!"

Treekk.. srett.. Dukkk!

Suara decitan dari robekan chiki serta tarikan bangku yang dihasilkan Tika membuat Yuza bergidik ngilu.

"Berisik banget sih, lu?!"

Tika melempar beberapa butir chiki yang dimakannya kearah Yuza. Hal itu membuat Yuza harus menangkis agar tidak terkena lemparan tersebut.

"Hidup tuh bawa enjoyy! Lagian lo bisa happy gak cuma lewat cowok aja kan?" Lontaran kalimat Tika terasa menusuk sanubari Yuza. Ya, anak itu benar.

Bahkan Tika yang notabenenya ditolak secara keras aja masih bertingkah ceria seperti itu.

Sebelah tangan Yuza terulur untuk mengambil minuman Tika, namun gerak-geriknya sudah ketauhan lebih dulu sehingga Tika menjauhkan minuman berharganya dari tukang galau itu.

Wajah Yuza tertekuk dalam-dalam. Bete. "Medit* banget sih!"

*Medit : Pelit.

Bahu Tika terangkat, tak acuh. Dia menikmati minumannya sambil sesekali menggoda Yuza yang mungkin kehausan.

"T*i. Gue juga bisa beli kali. Huuu!!"

Tika tertawa kencang. Bahkan sampai tersedak oleh minumannya sendiri. Tapi tawanya gak berhenti. Apalagi melihat Yuza yang pergi menuju warung mpok Inah untuk beli es dengan menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.

"Bocah kaya gitu kok sok-sokan ngegalau terus. Mana galaunya sama om-om!" Gumam Tika.

• • • •

"Haii!" Sapa seorang pria dengan setelan baju ala guru pada seorang murid yang tengah menunggu didepan gerbang sekolah.

Siapa lagi kalau bukan Alan yang menyapa Yuza?

Yuza menoleh dengan gerakan malas. Menyunggingkan senyumnya pun seperti gak ikhlas.

"Udah mau pulang ya?" Basa-basi Alan. Leher panjangnya celingak-celinguk memperhatikan suasana halaman sekolah yang mulai ramai.

Yuza bergumam untuk merenspon Alan. Belakangan ini gadis itu memang malas mengeluarkan suara. Rasanya kaya tenaganya bisa cepat terkuras abis. Apalagi untuk menanggapi obrolan dari ... guru itu!

"Dijemput papah lagi?"

Yuza mengangguk. Tatapannya menatap arah secara asal. Yang penting gak bertatapan deh sama cowok ini.

"Kamu udah baca surat saya kan?"

Jantung remaja berusia tujuh belas tahun itu seperti berhenti berdetak sesaat. Pertanyaan biasa, namun mempunyai efek luar biasa bagi Yuza.

Whats Wrong With Om-Om?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang