Part 8

8.9K 236 5
                                    

#MENIKAH_DENGAN_SETAN*
#PART_8*

https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=2431240976937779

“Non, gimana? Sudah dikasih Aden sarapannya?”

“Sudah Mbok,” jawabnya seraya menatap sebuah taman terlihat mencolok dengan batas pagar berwarna hitam yang melingkar. Ada rumah kecil, juga bebatuan yang menempel, terlihat seperti makam. “Mbok, itu apa, makam?”

“Non, ingat kata si Mbok, Non jangan pernah ke sana!”

“Iya, tapi itu apa?”

“Itu makam keluarga besar Den Rhandra.”

Ia teringat kejadian beberapa malam lalu, saat Rhandra melarangnya ke tempat yang sebenarnya tak ia sadari. Jiwanya bergetar dan, “Haalimaaah,” suara itu seperti memanggilnya untuk datang. Ia melangkah dan mengikuti suara yang terus memanggil namanya. Terus dan terus hingga tak terasa seperti ada yang menarik tubuhnya untuk mendekat.

“Non!” teriak Sum.

“Astagfirullah.” Tak sadar wanita itu sudah 50 meter berjalan menuju makam, ia sama sekali tidak menyadarinya. Jiwanya semakin lelah dengan suara-suara yang terus mengusik, bahkan tak jarang ia berbisik di telinganya. Penampakan seorang wanita pun tak ayal sering ia jumpai.

Cukup lama lelaki itu merenung di dalam kamarnya, hingga malam tiba ia keluar dari kamar. Dari jauh melihat Halimah sedang menyiapkan makan malam, di sisinya ada Sum yang membantunya. Hari ini istrinya menjalani semua perintah, rumah terlihat lebih rapi, lemari-lemari yang berada di setiap sudut rumahnya tak berdebu, lukisan-lukisan tua yang awalnya terlihat miring, malam ini begitu rapi, foto-foto di ruang tengah pun tersusun rapi, sofa dan kursi tua di ruangan depan bersih.

“Den!” tegur Sum. “Makanan sudah siap”

Rhandra duduk di kursi miliknya, sedangkan Halimah duduk di lantai yang tak jauh darinya. “Duduklah di sini Halimah,” ucap Rhandra memintanya duduk di kursi.

Halimah beranjak, ia  tarik kursi makan kemudian duduk di sebelah kanannya.

“Rhandra.”
“Ya,” jawabnya tak berpaling, berusaha sibuk dengan hidangan yang disajikan. Wajah Halimah, suaranya, jemari lentiknya semua hanya membuat aliran darah semakin terasa panas.

“Apa aku boleh ... hmm, mengunjungi keluargaku?”

“Tidak boleh!”

“Aku mohon, Aku janji tak akan lama. Aku rindu ibuku, aku ingin tahu keadaannya.”

“Mbok!”

“Ya, Den.”

“Panggil Pak Darmin.”

“Nggih, Den.”

Rhandra melanjutkan makan malamnya. Wajah wanita di sampingnya sumringah, senyumnya melebar merasa ia akan meminta Darmin untuk mengantarnya.

“Den,” ucap Darmin mendadak hadir di ruang makan.

“Jelaskan pada Halimah, bagaimana kondisi keluarganya.”

“Keluarga Non baik-baik saja, semua dalam keadaan aman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

“Aku rindu, aku butuh keluargaku saat ini, aku janji beg ....”

“CUKUP!” bentaknya memotong ucapan Halimah. Geram, wanita itu bangkit dan hendak meninggalkan ruang makan. “Duduk!” rutuknya lagi.

Langkahnya terhenti, perintah suaminya tak sanggup untuk ia langgar. Muka masamnya memandang Rhandra, bibirnya mencibir, kesal melihat kegoisan lelaki di depannya.

MENIKAH DENGAN SETANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang