Part.6 - Menuju Terang

166 27 7
                                    

"Ibu!" panggil suara itu cukup kencang hingga menyita perhatian Yerin, Seulgi, dan Tzuyu.

Ibu Kos agak terkejut namun merasa tidak asing dengan suara itu. Kepalanya menoleh ke belakang. "Oh! Jenny. Kok pagi-pagi banget datengnya?" Tangannya langsung digapai oleh Jenny, lalu diciumnya.

"Iya, Bu. Kemaren sebelum pergi Ibu bilang mau cerita sesuatu, saya jadi kepikiran. Jadi saya dateng aja pagi-pagi sebelum berangkat ke kampus nanti." Jenny tampak bersemangat ingin segera mendengar cerita dari Ibu Kos.

Ibu Kos tertawa mendengar alasan itu. "Serius? Kamu penasaran?" Jenny mengangguk. "Kalo gitu ayo kita langsung ke rumah Ibu aja," ajaknya, lalu berjalan di depan Jenny.

Jenny yang mengikuti di belakang, akhirnya menyadari ada tiga orang gadis muda yang ia rasa mungkin sudah memperhatikannya sejak tadi. Dalam benaknya langsung terpikir jika mereka adalah anak-anak yang sudah terlebih dahulu tinggal di sini, langsung diberikannya senyum hangat guna menimbulkan kesan pertama yang baik untuk orang-orang yang kelak akan menjadi temannya itu. Ibu Kos tidak langsung memperkenalkan Jenny kepada mereka, dia hanya berjalan melewati anak-anak itu sambil tersenyum dan memberikan isyarat yang seolah berbunyi "Nanti Ibu kenalin."

Sesampainya di rumah, Ibu Kos langsung mempersilakan Jenny untuk duduk dan menunggunya mandi. Setelah beberapa lama, akhirnya Ibu Kos selesai membersihkan badannya, dia terlihat lebih segar dibanding dengan tampilannya ketika menyapu di halaman sebelumnya. Dia kemudian langsung menghampiri Jenny yang sedari tadi menunggu di ruang tamu, langkahnya menjadi lebih cepat ketika ingat kalau Jenny hanya ditemani secangkir teh hangat dan biskuit kelapa yang ia beli di warung jauh-jauh hari.

"Maaf ya, Jenny. Ibu lama, ya?" ucapnya agak merasa bersalah. Lalu menduduki sofa persis di hadapan Jenny. Mereka hanya dibatasi oleh sebuah meja yang saat itu digunakan untuk meletakkan cangkir-cangkir, sebuah teko berisi teh hangat, dan camilan.

"Iya sih, Bu," jawab Jenny jujur, "tapi nggak apa-apa, kok. Masih ada beberapa jam lagi sebelum kelas pertama dimulai. Jadi saya masih bisa denger cerita Ibu dulu."

Ibu Kos mengambil sebuah cangkir di hadapannya, lalu menuangkan teh hangat ke dalamnya. "Kamu penasaran banget ya kayaknya? Ibu jadi nggak enak."

"Hehehe ... saya emang paling suka kalo dengerin cerita dari orang, Bu."

"Oh ya? Kalo begitu, kita mulai aja langsung. Takutnya kamu juga telat nanti." Ibu Kos mengangkat cangkirnya lalu membiarkan air teh menghangatkan tenggorokannya. Jenny pun juga ikut menenggak minumannya sebelum mulai mendengarkan apa yang akan diceritakan oleh Ibu kos.

Setelah meminum minuman masing-masing, mereka juga menata ulang posisi duduk untuk mendapatkan posisi ternyaman dalam bercerita dan mendengarkan. Sejenak Ibu Kos terdiam, ia belum yakin harus memulai pembahasannya dari mana. Matanya hanya terus menatap mata Jenny yang tampaknya sudah sangat siap menantikan kata per kata yang akan keluar dari mulutnya. Lalu tiba-tiba terdengar suara berisik dari luar, rupanya Yerin, Seulgi, dan Tzuyu belum beranjak dari tempat mereka. Saat itulah Ibu Kos mendapatkan ide untuk membuka pembahasannya.

"Emm ... kamu ingat tiga cewek di luar tadi?" tanya Ibu Kos. Jarinya menunjuk ke arah luar.

"Yang di luar tadi. Ingat dong," jawab Jenny cepat.

"Nah, mereka itu namanya Yerin, Tzuyu, Seulgi. Nanti kamu bisa kenalan sendiri lah biar tahu yang mana aja orangnya. Tapi intinya, mereka itu temennya Jennie yang dulu pernah tinggal di sini."

"Jennie?" Jenny ingat Ibu Kos pernah menyebut nama itu, tapi bukan dia.

"Iya, Jennie. Dia yang tinggal di sini sebelum kamu."

"Oh iya, kemaren Ibu sempat bilang kalo yang tinggal di sini sebelumnya namanya juga Jennie," ucapnya. Ibu Kos hanya tersenyum menunggu Jenny selesai mengucapkan kalimatnya. "Tapi, kenapa? Ada apa dengan Jennie yang itu?"

"Nah! Itu dia. Itu yang akan jadi inti cerita Ibu hari ini."

Jenny hanya mengangguk tanpa kata. Ia ingin segera mendengar kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut Ibu Kos.

"Kamu nggak penasaran apa yang sebenarnya terjadi ke Jennie? Kamu bilang kemaren kamu nggak percaya kan sama rumor yang beredar itu?"

"Sebenernya sih jujur aja, salah satu hal yang membawa saya bisa sampai kesini adalah karena rumor itu. Tapi saya bukan penasaran sama kehidupan dia, yang saya incar adalah ceritanya, fakta di balik rumor yang beredar itu," tegas Jenny.

"Jadi bisa dibilang kamu cukup penasaran juga dong? Tapi ini jatuhnya bukan gosip, Ibu cuman mau cerita bagaimana akhirnya si Jennie itu bisa memutuskan pindah dari sini. Mungkin bisa jadi pelajaran juga buat kamu."

"Kalo begitu langsung cerita aja, Bu. Jadi nggak sabar."

Ibu Kos sebentar meminum tehnya kemudian langsung memulai cerita. "Semua kejadian yang ada di cerita ini sebenarnya Ibu dengar dari Yerin sama Seulgi. Makanya di awal tadi Ibu sedikit membahas tentang mereka. Tapi semua cerita itu adalah apa yang terjadi dari sudut pandang mereka, termasuk Jennie. Sedangkan Ibu juga punya sudut pandang sendiri, dan itu adalah apa yang sebenar-benarnya terjadi," jelas Ibu Kos.

"Jadi, maksudnya apa yang mereka pikir selama ini salah?"

"Iya, karena Ibu yang lihat dan mengalami sendiri semua itu. Tapi sampai sekarang Ibu belum cerita ke mereka tentang ini."

"Kenapa? Padahal kalo Ibu cerita, itu mungkin bisa bikin nama kosan ini jadi bersih." Jenny heran dengan tindakan yang diambil Ibu Kos.

"Karena, sengaja. Ibu mau nantinya kos-kosan ini diisi oleh orang-orang kayak kamu ini. Bukan orang yang hanya melihat dari segi mungkin karena bagus terus murah juga, tapi malah nggak tanggung jawab, ruangannya nggak dibersihin, sampah dibiarin numpuk, belum lagi yang lain-lain. Tapi bukan berarti Ibu nggak suka sama Jennie itu, dia baik kok, Ibu suka. Ibu malah terima kasih karena sudah bikin situasinya jadi kayak gini. Ibu yakin orang yang berani tinggal di sini adalah mereka yang berbeda dari kebanyakan orang yang punya sifat-sifat buruk itu. Karena orang-orang dengan sifat buruk sejatinya adalah pengecut." Ibu Kos tersenyum setelah menjelaskan alasannya.

Jenny pun ikut tersenyum. "Wah! Ternyata Ibu punya maksud yang saya sendiri jujur nggak nyangka, sama sekali nggak kepikiran ke sana." Tanpa sadar ia menepukkan tangannya hingga membuat Ibu Kos tertawa.

"Tapi Ibu serius loh itu," katanya menegaskan kembali.

"Iya. Saya percaya kok, Bu." Jenny menyantap sepotong biskuit kelapa di hadapannya. "Lanjutin, Bu. Jadi, apa yang diceritain Yerin sama Seulgi? Dan bagaimana kejadian yang sebenarnya terjadi?"

"Jadi begini ...." Dalam benaknya, Ibu Kos memilih-milih apa yang harus ia katakan lebih dulu. "Jennie! Si Jennie itu. Kata mereka, dia punya blog di internet yang isinya adalah cerita yang ditulis sendiri sama Jennie. Cerita bersambung gitu lah, sekitar seminggu sekali di update kalo bahannya sudah ada," jelas Ibu Kos. Jenny agak terkejut. Dia tidak merasa asing dengan apa yang dikatakan Ibu Kos.

"Oh gitu ... terus, terus?"

"Setiap kali Jennie itu meng-update cerita di blognya, selalu ada komentar yang masuk. Tapi masalahnya, jumlah komentar yang masuk selalu kurang satu angka dari jumlah pengunjungnya. Misalnya pengunjungnya ada 100, komentarnya ada 99, selalu gitu. Dan itu berarti ada satu pengunjung yang disebut ...," Ibu Kos lupa dengan sebutan itu. Ia memejamkan matanya mencoba mengingat kembali.

"Silent Reader?" Jenny langsung menyambar kata yang sedari tadi coba diingat oleh Ibu Kos.

Seketika Ibu Kos pun membuka kembali matanya. "Oh! Iya, itu," telunjuk tangannya menunjuk-nunjuk Jenny. "Kamu tahu?"

"Ya tahu lah, Bu. Itu bukan hal yang asing lagi, saya kan juga sering pake internet, baca-baca cerita atau berita, jadi pasti tahu lah sama istilah itu."

"Baguslah, jadi Ibu nggak perlu jelasin lagi," ucapnya sambil tersenyum. "Nah, terus gini. Ini inti masalahnya, jadi setiap kali Jennie meng-update ceritanya, di hari itu juga selalu kejadian hal-hal aneh."

Jenny sedikit tersentak, telinganya menjadi lebih fokus lagi mendengarkan. "Setiap kali update cerita, selalu kejadian hal-hal aneh?" Jenny semakin tertarik.

Silent Reader : The Improper JennieTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon