14

11 1 0
                                    

Mereka berenam mempercepat langkahnya namun kali ini wajah mereka tampak lebih santai. Suasana gelap mencekam diselimuti jawa dingin sudah berlalu di belakang. Mereka sudah menemukan jawaban dari kasus itu, karenanya mereka menuju aula. Di sana para panitia sudah menunggu hasil penyelidikan setiap tim.

"Siapa yang mau menyerahkan laporan penyelidikan?" Tanya Agung. Mereka saling pandang satu sama lain. 

"Yasudah, aku dan Andro yang akan maju" masih kata Agung. Teman-temannya yang lain setuju. Mereka memilih duduk berkelompok di depan aula bersama puluhan siswa lainnya. 

"Jam berapa sekarang?" Tanya Jodi, lalu menguap.

"Satu lebih" jawab Wawan.

"Sudah larut dan kita semua sudah mengantuk. Setelah ini kita sudah boleh tidur, kan?" Tanya Jodi lagi.

"Semoga saja" kata Wawan. 

Sari merebahkan dirinya di rumput yang dingin. Sambil bergelung ia mulai menutup mata di samping Ida yang juga terkantuk-kantuk. Ida merebahkan tubuhnya di atas tubuh Sari yang bergelung. Mereka berusaha untuk tidur.

Tak lama Agung dan Andro datang. 
"Gimana? Kita udah boleh tidur?" Tanya Jodi.

"Ya. Laki-laki di kelas X 123. Perempuan di kelas XI 123" kata Andro. 

"Yaudah, kita kesana sekarang. Tapi ini gadis-gadis mau dibangunkan?" Tanya Jodi.

"Biar aku saja" kata Agung. "Kalian duluan ke kelas, cari tempat tidur buat kita" 

"Yasudah" Jodi dan Wawan bangkit. Mereka bersama Andro berangkat ke kelas dengan terkantuk-kantuk.

Agung mengamati sebentar. Dia tidak bisa menepuk bahu Sari karena tertutupi tubuh Ida. Tidak mungkin juga menepuk bagian bawah tubuhnya. Ia mengulurkan tangannya ke arah pipi gembil Sari dan menepuknya pelan beberapa kali.

"Ri, bangun..." Bisik Agung di dekat wajah Sari sambil menepuk kembali pipi gadis itu. Sari membuka mata lalu mengerjap-ngerjap. Hantu gadis rambut panjang itu masih menempel di samping Agung. Sari menutup mata lagi.

"Bangun, pindah ke kelas" kata Agung.

"Ya, aku bangun" jawab Sari tanpa membuka mata. Dia tak mau melihat wajah berlumuran darah gadis itu. Perlahan ia bangun, diikuti Ida yang merasa tidurnya terganggu.

Agung berdiri dan menunggu gadis-gadis itu bangun. Ia akan mengantar mereka ke kelas para siswi. 
Sampai di sana Sari dan Ida tidak sempat lagi beres-beres apapun, mereka sudah terlalu mengantuk. Tas bawaan mereka jadikan bantal dan jaket menjadi selimut. 

Saat Agung berbalik dan pergi dari sana, lamat-lamat Sari melihat dalam keremangan matanya, gadis hantu itu mengikuti Agung. Dia tak mungkin memberi tahu anak itu tentang si gadis hantu, biar besok saja menangani hal itu, pikirnya. Lalu ia jatuh tertidur.

Hei Gadis BerkepangWhere stories live. Discover now