Dua puluh sembilan

1.2K 42 3
                                    

Zian menekan tombol hijau ke atas.

"Papa, Zian boke nih. Bagi duit, dong." pinta Zian tanpa basa-basi, begitu terhubung video call dengan Papa-nya.

Adrian terlihat mencopot jasnya, baru kemudian menatap layar. "Papa baru pulang kantor, sayang. Emang uang yang kemarin habis?"

"Iya, Pa. Kemaren Zian jalan, terus ke pake."

Adrian menautkan alisnya, "Ludes?"

Zian mendengus, "Iya lah."

"Yaudah, nanti Papa pulang." jeda, "Kamu udah nggak ada kasus lagi kan disekolah?"

"Ada," sahut Zian enteng.

Adrian terdengar mendesah lelah, "Apalagi sayang kuuuuu."

"Zian berantem sama Geng-nya Rayn."

Adrian menghela napas panjang. "Ya allah, nak."

"Tapi Zian yang menang, Pa. Padahal Zian sendiri." bangga Zian, kemudian.

Adrian menatap tak percaya. Kenapa anak-nya bisa sebangga ini membuat kesalahan? "Papa nggak suka ya kamu begitu."

"Iya." Zian mengangguk, "Terus apa lagi?"

"Papa juga nggak suka kamu boros."

"Iya. Apa lagi?"

"Papa nggak suka Abang main terus."

Zian mengangguk, lagi. "Apa lagi?"

"Papa nggak suka Abang suka nongkrong."

"Udah?" Zian tersenyum manis, "Sekarang Abang, ya?"

Disana, Adrian terdiam. Melihat wajah Zian dilayar ponsel dengan serius.

"Abang nggak suka Papa jarang dirumah." Zian tersenyum, kemudian video call berakhir. []

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang