Satu

4.3K 134 4
                                    

TEMPAT itu ramai, tetapi tidak menyenangkan.

Banyak mobil-mobil tersusun sejajar, juga orang-orang yang saling adu mulut. Membela masing-masing bos ber-uang-nya.

Tidak semua berhasil keluar dari sana dengan kebebasannya. Beberapa harus menerima nasib dan mendekam didalamnya. Salah satu dari orang-orang malang itu adalah Syaza, dan Papanya—Cairo.

"Udah ya sayang, jangan nangis." Untuk kesekian kalinya Cairo mengusap pipi anak kesayangannya itu, "Papa nggak apa-apa kok. Syaza nggak usah kesini. Nggak usah ngunjungin Papa ngga apa."

"Tapi Papa sendirian disini." isak Syaza.

Cairo terhenyak. Bagaimana bisa anaknya itu masih memikirkan dirinya? Sementara selepas kepergiannya dapat dipastikan anak itu juga tinggal sendiri.

"Papa nggak apa-apa, sayang." Cairo berusaha tersenyum, "Syaza pulang ya. Nanti masalah makan sama kebutuhan sehari-hari kamu, Papa coba cari uang deh, minjem atau—"

"Jangan Pa..., Syaza nggak mau." Syaza menggeleng, menatap Cairo seolah berkata jangan lagi.

Cairo menghela napas. Ia tau pasti Syaza trauma. Karena yang berhasil menjebloskannya kedalam lapas adalah uang hasil main belakang-nya.

"Pa, Syaza pulang." Syaza bangkit, berbalik.

Cairo ikut bangkit, matanya berkaca-kaca. "Sayang.."

"Papa jaga diri baik-baik disini." Kemudian kedua kaki itu melangkah pergi.

Meninggalkan Cairo yang kini merasa menjadi orang paling dongkol didunia karena telah merusak apa yang seharusnya saat ini bisa Syaza dapatkan, seandainya ide kotor itu tidak pernah menguasainya.[]

ZIANOù les histoires vivent. Découvrez maintenant