Dua puluh

1.3K 50 1
                                    

Belum sampai di makam, Syaza sudah tertidur di punggung Zian.

Zian melirik kaca spion, memperhatikan gadis diboncengannya. Sudut bibirnya terangkat sedikit.

Sesaat kemudian Zian menepi. Menghentikan motornya di daerah pinggiran pasar.

Perlahan Zian turun dari motor, tangan kanannya menopang Syaza hati-hati.

Syaza yang masih terlelap kembali menjatuhkan kepalanya tepat didada Zian, saat cowok itu sudah berdiri.

Zian menahan tawa geli melihatnya, "Ngantuk banget, neng."

Tangan Zian perlahan meraih wajah mungil Syaza, menaikkannya sedikit.

"Heh," sentaknya.

Syaza menggumam, tapi tak bangun. Gadis itu justru memeluk pinggang Zian seperti sedang memeluk guling.

Zian yang awalnya terdiam, tersenyum jahil.

"Kena lo ja, sama gue." kekehnya.

"Sayang.." Zian mengusap pipi Syaza.

Syaza hanya bergerak sedikit.

"Sayang.."

"Papa.. jangan tinggalin aku." gumaman itu keluar dari mulut Syaza, matanya masih terpejam.

Mampus gue. Mendengar gumaman itu, Zian jadi tak tega melanjutkan kejahilannya.

Akhirnya cowok itu menepuk-nepuk pipi Syaza pelan. Tanpa berkata apa-apa.

Syaza terbangun, tangannya memegang tangan Zian, untuk menyangga agar tidak terjatuh. Ia memandang Zian, masih mengerjap untuk mengumpulkan kesadaran. "Papa mana?"

Lagi.

Zian diam, bingung mengatakan apa. "Gue nggak tahu." []

ZIANWhere stories live. Discover now