Empat belas

1.4K 55 8
                                    

Sudah berapa jam dark dan Zian berada didepan gerbang SMA DARMAWANGSA, tak terhitung.

Zian tidak peduli masalah waktu.

Ia tidak suka pembuli. Karena sekasar-kasarnya Zian, ia tidak pernah membuli. Dan target palakannya, tidak pernah perempuan. Preman sekolah yang termasuk masih pandang pilih.

Gerbang dibuka.

Beberapa murid terlihat sudah berhamburan.

Tetapi belum ada yang keluar, masih mengisi daerah lapangan.

Zian yakin, teman-teman Raja tak lain tak bukan seorang pengecut.

Karena kalau memang berani. Keluar sebelum waktu pulang pun mereka jabani.

Ini namanya mancing singa ke kandang ayam.

Saat tengah mencari-cari sosok Raja diantara murid yang keluar dari gerbang. Mata Zian justru menemukan Syaza—yang berdiri dekat parkiran.

Gadis itu tengah memperhatikan murid-murid yang pulang bersama orang tua mereka. Dari tatapannya, Zian merasakan ada sesuatu. Namun senyum dibibir Syaza menyembunyikan semua itu.

"Zian." Seseorang menepuk pundak Zian.

Raja mengatur napas tepat dihadapannya.

"Mana?" tanya Zian. Merasa aneh karena Raja sendirian, tanpa teman-temannya.

"Mereka dikit lagi keluar. Hype berjalan." Jeda, "Gue duluan."

Usai menepuk pundak Zian, Raja berlari pergi. Masuk kedalam mobil jemputannya.

Zian termenung, hype berjalan?

Tunggu. Itu pasti mereka.

Zian menatap tajam segerombolan siswa yang berjalan ke arah gerbang. Mereka memakai sepatu yang se-merek, vans. Semua barang-barang mereka branded. Zian tau apa maksud hype berjalan yang dikatakan Raja sekarang.

Tapi karena kekayaan, bukan berarti mereka patut diagungkan. Semua manusia sama, rata.

Zian langsung berjalan mendekat ke arah mereka.

Terlihat jelas raut kaget dimata mereka yang langsung saling pandang.

"Gibran?"

"Gue." Seseorang yang berada paling ujung berseru.

Zian berjalan ke arahnya, "Punya masalah apa lo sama Syaza?"

Gibran menautkan alisnya, melempar tatapan pada teman-temannya.

"Oh, jadi lo? Cowoknya Syaza?" salah satu dari mereka bersuara, bukan Gibran.

Zian memandang orang itu tajam. "Siapa lo?"

"Gue? Bagas."

"Siapa lo?" Ulang Zian.

Membuat Bagas kebingungan, "Maksud lo apa?"

"Siapa lo?" Ulang Zian, lagi.

"Apaansi?" Bagas menatap teman-temannya, kemudian memandang Zian. "Gue kan? Gue Bagas."

"Maksud gue, siapa lo punya hak ngerendahin orang lain?" Suara Zian dingin, tatapannya tajam. "Udah ngerasa paling sempurna?" []

GUE SUKA GAYA LO ZIAN🤣❤️.

ZIANWhere stories live. Discover now