"Wait!" Titah Amarlic membuat Erlina terdiam seketika seperti patung. Erlina sudah keringat dingin, teriakan Amarlic itu membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di perpustakaan.

" ... " Erlina merasa jika Amarlic menghampirinya.  "Apa kau tidak mendengar panggilanku?" celetuk Amarlic, ketika ia sudah berada di belakang Erlina.

"Aku mendengarnya, karena itu aku berhenti," jawab Erlina tanpa berniat membalikkan tubuhnya.

"Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun ketika berbicara pada seseorang?" sarkas Amarlic membuat Erlina ingin meneteskan air matanya.  Apakah sesakit ini, jika dimarahi oleh orang yang kita suka? Apa karena aku saja yang terlalu cengeng?, batin Erlina.

" ... " Erlina pun membalikkan tubuhnya menghadap Amarlic. Menundukkan wajahnya seperti biasa jika bertemu dengan Amarlic.

"Sudah, bicaralah jangan membuang waktuku," cetus Erlina dengan suara parau nya. Apakah dia memerintah ku? Aku sangat tidak suka diperintah selain dengan keluargaku!, batin Amarlic seraya tersenyum miring menatap Erlina.

"Memang benar, ya. Kau tidak mengetahui cara menghargai seseorang yang sedang berbicara di hadapanmu," sindir Amarlic.

"Ya, aku tidak tahu caranya, puas kau!" Teriak Erlina.  "Hey, Amarlic bawa gadismu pergi! Ini perpustakaan jangan berisik!" Protes salah satu mahasiswa yang sedang membaca.

Sedangkan Amarlic yang mendengar itu, tak menghiraukannya. Apa tadi yang dia bilang, gadismu? Cih, aku tak ingin memiliki gadis yang yang selalu menghilangkan kebahagiaan ku, batin Amarlic.

"Apa kau ingin aku yang mengajarkanmu hmm?" tanya Amarlic seraya mengangkat dagu Erlina pelan dengan jari telunjuk nya.  Dari situlah Amarlic dapat melihat wajah Erlina dengan jelas. Sepertinya dia ingin menangis, pikir Amarlic.

"Tidak perlu," jawab Erlina seraya membalas tatapan dari mata biru Amarlic. Erlina pun menepis jari telunjuk Amarlic dari dagunya, ia menundukkan wajah cantiknya kembali.

"Aku perlu bicara denganmu," tutur Amarlic dengan nada lembutnya seraya mengangkat kembali dagu Erlina.

" ... " Erlina hanya menatap Amarlic dengan tatapan herannya. Erlina sangat terkejut ketika Amarlic melakukan hal ini padanya. Ternyata kulkas berjalan bisa berubah romantis juga? Oh, tuhan aku tak bisa bicara apapun lagi, pikir Erlina.

"Huh, maaf kita harus bicara," ucap Amarlic seraya menjauhkan tangannya dari dagu Erlina. "Bicara disini saja, Lic," celetuk Erlina.

"Apa kau tak malu menjadi pusat perhatian di sini?" sarkas Amarlic seraya melenggang pergi meninggalkan Erlina yang memasang wajah pasrah nya. Ia pun hanya bisa mengekorinya.

Tibalah di suatu ruangan VVIP khusus membaca. Ruangan ini hanya terbuka lebar untuk orang kaya seperti Amarlic ini. Amarlic pun masuk dengan Erlina  yang berada di belakangnya.

"Duduk!" Titah Amarlic. Erlina pun duduk di hadapan Amarlic yang sudah terdahulu duduk.

"Untuk apa kita kesini?" tanya Erlina seraya mengeluarkan ponsel dari slin bagnya, menghilangkan canggung, pikirnya.

Jari-jemari Erlina mulai menari-nari di layar ponselnya. Amarlic yang melihat itu pun geram, ia merebut ponsel milik Erlina dan menyimpannya di saku celana hitam panjangnya.

"Bukannya sudah kukatakan, jika kau sedang berbicara dengan seseorang tataplah wajah orang itu!" Bentak Amarlic.

"Huh, kau sangat menye ... " Erlina menggantungkan ucapannya ketika Amarlic menatapnya dengan sorotan tajam.

"Mengapa tidak dilanjutkan?" tanya Amarlic membuat Erlina menahan malu. "Tidak penting, apa yang ingin kau bicarakan?" sahut Erlina.

"Tentang nenek dan kakekku." Erlina membelalakan kedua matanya tidak percaya, "nenek dan kakek mu? Mereka kenapa?, ada apa dengan mereka? Apa yang terjadi dengan mereka?, apakah mereka sakit?" Runtutan pertanyaan pun keluar begitu saja dari bibir ranum Erlina.

"Aku belum selesai berbicara, dan kau sudah bicara. Dasar tidak sopan," tukas Amarlic lagi dan lagi. Sesedih inikah aku, pikir Erlina.

"Maafkan aku, bicaralah," ucap Erlina pada akhirnya.

"Nenek dan kakekku sakit," ungkap Amarlic. "Apa, sakit apa?" tanya Erlina dengan nada paniknya.

"Mungkin rindu denganmu." Erlina mengernyitkan dahinya bingung ketika mendengar ucapan yang tak masuk akal untuknya, " hehe, aku tak percaya, jika mereka sakit hanya merindukanku?" sanggah Erlina.

"Diam lah!, aku melihatnya sendiri. Nenekku selalu mengusap-usap payung pemberian darimu. Dan saat itu juga kakekku memintamu datang ke mansion ku," jelas Amarlic.

#JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

#BIAR AKU SEMANGAT Nihh🤣
Ig: @au_thorsecret
Fb: Rain.

Terima kasih😘

My Conglomerate Husband (Completed✔)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum