Epilog

2.8K 148 11
                                    

Suasana pemakaman hari ini begitu ramai. Banyak orang-orang yang berkunjung untuk menziarahi tempat peristirahatan salah satu anggota keluarga mereka. Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, dan banyak orang yang berdatangan ke tempat ini, begitu juga dengan keluarga Panji dan Lea. Seperti biasa mereka selalu datang ke tempat ini untuk berziarah, namun kali ini ada makam dua orang yang menjadi tujuan mereka yang paling utama untuk dido'akan, makam kedua orang tua kandung Panji.

Panji mengajak istri dan kedua anaknya untuk menziarahi makam mereka. Mereka sedang berjongkok di depan kedua makam orang tua mereka dan berdo'a untuk mereka. Panji memimpin do'a diikuti oleh istrinya. Kini ia datang ke sini dengan status yang berbeda.

"Yah, Bu, sekarang aku ke sini lagi tidak sendiri, tapi bersama istri dan kedua anakku, cucu-cucu kalian. Mohon maaf lahir dan bathin. Maafkan semua kekhilafan kami selama ini yang belum bisa membuat kalian bangga. Semoga kalian selalu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, Amiin...." Ucap Panji yang diikuti oleh istrinya.

"Ayah, Ibu... Semoga kalian selalu bahagia melihat keluarga kecil kami dari atas sana. Kami datang ke sini untuk menjenguk kalian, dan membawa cucu-cucu kalian. Pasti kalian senang sekali melihat mereka." Ucap Lea sambil menatap kedua pusara itu.

"Ini Danish, putra tampan kami. Dan itu Neyna, putri kecil kami. Mereka adalah kedua malaikat kami." Lanjut Lea sambil mengenalkan Danish di pangkuannya, dan Neyna di pangkuan Panji.

"Ma, ini makam ciapa?" Tanya Danish kepada mamanya. Lea tersenyum.

"Ini makam nenek sama kakeknya Danish, sayang. Ini adalah rumah mereka sekarang." Jelasnya kepada putranya. Danish terlihat berpikir.

"Kok lumahnya beda ya sama lumah kita, Ma? Rumah kita kan becar dan bagus." Panji dan Lea hanya tersenyum mendengar pertanyaan polos putranya.

"Sayang, rumah kita sama rumah kakek dan nenek beda. Rumah kita besar karena kita masih hidup, sementara kakek dan nenek sudah meninggal. Semua orang yang sudah meninggal, tempatnya pasti di sini. Nanti juga kalau kita udah meninggal, kita pasti akan punya rumah di sini." Jelasnya dengan sabar. Danish hanya mengangguk-ngangguk, seolah sudah mengerti dengan penjelasan mamanya.

"Kalo gitu, aku gak mau meninggal aja ah, gak enak lumahnya di sini. Panas, sempit, selem lagi, banyak antu, hiiiiy...!" Ucapnya sambil bergidik ngeri. Panji dan Lea hanya tertawa pelan mendengar ucapan konyol putra mereka.

"Ntu, hiiiiyyy...!" Ucap Neyna ikut-ikutan saat mendengar ucapan kakaknya.

***

Keluarga besar Akmal kini sedang berkumpul di rumah besarnya. Ada keluarga Halim juga di sana. Suasana begitu ramai oleh teriakan dan celotehan anak-anak, menambah semaraknya suasana lebaran di rumah itu. Kini Siska sudah akrab kembali dengan keluarga Akmal setelah sebelumnya hubungan kekeluargaan mereka sempat mendingin akibat hubungan Lea dan Panji yang tak direstui.

Mereka saling meminta maaf setelah sholat Id tadi dan juga berangkat ziarah ke makam bersama-sama. Elvira membawa calon suaminya ke sini. Mereka tengah mengobrol di ruang tengah dengan menggelar karpet besar dengan berbagai wadah kue kering dan cemilan di tengahnya.

"Jadi, kapan rencana pernikahan kalian?" Tanya Lana kepada putri tirinya dan lelaki muda di sampingnya.

"Insyaallah bulan depan, Ma. Do'akan kami semoga diberi kelancaran." Ucap Elvira yang diangguki oleh Lana.

"Amiin... Mama akan do'akan yang terbaik untuk kalian selalu. Udah sewa gedungnya?" Tanyanya lagi. Elvira dan Delon, calonnya mengangguk.

"Udah. Kami udah booking tempatnya dari 6 bulan yang lalu. Gedung selalu penuh, jadi kami sewa dari jauh-jauh hari." Lana mengangguk-ngangguk.

"Iya, bener. Kemaren juga waktu resepsi Panji dan Lea, kebetulan gedungnya punya suami sahabat Mama yang suka menyewakan jasa gedung untuk acara, jadi Alhamdulillah kami bisa kebagian meski waktu persiapannya singkat." Mereka hanya mengangguk.

"Alhamdulillah, akhirnya Kak Vira meresmikan hubungan kalian juga. Nikah itu indah lho, Kak. Bakalan nyesel lho kenapa gak dari nikah dari dulu aja." Ucap Lea sambil tersenyum menggoda. Elvira hanya tertawa.

"Dari dulu udah sering disuruh cepetan nikah, bilang nanti dulu karena masih punya cita-cita yang belum terlaksana. Mama udah khawatir banget bertahun-tahun pacaran, tapi belum ada rencana nikah sama sekali. Sekarang kami lega saat akhirnya Vira dan Delon memutuskan untuk meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan." Ucap Siska. Elvira dan Delon hanya tersenyum tipis.

"Kan waktu itu, baik aku ataupun Delon memang masih fokus dengan karir kami masing-masing, jadi kami belum ada kesempatan untuk membahas rencana pernikahan." Jelas Elvira yang diangguki oleh kekasihnya.

"Iya, pokoknya kalian harus cepetan nikah, biar segera nyusul aku! Aku aja udah punya dua bocil." Ucap Lea lagi. Elvira dan kekasihnya hanya tersenyum.

"HUWAAAA!!! MAMAAAA!!!!"

Tiba-tiba mereka langsung terkejut saat mendengar teriakan Danish dari arah lantai atas di mana para bocah itu sedang bermain. Langsung saja mereka bergegas berlarian ke atas untuk memeriksa apa yang tengah terjadi. Sepertinya bocah nakal itu sedang membuat ulah yang selalu menghebohkan semua orang di sekitarnya untuk ke sekian kalinya.


Jangan lupa cek juga ya cerita baruku di worklistku. Semoga suka :)

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang