41. Dilema

1.5K 128 5
                                    

Akmal memandang wajah istrinya yang sembab dan sesekali isakan terdengar dari mulutnya. Pikirannya benar-benar kalut, meski tak sekalut sang istri. Ia cukup terkejut begitu ia pulang ke rumah disambut dengan tangisan istrinya dan berlari memeluknya. Ia bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi kepada wanita tercintanya itu. Perasaannya mulai tak enak dan apa yang dilontarkan dari mulut istrinya benar-benar membuat jantungnya seakan terlepas dari rongga dadanya. Keberadaan Lea sudah terlacak secara tak sengaja oleh kakak ipar kakak istrinya. Ini benar-benar tak pernah terduga. Saat ia hampir menyerah dan mengikhlaskan putra dan putrinya di mana pun mereka berada, kini Tuhan telah mengabulkan harapannya yang ingin menemukan mereka. Ia benar-benar kaget luar biasa saat mendapat info tentang mereka yang sama sekali hampir tak pernah terlintas di benaknya.

"Sayang...." panggilnya sambil berjalan menghampiri sang istri yang sedang duduk termenung di ranjang sambil memandangi foto sang putri dengan wajah sedihnya. Lana hanya diam tak menjawab, hingga sebuah elusan lembut mendarat di bahunya.

"Jangan bersedih lagi. Kita harus yakin, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Lea dan Panji." Lana masih dia dengan isakan kecilnya.

"Harus berapa lama lagi kita nunggu mereka, Mas? Bertahun-tahun kita berusaha untuk mencari mereka, namun hasilnya nihil. Aku gak mau kecewa lagi karena kehilangan jejak mereka lagi." ucapnya sambil menoleh sekilas kepada suaminya dengan raut putus asa yang begitu kentara di wajahnya. Akmal menghela nafas sejenak.

"Sekarang kita sudah tahu di kota mana mereka berada meski belum tahu di daerah mana mereka tinggal. Aku yakin, tak akan terlalu sulit untuk menemukan keberadaan mereka jika sudah tahu kota di mana mereka tinggal." ucapnya mencoba untuk meyakinkan sang istri. Lana hanya terdiam. Ia masih fokus memandangi potret sang putri yang sedang tersenyum lebar dengan latar halaman depan rumahnya.

Akmal memutuskan untuk beranjak dari samping istrinya dan berjalan keluar kamar. Biarlah wanitanya menyendiri dulu untuk saat ini. Ia tahu jika istrinya masih sedih dan merindukan putri mereka. Ia berjalan menuju ke belakang di mana taman menjadi tujuannya. Langit begitu hitam kelam tanpa bintang. Ia menghampiri sebuah bangku panjang yang menghadap ke arah sebuah kolam ikan yang cukup besar. Ia duduk di sana dan mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Ditekannya sebuah nomor. Ia menunggu beberapa saat setelah panggilan tersambung.

"Assalamu'alaikum." sapa suara dari seberang sana.

"Waalaikumsalam. Halim, maaf mengganggu. Bagaimana dengan pencariannya? Apa sudah ada info lagi?" tanyanya langsung. Ia sudah tak sabar menunggu kepastiannya.

"Belum. Kita harus bersabar dan yakin jika kali ini kita tak akan gagal lagi. Orang-orang suruhanku sudah mulai bergerak melakukan penjelajahan di kota yang kalian maksud. Yakinlah, sebentar lagi kita pasti akan menemukan mereka." jawabnya yang membuat Akmal menghela nafas.

Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain berdo'a dan berusaha. Ditemukan atau tidaknya kedua anaknya, tak ada yang tahu pasti. Tapi ia hanya meminta kepada Tuhan semoga kali ini usaha mereka untuk membawa kembali putra dan putrinya ke sini tidak gagal lagi seperti yang sebelum-sebelumnya. Sudah cukup selama ini ia melihat pancaran kesedihan dan keputusasaan serta kerinduan yang tak tersampaikan di wajah istrinya.

***

Danish begitu bersemangat keluar dari ruangan kelas bersama bocah-bocah lainnya dengan tas gendong kecil berwarna biru yang tersampir di punggungnya. Sudah dua hari ini bocah itu memasuki sekolah PAUD. Lea yang sedang duduk bersama putrinya di sampingnya di tempat duduk depan kelas tersenyum saat mendapati sang putra yang berlari dengan riang ke arahnya.

"Mama!" serunya sambil menubruk tubuh sang ibu membuat Lea sedikit terkejut, lalu ia tersenyum sambil mengelus rambut tebal putranya.

"Wah anak Mama yang ganteng semangat banget. Gimana tadi belajarnya, sayang?" tanyanya masih sambil mengelus sang putra. Kini Danish berpindah ke pangkuan ibunya.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang