22. Reveal

1.9K 100 9
                                    



Bayangan dalam cermin menampilkan pantulan wajah seorang gadis yang memandang kosong refleksi dirinya. Kegelisahan dan kebimbangan tercetak jelas di raut cantiknya. Lea menghembuskan nafasnya dan menghasilkan uap air pada cermin di depannya. Setetes air mata meluncur dari mata indahnya.

"Kita lihat nanti! Siapa yang akan keluar menjadi pemenang yang sesungguhnya."

Ucapan terakhir gadis yang telah berani mengibarkan bendera perang padanya itu selalu terngiang di benaknya. Jelas ia mengerti jika itu adalah ancaman secara tidak langsung. Bukan hal yang tidak mungkin sewaktu-waktu ia akan kehilangan Panji dan melihatnya jatuh ke pelukan perempuan lain. Ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak, tidak! Aku gak sanggup ngebayanginnya." ucapnya sambil menatap bayangan dirinya.

Tak terasa ia sudah cukup lama berada di kamar mandi dan memutuskan untuk segera keluar dari sana. Ia membenarkan letak kimononya dan berjalan ke arah pintu, lalu membukanya.

"Astaghfirullah!"

Lea kaget saat melihat sosok lelaki yang sedang duduk di ranjangnya sambil memainkan ponselnya. Ia mengelus dadanya kaget. Lelaki itu menolehkan wajahnya ke arahnya dan tersenyum.

"Kak Panji ngagetin aja. Main nyelonong masuk kamar gadis. Gimana coba kalau aku lagi gak pake baju?" ucapnya kesal karena kakaknya yang tiba-tiba sudah ada di kamarnya seperti hantu saja. Panji hanya terkekeh.

"Maafin Kakak. Tadi Kakak ngetuk pintu kamar kamu, gak ada jawaban. Kakak buka ternyata pintunya gak dikunci, ya..., Kakak masuk aja ke dalam. Ternyata kamu gak ada. Kakak denger suara dari kamar mandi, pasti kamu di sana. Jadi yaudah Kakak nunggu kamu keluar aja." jelasnya. Lea hanya mengangguk.

"Oh."

Panji memperhatikan adiknya yang memakai kimono mandinya. Ia yakin jika Lea telanjang bulat di balik pakaian mandi yang dikenakannya itu. Ia menelan ludahnya susah payah saat melihat bayangan lekuk tubuh sang adik dari balik baju berbahan handuk itu. Lea mengerutkan keningnya saat melihat tatapan intens kakaknya yang memperhatikan..., tubuhnya. Rupanya gadis itu belum sadar dengan kondisinya saat ini yang diam-diam telah memancing kucing liar.

Ia masih terdiam hingga tak sadar Panji sudah mendekat ke arahnya. Lea tersentak saat bau parfum itu tercium jelas di depannya. Ia menatap wajah sang kakak yang menatapnya tanpa kedip. Jantungnya berdegup begitu kencang saat manik hitam itu menatapnya dengan tatapan yang..., mulai menggelap. Di usianya yang sudah mengerti hal-hal yang berbau dewasa, ia tahu sesuatu di balik tatapan itu.

"K-Kak...."

Lea menahan nafasnya ketika wajah sang kakak semakin mendekat padanya. Ia hampir menjerit ketika salah satu tangan kekar itu menyentuh pinggangnya. Seakan ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya saat tangan itu mendarat di pinggangnya. Jantungnya semakin menggila saja saat mata mereka saling bertatapan tanpa mampu mengalihkan pandangan sedikit pun. Panji mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak lagi di antara mereka. Ia merengkuh pinggang ramping itu untuk mendekat ke arah tubuhnya.

Lea seakan terhipnotis kala bibir itu kembali menyentuh bibirnya. Panji kembali melakukan itu, dan kali ini lebih liar dan tak terkontrol dari sebelumnya. Lelaki itu mengajaknya untuk bermain lidah dan lagi-lagi Lea tak bisa menolak perlakuan yang membuatnya ikut lupa diri itu. Ia secara tak sadar sudah mengalungkan kedua tangannya ke leher sang kakak dan mulai mengikuti permainan yang mulai memanas. Ia cukup terkejut ketika merasakan sesuatu yang menekan perutnya. Ia tahu itu apa. Ia baru sadar kalau ia tidak memakai apa pun di balik pakaiannya itu. Pantas saja.

"Astaghfirullah...!!"

Kedua insan itu langsung melepaskan ciuman panas mereka saat mendengar suara kaget dari balik pintu kamar. Begitu mereka menolehkan wajahnya, seketika darah seakan surut dari wajah mereka.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang