18. I Can't Lose You

1.8K 95 2
                                    

Lea heran dengan sikap kakaknya saat ini. Sejak ia memasuki ruang lelaki itu, ia mendapati raut wajah sang kakak yang berbeda dari biasanya. Ada apa dengan Panji? Apa lelaki itu sedang ada masalah? Berbagai pertanyaan tak hentinya menganggu benaknya. Ia menjadi gelisah, takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Kini mereka sedang makan siang di ruangan Panji. Hanya keheningan yang mendominasi sepanjang mereka makan. Biasanya mereka selalu makan sambil berbincang diselingi canda tawa yang memberi kebahagiaan tersendiri untuk mereka berdua. Tapi saat ini, Lea tak berani untuk sekedar bertanya saat melihat sikap kakaknya yang seperti enggan untuk diajak bicara. Ia takut kakaknya sedang banyak masalah dan emosinya menjadi terpancing jika ia banyak bertanya. Tapi ia tak bisa untuk membendung rasa penasarannya dan menanyakan keadaan lelaki itu sekarang.

"Emm... K-Kakak baik-baik aja, 'kan?" tanyanya hati-hati. Ia takut salah bicara dan membuat kakaknya emosi. Panji mengalihkan pandangannya dari makanannya kepada adiknya. Sedari tadi ia hanya mengaduk-aduk spaghetti miliknya. Pertemuan kemarin malam membuat pikirannya menjadi tak tenang. Ia menatap wajah cantik itu. Sanggupkah jika suatu saat ia harus membunuh perasaan ini dan merelakannya pergi? Lea merasa semakin bingung dengan tatapan sang kakak. Mengapa Panji menatapnya seperti itu? Seperti banyak beban pikiran yang sedang dipikul oleh lelaki itu.

"Kak, ken—"

Tok tok tok ....

Suara ketukan pintu disertai derit pintu yang terbuka menghentikan ucapan Lea. Dilihatnya lelaki muda yang diketahui sebagai sekretaris Panji masuk ke dalam diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya.

"Maaf Pak menganggu, ini ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak. Silakan, Mbak! Saya tinggal dulu." ucapnya kepada gadis itu yang diangguki olehnya.

"Iya, terima kasih." ucapnya sambil tersenyum, lalu lelaki itu undur pamit dari sana. Kini ada tiga orang di ruangan itu.

"Adis?" ucapnya membuat Lea menolehkan kembali wajahnya ke arah kakaknya. Panji mengenal gadis itu? Adis tersenyum dan menghampiri mereka.

"Maaf ya Kak gak ngasih tahu aku mau ke sini, soalnya aku gak tahu nomor ponsel Kakak. Kebetulan tadi Papa nelepon aku buat nganterin dokumen yang ketinggalan di rumah. Ternyata Papa lagi ada meeting di sini. Ya..., jadi sekalian aja aku mampir ke ruangan Kakak. Om Halim yang ngasih tahu aku." jelasnya sambil tersenyum. Lea memandang gadis itu dan meneliti penampilannya. Cantik dan modis. Gadis ini terlihat berkelas dilihat dari penampilannya. Panji hanya tersenyum kaku. Ia tak menyangka jika gadis ini akan nekat mengunjungi ruangannya." Adis melirik gadis yang juga ada di sana. Ia baru sadar jika ada seorang lagi selain dirinya dan Panji. Ia tersenyum kepada gadis itu.

"Ini siapa, Kak? Cantik banget." pujinya yang membuat Lea tersenyum tipis.

"Oh iya, kenalkan, ini adikku, Lea. Le, ini Adis, putri rekan kerjanya Papa yang kemaren ngajak makan malam bersama itu." jelasnya kepada Lea. Adis mengulurkan tangannya kepada Lea yang disambut oleh gadis itu.

"Adis."

"Lea."

Mereka pun melepaskan jabatan tangan mereka setelah menyebutkan nama masing-masing. Jadi ternyata saat acara makan malam kemarin, Panji tak hanya sekedar makan malam, tapi juga bertemu dan berkenalan dengan gadis yang ia tebak tak jauh beda usianya dengannya itu. Ia mulai menebak maksud dari pertemuan keluarga itu. Kenapa Panji tak menceritakannya kepadanya? Ia merasa kesal dengan kakaknya. Pantas saja lelaki itu tak cerita tentang acaranya kemarin malam, ternyata di sana ia bertemu dan berkenalan dengan seorang gadis cantik. Pasti kakaknya itu terlalu senang dan terlena sampai melupakannya. Mengingat hal itu membuat kekesalannya semakin bertambah dan meradang.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang