15. Can't Feel Better

1.9K 108 2
                                    

Lea tak pernah tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini. Jiwa remajanya yang sedang dalam hormon tertingginya membuatnya tak bisa untuk menahan gejolak rasa yang meletup-letup dalam dirinya. Ia heran dengan dirinya sendiri. Ia termasuk salah satu siswi yang termasuk paling cantik di sekolahnya dan menjadi pujaan para pemuda di sekitarnya. Banyak yang menyukainya dan mengejar-ngejarnya sampai ia bosan dan lelah sendiri. Ia tak pernah menjalin hubungan selain dengan Victor, sahabat sekaligus kakak kelasnya yang akrab saat mereka bertemu di kumpulan ekstrakurikuler yang sama. Itu juga hanya ia jalani selama 3 bulan. Bukan karena Victor jauh dari kriterianya. Victor adalah pemuda yang menjadi idola para siswi di sekolahnya karena ketampanannya juga kepintarannya. Ia selalu menjadi juara kelas juga menjabat sebagai ketua klub volly di sekolahnya. Mungkin orang akan berpikiran ia bodoh, termasuk teman-temannya yang melepaskan lelaki seperti Victor yang sempurna begitu saja. Tapi selama ini Lea tak bisa membohongi hatinya jika ia tak mempunyai perasaan lebih selain sebagai sahabat kepada lelaki itu. Ia menerima Victor yang menyatakan perasaannya padanya karena tak enak dengan kebaikan lelaki itu yang sudah banyak membantunya selama ini, mendengar segala keluh kesahnya, dan cukup memahami dirinya luar dan dalam. Akhirnya hubungan yang baru seumur jagung itu berakhir di tengah jalan. Untungnya Victor bisa menerima keputusannya dan mereka kembali berteman seperti biasa meski agak sedikit renggang. Perasaan itu masih sama, tak berubah sedikit pun meski ia pernah menjalin kasih dengan lelaki lain.

Saat itu Lea sedang bermain ke rumah kakak tirinya pada sore hari. Ia ingin menanyakan PR matematika yang dirasa begitu sulit untuk dipecahkannya. Ia membawa motornya saat berkunjung. Saat itu sedang ada Elvira dengan pacarnya di rumah, juga Siska dengan suaminya karena hari itu adalah hari Minggu di mana semua orang di rumah berkumpul. Setelah menyampaikan maksud dan tujuannya datang kemari, Lea berjalan menuju kamar kakaknya yang terletak di lantai atas. Ia sudah biasa main ke sini dan menganggapnya seperti keluarga sendiri. Ia mengetuk pintu kamar bercat cokelat itu.

Tok tok tok....

"Kak! Boleh aku masuk?" sahutnya dari luar. Beberapa saat ia menunggu dan tak lama pintu terbuka dari dalam menampilkan sosok tampan sang kakak yang dalam balutan pakaian santainya serta celana pendek selututnya.

"Kenapa gak langsung masuk aja? Gak dikunci, kok." Lea menyengir.

"Takut ganggu Kakak, hehe...." Panji hanya menghela nafasnya dan mempersilakan gadis remaja itu masuk. Lea mengamati kamar sang kakak yang selalu rapi untuk ukuran seorang lelaki.

"Tumben sore ke sininya?" tanyanya sambil duduk di sofa merah hati yang ada di dekat jendela. Lea ikut duduk di sebelahnya.

"Aku ada PR matematika tadi di sekolah. Besok harus dikumpulin. Tadi pas pulang aku langsung buka buat ngerjain, ternyata susah banget. Aku mau minta bantuan Kakak buat ngerjainnya." jelasnya. Panji adalah murid berprestasi yang selalu ikut olimpiade di sekolahnya, termasuk matematika. Dan Lea selalu meminta bantuan kakaknya jika ia merasa kesulitan belajar, terutama dalam belajar hitung-berhitung. Ia memang kurang pintar dalam bidang itu. Ia lebih unggul di bidang bahasa.

"Mana yang susah?" tanya Panji sambil melirik buku yang sedang dibuka oleh adiknya. Lea memperlihatkan catatannya. Panji mengamati dengan seksama soal itu.

"Ini tentang sinus dan cosinus, ya?" tanyanya. Lea mengangguk.

"Iya, Kak. Aku belum ngerti pengakarannya itu, susah." keluhnya.

"Coba Kakak pinjam bentar!" Lea menyerahkan buku catatannya kepada Panji. Panji fokus mengamati soal tersebut. Tangannya mulai bergerak menampilkan coretan-coretan di atas kertas putih itu. Lea mengamati wajah serius sang kakak saat fokus kepada tugasnya. Keningnya yang berkerut membuat daya tarik sendiri di matanya. Cukup lama ia mengamati wajah tampan itu.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang