13.

303 87 3
                                    

Selamat membaca:""")))))))

--------------------------------------

Paginya, Alfa memperlambat langkah ketika berbelok di koridor dan mendapati Eja dan teman-temannya berjalan tepat di depannya. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu yang menyenangkan, melihat Listia dan Isti yang tertawa bebas.

Alfa pikir rasanya sedikit keterlaluan jika melewati rombongan teman Eja begitu saja. Daripada harus berjalan bersama mereka ataupun menyapanya, ia lebih baik memilih mengorbankan waktunya untuk berjalan di belakang teman-teman Eja seperti ini. Setidaknya ia bisa menjaga jarak dari Eja.

Namun teman-teman Eja benar benar cerewet, tak terkecuali yang cowok-cowok. "Kemarin pas gue sama yang lain main kerumah lo, nyokap nanyain Alfa mulu. Lo kok nggak ada cerita kalo si doi main kerumah?," cerocos Virgo.

Alfa mengerutkan kening dan semakin fokus mendengarkan percakapan rombongan didepannya karena mendengar namanya disebut-sebut.

"Kayaknya nyokap lo nge-fans sama si doi," timpal Listia.

"Ho-oh," sahut Isti.

Eja mendecakkan lidah, tampak terganggu."Dia datang ke rumah cuma sekali. Nyokap aja yang terlalu berlebihan."

"Kemaren juga gue sampai bingung pas nyokap lo tanya kenapa lo bisa dekat sama Alfa, gue jawab aja kalo kalian dekat karena satu kelompok." Sahut Virgo.

Eja menoleh menatap Virgo kesal. "Lo ngapain ngomong gitu ke nyokap? Nyokap pasti bakal pikir yang aneh-aneh."

"Jangan nyalahin Virgo kali Ja." Timpal Listia. "Lagian lo yang ngegas si doi duluan. Emang lo mau Virgo ngomong apa ke nyokap lo? Ngomong kalo lo suka sama cewek yang benci banget sama lo? Gitu?."

Eja mendesis kesal, "tapi lain kali kalo nyokap tanya soal Alfa, jawab aja kalo kalian nggak tau apa-apa."

"Tapi kayaknya nyokap lo tau deh kalo lo suka sama Alfa, makanya kemaren dia tanya-tanya ke kita soal Alfa." Kali ini Ryo angkat bicara.

"Betul tuh...."

"Kalian tuh mau apa sih? Gue gak suka sama dia!." Geram Eja tajam seraya menghentikan langkah dan berbalik untuk menatap teman-temannya. "GUA GAK PERNN......aaaaahhh........Alfa?,"Eja tampak terkejut saat melihat Alfa disana. Berjalan menunduk dan berhenti tepat di depan Eja dan teman-temannya.

Alfa mengangkat wajah untuk menatap orang-orang didepannya, "kayakanya teman lo salah paham deh, Ja. Dan kayaknya mereka juga nggak tahu apa-apa."

Alfa menghela nafas sejenak. "Eja nggak pernah suka sama gue, dan gue nggak pernah benci sama Eja. Kita nggak ada apa-apa, dan hanya sebatas teman kelas yang kebetulan satu kelompok dalam tugas yang diberikan Bu Sukma dan Miss Jessie." Alfa tersenyum saat mengatakan itu, seolah-olah tak berefek bagi dirinya.

Selesai mrngatakan itu Alfa pamit dan berjalan melewati Eja dan teman-temannya, "gue duluan," katanya seraya berlalu.

*******

Alfa menarik napas dalam berusaha mengendalikan emosi, meski saat ini air mata sudah memenuhi pelupuk matanya. Menyukai orang hingga sesakit ini? Alfa merasa bodoh sendiri. Ia baik-baik saja saat menjaga jarak dari Eja. Ia baik-baik saja ketika menyimpan perasaannya untuk diri sendiri.

"Alfa......" suara itu membuat Alfa waspada.

Alfa mempercepat langkah, tapi ia merasakan ada yang menahan lengannya. Lalu memutar tubuhnya, membuat Alfa berbalik menghadap orang itu. Eja.

"Alfa, gue nggak bermaksud. Tadi gue hanya......"

"Nggak apa-apa Ja. Gue tau kok apa yang mau lo omongin." Potong Alfa.
"Sejak awal kita emang nggak ada apa-apa. Teman-teman lo aja yang salah paham. Jadi jangan terlalu dipikirin." Alfa berusaha tersenyum. Tapi bahkan sekuat apapun ia manahan diri, air mata yang sudah mendesak di pelupuk matanya akhirnya jatuh juga.

Eja tersentak kecil, tampak terkejut sehingga pegangannya di lengan Alfa melonggar. Memanfaatkan itu Alfa menarik lengannya dan meninggalkan Eja. Dengan kasar dia menghapus air mata, tapi seberapakalipun dia menghapusnya, air matanya terus saja jatuh ke pipi.

Dasar bodoh!

Sekarang, bagaimana ia akan menghadapi Eja?. Rasanya ia tak sanggup jika menatap wajah cowok itu lagi.

Bahkan ia bertekad untuk menghapus perasaannya untuk cowok itu.

Karena rasa sakit seperti ini.....Alfa benar-benar membencinya.

*****

Setelah menceritakan yang sebenarnya, Eja menghela nafas berat.

"Jadi.....yang sebenarnya itu Alfa yang suka sama lo?," ucap Listia.

Eja mengangguk.

Ryo mendengus tak percaya, "sejak kapan lo tau kalo dia suka sama lo?."

Eja mendesah pelan, "gue nggak inget," desahnya. "Enam bulan terakhir ini, akhirnya gue nyadar kalo dia ngehindarin gue bukan karena benci, tapi karena dia suka sama gue, dan gue tau itu entah kapan." Dengusnya menertawai diri sendiri. Seolah itu hal yang lucu. "Tapi karena kejadian tadi......dia mungkin benar-benar akan benci sama gue."

"Dude, lo kacau," dengus Listia.
"Lo tau dia suka sama lo, dan lo nggak terima kalo lo juga suka sam......"

"Gue cuma penasaran, sampai kapan dia senmbunyiin perasaannya ke gue?. Waktu gue sekelompok sama dia, gue manfaatin itu buat deketin dia. Gue pikir dia bakalan berani ngutarain perasaannya kalo kita udah deket. Gue pikir gue......."

"Lo suka sama dia,"potong Virgo greget sendiri.

Eja menatap Virgo tajam, "lo nggak ada kapoknya, ya. Lo pikir gara-gara siapa tadi gue sampai ngomong kaya gitu di depan Alfa?"

Virgo mengedikkan bahu santai, "Lo cuma perlu minta maaf ke Alfa. Bilang kalo tadi lo nggak sengaja ngomong gitu gara-gara marah ama kita. Atau lebih tepatnya ngelampiasin kemarahan lo ama kita-kita." Eja bahkan bisa mendengar ada nada mengejek dalam kalimat yang dilontarkan Virgo.

Eja mendengus kasar, "Lo nggak tetima kalo gue bilang lo yang salah?."

"Dan lo nggak terima kalo Virgo bilang lo suka sama Alfa?," sengit Listia yabg diberi anggukan oleh yang lain, karena merasa kesal dengan sifat Eja yang seperti ini.

Eja mendengus tak percaya, "Gara-gar kalian tadi-----"

Virgo mendecak keras menyela kalimat Eja.  "Lo nggak terima kalo lo suka sama Alfa, men, makanya lo marah-marah ama diri lo sendiri dan lo ngelampiasin itu ke gue dan yang lain."  Persetan dengan perasaan Eja. Virgo hanya ingin Eja menyadari bahwa dia suka sama Alfa. Toh sudah basah,,,,,nyebur sekalian,  "Tapi sialnya Alfa ada disana dan dengar lo ngomong kaya gitu. Jadi berhenti lempar kesalahan ke kita karena sejak awal, elo yang salah. Elo suka sama dia, tapi lo nggak mau ngakuin itu. Lo gengsi karena lo populer? Karena dia nggak ngutarain perasaannya ke elo lebih dulu? Lo nggak terima?."

"Bukan cuma rasa bersalah yang lo rasain pas Alfa pergi kaya tadi," Ryo melanjutkan,  "Sakit 'kan?."

Eja terdiam, tidak bisa mengelak fakta yang satu itu.

"Alfa emang suka sama lo. Tapi terserah dia kalo mau ngutarain perasaannya atau tidak. Gue ngerti kenapa Alfa nyembunyiin perasaannya. Karena sejak lo tau perasaann dia, Alfa mulai ngerasa sakit gara-gara lo terus ngusik dia. Bukan perasaannya yang nyakitin Alfa, tapi elo. Karena itu dia nyembunyiin perasaannya, karena dia tau endingnya bakal terluka. Tapi seenggaknya lo tau bukan hanya Alfa yang sakit disini."

Eja memalingkan wajah melihat tatapan iba teman-temannya,  "Jadi dia bakal beneran benci sama gue?." Eja menghela nafas berat ketika teman-temannya mengangguk.

Pada akhirnya, Alfa justru terluka karenanya.

******

:(

Alfa & Eja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang