"Dan, gue yang terus-terusan lo suruh-suruh dari kecil!" cibir Tampan.

"Iyakah? Nggak ingat gue."

"Beli sendiri sono," suruh Tampan tetap tidak mau.

"Lo beneran nggak mau beliin pembalut gue?" Lea mulai memberikan tatapan ngerinya.

"Nggak."

"Oke, kalau lo nggak mau," Lea tersenyum licik. "Gue akan bilang ke Mama kalau minggu lalu, lo kepergok sama Lia lagi nonton film bo..."

"Pembalut yang ada sayapnya ukuran 35 cm kan? Yang warnanya biru kan? Yang anti bocorkan?" Tampan dengan cepat memotong ucapan Lea, ia bergegas berdiri menghampiri Lea dan mengambil uang lima puluh ribu dari tangan Lea.

Lea tersenyum puas, mengelus rambut adiknya.

"Gitu dong, kan gue makin cinta sama lo."

Tampan melirik tajam, menepis kasar tangan Lea dari kepalanya.

"Najis!"

*****

Tampan memarkirkan motornya didepan minimarket dekat perumahannya. Tampan menatap minimarket tersebut dengan nanar. Tampan berulang kali menghela napas berat, menyiapkan mentalnya untuk ditertawakan orang-orang di dalam sana.

Kenapa dia bisa punya dua kakak se-biadab itu!

Tampan berjalan masuk ke dalam minimarket, menundukkan kepalanya agar bisa menyembunyikan wajahnya dari orang-orang yang melewatinya.

Tampan ke rak bagian pembalut, langsung mengambil pembalut yang biasanya dibeli oleh sang kakak. Setelah itu Tampan segera ke kasir antri untuk membayar.

Tampan menaruh pembalut tersebut beserta uang lima puluh ribunya. Ia masih tidak berani mengangkat kepalanya, trauma ditertawakan oleh kasir minimarket.

"Lagi ada promo pembalutnya, beli dua gratis satu lagi," ucap penjaga kasir memberitahu.

Tampan tertegun sebentar, suara itu sangat familiar baginya. Tampan memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya pelan-pelan. Hingga akhirnya dia dapat melihat jelas siapa petugas kasir yang sedang melayaninya.

Kedua mata mereka saling bertemu, saling bertatap.

Matilah Tampan! Di hadapannya saat ini adalah Cantik.

"Lo ngapain disini?" tanya Tampan terkejut.

"Kerja," jawab Cantik datar dengan tangan sibuk memasukkan pembalut ke dalam kresek.

"Kerja? Lo kerja di dua tempat?" takjub Tampan.

Cantik tidak menjawab, ia mengambilkan uang kembalian untuk Tampan.

"Ada dua ribu?" tanya Cantik. Pertanyaan yang sering diajukan petugas kasir ketika tidak memiliki kembalian.

"Nggak ada," jawab Tampan.

"Seribu ada?" tanya Cantik lagi.

Tampan terdiam sebentar, kemudian tersenyum penuh arti, berniat menggoda Cantik.

"Nggak ada," jawab Tampan lagi. "Adanya hati gue, mau?"

Raut wajah Cantik tak berubah sama sekali. Dingin, datar dan tak tersenyum. Cantik cepat-cepat memberikan kembalian ke Tampan, lebih tepatnya ia melebihkan kembaliannya seribu. Lebih baik seperti itu daripada berurusan panjang dengan cowok dihadapannya.

GARDENIAWhere stories live. Discover now