8. Mulai Akrab

388 178 86
                                    

Revan memarkirkan motor ninja milik Galang di depan rumahnya. Saat ini Revan tengah menggunakan motor milik salah satu sahabatnya itu. Karena saat mengalami kecelakaan tempo hari, motor Revan rusak parah di bagian depan dan harus di bawa ke bengkel untuk diperbaiki.

Merasa iba dengan Revan, Galang pun berinisiatif meminjamkan motornya pada Revan. Awalnya cowok itu menolak, karena ia tidak mau merepotkan Galang. Akan tetapi, Galang terus memaksa agar Revan menerimanya, toh Galang juga masih ada mobil yang bisa dinaiki saat pergi ke sekolah nanti atau kalau tidak Galang bisa membonceng Satya untuk sementara waktu.

"Ma, Revan pulang," ucap Revan ketika memasuki rumah mewah bernuansa putih itu.

"Astaghfirullah. Mama kan udah nggak ada, ya."

Semasa Wanda masih hidup dulu, saat Revan pulang sekolah ia selalu mengucapkan kalimat itu dan Wanda akan menyambutnya dengan sebuah pelukan dan pertanyaan seperti, "gimana sekolahnya hari ini? Ada masalah nggak? Mama masakin makanan kesukaan kamu, ya, biar capeknya hilang?"

Akan tetapi, semua itu sudah tidak berlaku lagi setelah Wanda pergi meninggalkan ia untuk selama-lamanya.

Revan termenung, ia berjalan menuju sofa dan mendaratkan pantatnya di sana.

"Mama tidurnya lama banget sih, Ma. Emangnya mama nggak kangen ya sama Revan?" Revan meracau sendiri di sofa ruang tamu.

"Revan?" panggil seseorang, membuat lamunan Revan buyar.

"Sejak kapan kamu keluar dari rumah sakit? Dan kamu kok pakai seragam?" tanya Irsyad yang kebingungan melihat anaknya memakai seragam. Karena seharusnya Revan ada di rumah sakit dan belum boleh beraktifitas apa-apa, terlebih lagi ia baru sadar dari koma.

"Namanya juga baru sekolah, ya pakai seragam," jawab Revan dingin.

"Sekolah?"

Revan menghembuskan napas kasar, "Revan capek, mau istirahat dulu," ucap Revan berlalu meninggalkan Irsyad.

"Kenapa kamu nggak ngabarin Papa kalau udah pulang dari rumah sakit?"

"Buat apa? Emangnya Papa peduli sama Revan? Selama di rumah sakit juga yang nemenin Revan itu Galang sama Satya, sementara Papa? Papa malah sibuk sama urusan kantor dan wanita nggak tau diri itu."

"Mama kamu sakit, Van. Jadi Papa harus nemenin dia."

"Mama udah meninggal, Pa. Wanita itu bukan mama Revan!"

"Van! Kamu jangan mulai, ya!"

Revan terus berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya dan tidak menggubris ucapan sang papa.

*****

Di sisi lain, seorang gadis tengah sibuk mencari alamat rumah seseorang. Kedua netranya terus mencocokan alamat rumah dengan alamat yang tercantum di kertas yang ada di tangannya.

Matanya berbinar kala menemukan rumah yang cocok dengan alamat tersebut.

"Ini pasti rumahnya!" Gadis itu lalu memencet bel yang terdapat di pintu gerbang yang menjadi pembatas di rumah itu.

"Permisi!" teriaknya dengan lantang.

Tidak lama kemudian ada seorang pria yang membukakanya pintu.

"Siapa, ya?" tanya pria paruh baya dengan gunting kebun di tangannya.

"Saya Sheza, Pak. Temannya Revan. Revannya ada?"

Ya, gadis itu adalah Sheza. Ia datang ke rumah Revan untuk berterimakasih dan meminta maaf atas kejadian yang menimpa Revan di sekolah tadi. Tidak lupa ia membawa parsel buah sebagai buah tangan.

REVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang