Prolog

79.1K 5.4K 154
                                    

Maaf kalau terdapat typo.

Vote sebelum/sesudah membaca

🔸🔸💠🔸🔸
Mata sebab dengan bekas air mata yang mengering, terlihat sang pemilik mata tersebut sudah lelah menangis. kain yang mengait lusuh di antara hidung sampai dagu terlihat basah. Rambut yang sedikit berantakan terurai berhembus angin hutan.

Gadis itu terus melangkah tanpa arah, menatap kakinya yang tidak berbalut alas kaki. Gadis itu sadar bahwa kakinya mulai keram dan nyeri tapi dia tidak berhenti berjalan.

Kicauan burung-burung mengisi heningnya hutan, entah pelosok hutan mana yang sudah gadis tersebut jamah. Dengan gerakan tiba-tiba gadis itu berlari dengan terbata-bata mengesampingkan kakinya yang sakit. Berlari terus seakan mencari ujung dari hutan ini.

Seketika langkahnya berhenti, menatap lurus ke depan. Entah bagaimana ia menemukan danau di pedalaman hutan. Danau yang tampak begitu asri, jembatan kayu berlumut dengan pagar pembatas yang setinggi tulang kaki, indah dan menyeramkan disaat bersamaan. Warna danau tersebut gelap dan hitam, seakan menunjukan sendiri betapa dalamnya danau itu.

 Warna danau tersebut gelap dan hitam, seakan menunjukan sendiri betapa dalamnya danau itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Ilustrasi]

Dengan pandangan kosong, gadis itu berjalan menaiki jembatan tua tersebut. Langkahnya berhenti tepat di tengah-tengah jembatan, tatapannya berganti melihat langit yang tertutup lebatnya awan. Senyuman tipis terukir dibalik cadar yang menerawang. Tatapannya semakin melesu, seakan melihat Dewa dengan tatapan memohon.

"Dewa, Kau begitu tahu apa yang aku rasakan. Apapun yang aku lakukan kali ini, kumohon antarkan aku kepada orang-orang yang kukasihi. Doa yang kupajatkan pada-Mu bukan semata-mata kewajiban tapi juga percaya ku pada-Mu." gumam gadis itu memejamkan mata.

Hawa dingin mulai menjalar, awan yang menutup langit mulai berubah menjadi hitam dan suram. Hujan akan turun seakan mengerti merasakan kesedihan gadis itu.

Tubuh gadis itu perlahan terayun ke belakang, magnet bumi menarik dengan cepat. Tubuh gadis kecil itu mulai merasakan basah, wajahnya tertutup sepenuhnya oleh air. Buih-buih udara keluar dari mulut gadis tersebut, membuang pasokan oksigen di dalam tubuhnya. Massa air mulai menekan dadanya, membuat gadis itu terguncang perlahan meminta oksigen. Air mulai memasuki mulut dan hidung.

Tidak ada lagi yang dapat dirasakan oleh gadis itu selain suara jantungnya yang melemah. Diakhir hidupnya yang menyedihkan.

🔸🔸💠🔸🔸

"Tang jie!"

kakak sepupu*

Teriak seorang lelaki berada di ujung lorong lift. Melambaikan tangan kepada seorang yang dia panggil. Seorang perempuan yang baru saya masuk gedung dengan cepat menoleh pada suara itu.

Transmigration Of Empress Qi Where stories live. Discover now