[EVALARA • 18]

Mulai dari awal
                                    

"Heh! Mana yang namanya Laras?" Tanya Mila kepada salah satu teman sekelas Laras, anak itu menggeleng,

"Gak tau, belum datang kayaknya," jawab anak itu dengan raut wajah yang pucat. Mila berdecak sebal dan beralih melihat bangku di pojok kelas yang masih kosong. Ia keluar dan memilih untuk menunggu Laras di depan kelas. Mila ingin memberi pelajaran kepada cewek itu.

Laras menahan tangan Evan, Evan menoleh, "Van, Mila kayaknya lagi nungguin gue deh. Itu dia lagi duduk didepan kelas," ucap Laras takut. Evan menghela napas dan mengusap kepala Laras lembut,

"Ada gue ini. Selama ada gue di samping lo, lo gak bakal kenapa-napa," ujar Evan yang memberi semangat kepada Laras agar jangan mudah takut jika ada seseorang yang ingin menyakiti dirinya.

"Iya, Van,"

Laras dan Evan kembali melangkah lagi sampai akhirnya Mila menoleh ke arah mereka berdua yang baru saja datang. Ia bangkit dan melipatkan kedua tangannya didepan dada,

"Ohh, bagus ya. Kalian jadian? Gak bisa gitu dong! Gue gak terima!"

Evan tertawa dan tersenyum miring, ia maju selangkah, "lo gak terima? Terima aja! Sampai kapanpun gue gak bakal pernah suka sama lo! Gue cuma suka sama Laras!"

Mila mengepalkan kedua tangannya erat, "gue gak suka lo jadian sama Laras, Van. Gue cemburu!"

"Masih banyak cowok lain! Kenapa harus gue ? Gue cuma suka sama Laras! Lagipula cinta gak harus dipaksa," jawab Evan dengan nada tinggi. Laras meraih lengan kekar cowok itu untuk menyuruh Evan mundur selangkah. Isakan tangis mulai terdengar dari mulut Mila. Mila mengusap air matanya, lalu pergi meninggalkan mereka. Evan bernapas lega dan mengusap wajahnya kasar,

"Sekarang lo masuk kelas," ujar Evan,

Laras menganggukan kepala. Evan tersenyum dan berkata lagi,

"Nanti istirahat makan bareng ya. Gue samper ke kelas nanti,"

"Mih, kepala Manda pusing banget," ucap Manda lirih kepada Yunita, mamih Manda yang duduk di sisi brankar anaknya. Manda menahan dirinya untuk tidak menangis saat ini. Ia tidak kuat melihat anaknya sakit seperti ini,

"Kamu istirahat aja ya sayang? Mamih bakal selalu nemenin kamu kok," jawab Yunita yang bangkit sedikit dan mencium kening anak gadisnya yang sedang terbaring lemah.

"Kalau aku pergi, mamih jangan sedih ya," kata Manda yang mulai melantur kemana-mana. Yunita menggeleng,

"Kamu jangan ngomong gitu. Anak mamih pasti kuat kok ngehadepin ini. Mamih mau kamu sehat lagi kayak dulu, nak," lirih Yunita yang akhirnya terisak, air matanya mengalir setelah ia coba untuk tahan.

"Mamih, aku boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa, sayang?"

"Tolong telepon Evan sekarang. Aku mau dia kesini sekarang," jawab Manda yang memaksakan sebuah senyuman dibibirnya. Yunita mengangguk dan mengeluarkan ponsel dari tasnya, ia mencoba untuk menghubungi Evan. Namun panggilan tidak diangkat oleh cowok itu.

"Mungkin dia masih sekolah, nak. Nanti siang mamih telepon lagi ya,"

Manda mengangguk mengerti. Ia memejamkan matanya untuk meredakan rasa pusing yang menjalar di kepalanya.

EVALARA [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang