[EVALARA • 17]

Start bij het begin
                                    

"Lo sebenernya serius gak sih sama Laras?" Tanya Sadam bingung dengan sikap Evan akhir-akhir ini. Evan tersenyum miring,

"Lo ngomong apasih? Gue gak ngerti,"

Sadam melotot tajam dan meraih kerah baju Evan. Evan masih saja memasang wajah tenang dan tersenyum miring,

"Mikir bego! Jangan senyum-senyum! Lo bersalah!" Emosi Sadam sudah tidak bisa dielakan lagi. Evan masih tenang saja, Ersya ikut bangkit untuk melerai mereka berdua,

"Udah gak usah kayak gini. Ngomong dengan cara baik-baik," ujar Ersya yang membuat Sadam menoleh,

"Lo bilang ngomong baik-baik? Nih orang gak bisa gue ajak baik-baik! Dia udah kurang ajar! Ga punya perasaan!"

Ersya berdecak dan berusaha melepaskan cekalan Sadam di kerah baju Evan. Sadam menunjuk-nunjuk wajah Evan dari dekat,

"Kalau lo emang udah gak mau perjuangin Laras lagi, biar gue aja yang maju!" Ucap Sadam dengan tatapan serius. Evan tersenyum,

"Gih ambil aja, gue udah gak suka sama-"

BUGH!

Satu tinjuan keras melayang mengenai pipi Evan. Sadam emosi, lalu mencekik cowok itu,

"Heh! Lo bilang apa tadi? Lo udah gak suka sama Laras lagi? Woy! Lo nyadar gak sih? Kemarin-kemarin lo sama Laras itu apa? Lo deketin dia! Lo rayu-rayu dia sampe akhirnya tuh cewek mulai suka sama lo, KURANG AJAR LO! Gak usah jadi cowok lo!"

"Eh anjing, diem lo!" Balas Evan sembari melayangkan tinjuannya di perut Sadam. Ersya panik dan berusaha melerai mereka berdua yang sudah membalas tinjuan masing-masing. Ersya mengeluarkan ponselnya dan segera menelepon Laras,

"Ras! Buruan lo kesini!"

Laras dan Sheila segera berlari saat sudah turun dari taksi. Keduanya mendekat ke arah Sadam dan Evan. Laras menarik baju Evan dan Sheila menarik baju Sadam. Akhirnya aksi baku hantam selesai berkat kedatangan Laras dan Sheila. Laras berdecak dan segera membawa Evan ke dalam rumah,

Laras menyuruh Evan duduk sebentar dan ia pergi sebentar untuk mengambil baskom berisi air hangat beserta handuk kecil. Evan menatap punggung Laras sendu, ia merindukan gadis yang ia kejar dan ia cintai sejak awal bertemu.

Laras sudah kembali dengan baskom di tangannya. Ia duduk di sebelah Evan dan segera merendam sedikit handuk itu lalu memerasnya dan menempelkan pelan-pelan pada luka akibat tinjuan tadi.

Evan menahan tangan gadis itu, menatapnya dalam diam,

"Kenapa? Sakit ya?" Tanya Laras yang direspon gelengan kepala oleh Evan,

"Gak kok," jawabnya,

Laras tersenyum dan kembali mengobati luka yang ada di wajah cowok itu.

"Awh!"

"Kenapa lo bisa kayak gini sih? Kejadian awalnya gimana?" Tanya Laras yang membuat Evan berdecak sembari meraba lukanya,

"Ah kepo,"

Laras menghela napas, "kasih tau ih, gue tuh khawatir lo kayak gini,"

Evan terdiam. Ternyata gadis itu mulai terang-terangan khawatir. Gadis itu mulai mencintainya.

"Nanti gue anterin lo pulang ya," kata Evan sembari meraih kedua tangan Laras erat. Laras menggeleng,

"Gak usah, Van. Gue sama Sheila bisa naik taksi,"

"Ssstt. Udah, nurut aja. Gue anterin lo pulang," jawab Evan yang mengulurkan jari telunjuknya tepat di bibir gadis itu. Laras tersipu malu, lalu mengangguk.

"Tapi Sheila gimana?"

"Bisa dianterin sama Ersya atau si Danyet,"

Laras mengerutkan kening, "Danyet?"

"Iya, Sadam Monyet," jawab Evan sembari memutar bola matanya malas. Laras tertawa kecil dan ia dikejutkan dengan kecupan singkat di pipinya. Laras menoleh dan merasa wajahnya memanas akibat ulah Evan barusan yang mencium pipinya sekilas,

"Gue minta maaf," ucapnya,

Laras masih terdiam, terkejut dengan perlakuan Evan tadi. Evan menahan dirinya untuk tidak tertawa melihat wajah Laras yang tertunduk malu,

"Cie blushing. Mau nambah lagi gak?" Godanya sambil menaikan sebelah alisnya. Laras tersenyum malu dan mencubit pinggang cowok itu,

"Ihh apasih!"

"Nah gitu, senyum. Jangan sedih lagi ya, gadis berkacamataku,"

Laras mengangguk, "iya Evan,"

Evan menaikan sedikit wajahnya dan mendekatkan bibirnya pada kening gadis itu. Ia mencium kening Laras lama,

"Gue boleh jujur?" Tanya Evan yang direspon anggukan oleh Laras. Evan tersenyum dan meraih kedua tangan mungil itu,

"Gue suka sama lo," ungkapnya. Laras menatap Evan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan,

"Lo mau jadi pacar gue?"

Laras merasa lidahnya kelu untuk menjawab. Evan menembaknya dan Laras harus menentukan jawabannya,

"Van," panggilnya,

"Iya?"

"Hmm... gue.."

Evan mengerutkan kening, "kenapa? Lo gak suka sama gue ya?" .

"Gue mau kok jadi pacar lo," jawab Laras yang membuat Evan bahagia dan langsung memeluk tubuh mungil itu dengan erat.

Evan mendekatkan bibirnya di telinga gadis itu,
"Makasih, pacarku,"

"Sama-sama pacarku," jawab Laras dengan senang hati.

Mereka berdua tidak sadar, bahwa Sadam memerhatikan mereka dari jauh dengan tatapan tidak suka.

CIE YANG ABIS JADIAN, JANGAN LUPA PAJAKNYA :V BTW KALIAN SUKA GA SAMA EVAN DAN LARAS YANG BARU AJA JADIAN?

SEPERTI BIASA, BERI VOTE KALIAN SETELAH MEMBACA PART INI YA. KARENA VOTE ITU GRATIS GAK ADA RUGINYA 😄 (Btw kok jadi kayak Atta Halilintar sih:v)

OKE, next part selanjutnya yaaa❤

Jumat, 4 Mei 2019 😹

EVALARA [✔] Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu