"Terima kasih, ya, Kak," sahut Erlina . "Iya, adikku," ucap Steven seraya tersenyum hangat dan mengusap kepala Erlina sayang.

"Ih, nanti pacar kakak marah." Erlina menuruni tangan Steven yang berada di atas kepalanya. Steven pun terkekeh kecil.

"Sudah, ya. Aku ke kelas dahulu," pamit Erlina dengan kedua pipi yang sudah seperti kepiting rebus.

"Iya, adikku sayang," ledek Steven seraya menarik-turunkan kedua alisnya. Erlina yang melihat itu hanya bisa menggeleng-geleng kan kepalanya.

Steven menghubungi nomor yang tersimpan dengan nama, "Endless."

"Halo, aku sudah berada di parkiran kampusmu."

"Yang benar, By? Oke, aku ke situ, ya. Wait me."

"Hmmm ..." Steven pun mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

Bagaimana Endless bisa tahu jika Steven akan ke kampusnya? Ya, semalam Steven memberitahu kekasihnya itu. Jika Bogota university--tempat ia kuliah pun turut diundang untuk memberikan penilaian dalam perlombaan di Denver university. Yang tak lain adalah kampus kekasih dan adiknya sendiri.

"Sayang, aku datang," ucap seseorang yang baru saja datang dan langsung mengecup pipi Steven. Siapa lagi jika bukan Endless Richard, pacar baru Steven.

Mereka baru berhubungan satu Minggu yang lalu. Tahukah kalian siapa yang memulai hubungan terdahulu? Steven?, kalau kalian berpikir seperti itu, kalian sudah salah besar. Yang menyatakan cinta adalah Endless.

Flashback on.

One week ago.

"Selamat malam, Nona. Ada yang ingin dipesan?" tanya pelayan laki-laki muda yang bekerja di kedai burger itu.

"Hmm ... saya mau memesan burger cheese satu, dan ..."

"Dan apa, Nona?" tanya pelayan tampan itu  ketika perempuan itu tak kunjung melanjutkan perkataannya.  "Dan siapa namamu?" tanya perempuan itu, dengan kedua matanya yang tidak bisa mengedip melihat wajah pelayan yang mempesona itu.

"Eh, namaku, Nona?" sahut Pelayan itu dengan nada terkejutnya. Yang dibalas anggukkan cepat oleh perempuan itu.

"Namaku Steven William Jackson, Nona," ucap Steven. Ya, pelayan itu Steven. Dia memang bekerja di malam hari mulai pukul tujuh hingga sebelas malam.

"Perkenalkan namaku Endless Richard," ucap Endless seraya beranjak dari duduknya lalu mengulurkan tangannya.

"Steven." Steven membalas uluran tangan dari Endless. "Apa nona jadi memesan burger cheese nya?" tanya Steven

"Ya, jadi. Kau duduk di sini saja menemaniku," desak Endless. Ia menarik tangan Steven hingga terduduk. Sang empu yang diperlakukan seperti itu pun hanya mengedip-ngedipkan matanya tidak percaya.

"Permisi,"  panggil Endless pada pelayan laki-laki  yang sedang membersihkan meja. Pelayan itu pun menghampirinya.

"Ada apa nona?, dan kau Steven untuk apa kau di sini, berdiri!" protes Max, teman kerja Steven.

"Sudah diam, aku ingin memesan burger cheese  satu dan Steven, kamu suka apa?" tanya Endless"Ah tidak perlu, Nona. Saya harus bekerja lagi," terang Steven.

Sedangkan Max bukan sekali dua kali ia melihat Steven seperti ini, selalu didatangi perempuan cantik bak bidadari. Namun, entahlah, Steven itu bodoh atau buta, ia selalu menolaknya.

"Sudahlah, kau temani saja nona ini, Stev." Steven menatap Max dengan sorotan tajamnya. Sedangkan orang yang diperlakukan seperti itu, ia hanya tersenyum miring.

"Dan kau ingin pesan apa?" ledek Max.  "Stev, kau mau apa?" timpal Endless.

"Baiklah, aku samakan saja dengan nona ini, Max," jawab Steven pasrah.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka pun datang. "Steven, apa kamu sudah memiliki pacar?" tanya Endless membuka pembicaraan.

"No."

"Apa aku boleh meminta nomormu?" tanya Endless lagi. "Mana ponselmu," sahut Steven. Endless pun memberikan ponsel nya yang ada di atas meja.

"Ini." Steven seraya memberikan ponsel Endless yang sudah ada nomornya di dalam sana.

"Terima kasih,"  ucap Endless dengan senyuman lebarnya.  "Hmm "

"Apa kau mau berkencan denganku?" tanya Endless tanpa merasa malu sedikit pun.

" ... " Steven pun mengalihkan pandangannya dari burger yang ia makan pada Endless.

Flashback off

"Ih, apaan sih," protes Steven seraya mendorong kening Endless pelan ketika ia hendak mengecup pipinya sembarangan.

"Hufft ..., ayo kita ke lapangan. Sudah mau mulai lombanya," ajak Endless seraya menarik lengan Steven tidak sabaran.

"Iya, ayo." Steven pun turun dari motor ninja nya. Endless  menggenggam tangan Steven erat. Seakan tidak ingin kekasihnya itu pergi.

🗽🗽🗽


Erlina duduk di kursi yang sudah disediakan untuk menonton lomba. Jantung Erlina seketika memompa lebih cepat dari biasanya. Bukan karena sedang berada di dekat Amarlic. Namun, Erlina akan mewakili kelompoknya untuk membuat suatu miniatur rumah.

Erlina pun mengambil ponselnya di slin bag  nya. Erlina berniat memainkannya, tetapi ia merasa jika ada yang duduk di sebelah nya.

Erlina memutuskan melihat siapa yang duduk tepat di sebelahnya, Mengapa jantungku berdetak sangat kencang, ada apa denganku? Amarlic, kalau kau tidak menyukaiku. Kenapa kau selalu saja membuatku seperti ini, batin Erlina.

Erlina pun berpura-pura memainkan ponselnya lagi. Padahal perasaannya begitu campur aduk. Tiba-tiba ponsel yang sedang dimainkannya itu pun beralih ke layar telepon, "Frans ..., " gumam Erlina. Ia pun mengangkatnya.

"Halo, Frans, ada apa?"

"Erlina, apakah kau bisa pergi bersamaku?"

"Aku sedang di kampus, Frans."

"Biasanya kau selalu mendapatkan kelas pada pukul sepuluh. Namun, ini baru jam sembilan kau sudah datang saja."

"Iya, aku ada lomba. Hmm ..., bagaimana jika kau datang kemari saja?"

"On the way, Lin. Wait for me, yes."

"Oke."

Erlina melirik Amarlic yang ternyata dia sedang memperhatikan dirinya. Ralat, lebih tepatnya ia memperhatikan ponsel Erlina.

"Amarlic, a---ada apa?" tanya Erlina memberanikan diri. "Kau masih berhubungan dengan Fransisco?" tanya Amarlic.

Perasaan aku yang bertanya, mengapa dia bertanya balik? Untung Amarlic tampan, kalau jelek, aku sudah membunuhnya sedari tadi. Hehe, tidak jadi deh, aku kan mencintainya, pikir Erlina. Ia pun terkekeh dengan pikirannya yang mengada-ngada.

"Kau kenapa?" tanya Amarlic tidak suka melihat Erlina yang tertawa sendiri. "Tidak,"jawab Erlina seraya menggelengkan-gelengkan kepalanya.

"Namun, kau dan dia masih sering bertemu, 'kan?" tanya Amarlic lagi yang membuat Erlina menatap Amarlic tidak percaya.

#ADA APA INI GUYS,KOK AMARLIC TAHU KALAU ERLINA SERING BERTEMU DENGAN FRANSISCO
#APA AMARLIC SELALU MEMBUNTUTI ERLINA?
#JANGAN LUPA VOTE AND COMENT, YA!

Ig: @au_thorsecret.
Fb: @Rain.
Follow akun author🌝
Makasih🙏

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now