FIFTY NINE

13.2K 1.6K 132
                                    

"Aku akan menghapus seluruh jejak bajingan-bajingan itu."

Klik

Persis saat aku nyaris saja harus menjatuhkan diri karena harus kehilangan keseimbangan akibat Si Kim yang mendorongku tanpa kekuatan dan hanya bermodalkan gravitasi yang menarik ke belakang karena dia terus mendekatkan tubuhnya, aku mendorongnya saat listrik mendadak mati.

Tidak, jangan bayangkan ini tanpa disengaja. Ini adalah ulah Mark yang melakukan hack atau semacamnya karena aku bahkan sudah memastikan pintunya sekalipun mengandalkan listrik. Sungwoon mungkin sudah mulai masuk dan aku harus segera menemuinya. Aku sempat mendengar suara Taehyung yang meringis akibat doronganku, entah dia terjatuh ke belakang atau bagaimana karena dengan cepat aku berusaha segera menguasai kegelapan dan mengambil tasku di meja. Sialnya, ruangan ini terlalu besar hingga aku perlu usaha ekstra untuk meraba.

"Han, Haneul."

Ketakutan berbaur dengan rasa lega karena aku bisa mengetahui dimana Taehyung berada dan dapat berusaha menjauhi suaranya. Namun ujianku nyatanya terlampau sulit karena butuh sedikit waktu untuk pergi ke pintu. Tidak hanya sekedar meraba, aku harus hati-hati bahkan untuk mengendalikan suara nafasku sendiri.

Ini butuh waktu yang sedikit lebih lama.

Keheningan yang mencekam dan perasaan takut semakin menyeruak saat cahaya dari luar mulai membantu dan mataku mulai terbiasa pada kegelapan, aku yakin pasti ia juga merasakan hal yang sama. Dalam keadaan merangkak dan waspada aku berusaha meraih pintu. Mengapa ia tidak bersuara lagi?

Aku bisa merasakannya, besi yang bersentuhan dengan kulitku. Rasanya memegang kenop pintu seperti memegang piala champion, jika saja selanjutnya aku tak merasakan kulit yang lain telah menyentuh ujung dress ku. Bulu kudukku merinding sejenak dan ketakutanku terkabul.

"Apa yang kau lakukan, hum?"

Suaranya terasa berat dan mengintimidasi, didukung penerangan yang minim aku merasa auranya semakin gelap. Aku berusaha menepis tangannya namun ia malah menangkap itu dan menuntunku untuk bangkit.

"Lepaskan."

"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?"

"Apa maksudmu?"

Taehyung tidak berkata apapun sampai aku merasa sedikit silau karena ia ternyata mengambil handphone dari sakunya dan menyalakan flash.

"Gedungku ini canggih dan mati listrik bukanlah hal murahan yang lumrah terjadi. Sistem dan keamanan kami tidak mudah diotak-atik kecuali ada yang berusaha melakukan sesuatu dan merusak itu." Taehyung sempat berhenti sembari mendekatkan cahaya itu ke wajahnya, entah seperti menambah mode menakutkan atau apa, ia menyipitkan matanya. "Kau terlalu bodoh atau bagaimana, gerak gerikmu jelas sekali menunjukkan bahwa kau itu sedang melakukan sesuatu."

"Aku tidak mengerti maksud ucapanmu," sergahku, sekali lagi dengan usaha melepaskan pergelangan tangan yang masih saja setia dalam cengkeramannya. Dia makin kuat ngomong-ngomong.

"Hanya bermodalkan keras kepalamu itu, kau pikir kau bisa lepas dariku."

Taehyung kini menarikku semakin kasar, kupikir ia akan melakukan sesuatu namun nyatanya ini jauh lebih menakutkan. Ia menarikku ke arah balkon. Gila, ia akan membunuhku?

Tepat. Gordennya bahkan bergerak saat Taehyung menggeser jendela besar dan angin yang kini ikut menusuk pada kulitku, rasanya dingin.

"Kau lihat di bawah sana, tinggi sekali bukan. Kau bisa bayangkan jika kau melayang dari atas sini dan isi kepalamu tergeletak di bawah sana?"

"Kau ingin membunuhku? Silahkan, aku tidak perduli."

Taehyung terdiam, ia mematikan flash pada ponselnya dan memasukkannya ke dalam sakunya. Ia memandangiku beberapa saat, aku pun tak ingin kalah dan melakukan hal yang sama. Sialnya, tubuhku terasa diserang sesuatu tatkala darahku berdesir hebat.

HOUSEMATE ✔Where stories live. Discover now