FIFTY ONE

21.1K 2.2K 456
                                    

Aku masih mendapatinya di sebelahku, tertidur polos, seperti bayi. Lelap sekali. Tahi lalat di ujung hidungnya itu mencuri perhatianku sejak dulu. Aku tidak bisa menahan telunjukku untuk tidak menyentuh itu. Sumpah, aku kegirangan sendiri setelah melakukan itu. Seperti sebuah cita-cita yang akhirnya tercapai.

Berikutnya aku pindah ke bibirnya yang maju sehingga tampak lebih tebal dari biasanya. Jari jempol dan telunjukku mencapitnya karena gemas, kemudian tertawa sendiri lagi seperti orang kurang waras.

Aku memindahkan kedua tanganku ke balik kepala, mengambil posisi ternyaman untuk menikmati pemandangan paling indah seumur hidupku. Memandangi kekasihku yang sedang tertidur. Wajahnya bak pahatan tanpa celah yang diberi nafas dan hidup untuk menjadi nyata. Aku bahkan masih tidak percaya jika aku memilikinya. Aku bahagia, teramat sangat bahagia. Tanganku pindah lagi untuk mengusap-usap pipinya, sementara wajahku bisa dipastikan tidak bisa berhenti mengukir senyum. Aku mungkin sudah gila.

Cup

Tidak salah kan mencium pacar sendiri? Meski setelah itu aku malu pada diriku sendiri karena seperti seseorang yang baru saja melakukan perbuatan cabul. Tetapi aku ingin mengulanginya sekali lagi. Aku kembali memberanikan diri untuk menciumnya selama sedetik, meski pada akhirnya aku mengulanginya beberapa kali. Saat aku memutuskan untuk melakukannya terakhir kali, kurasakan bibir itu malah bergerak dan mengigit milikku.

"Nakal," katanya dengan mata yang terbuka, suaranya terlampau rendah hingga membuat perutku geli.

Sumpah aku malu luar biasa. Aku menunduk berharap tidak bertemu matanya, namun selanjutnya ia malah mengecup bibirku berkali-kali. Dan berakhir dengan menarikku ke dalam pelukannya.

"Selamat pagi pacar Taetae."

"Kau yakin ini masih pagi?"

Kurasakan kepalanya sedikit bergerak lalu ia bersuara lagi. "Hum, masih jam tujuh pagi. Astaga, ini termasuk bangun paling pagiku."

"Iya. Karna kau akan menjadi babi jika sudah tidur."

Ia pura-pura menjitak kepalaku. "Lalu siapa suruh kau mengganggu babi yang sedang tidur hum." Ngomong-ngomong, aku cukup terpengaruh karena suara beratnya ketika bangun tidur seperti sekarang berada tepat di atas kepalaku.

"Aku tidak mengganggu."

"Hum?" Ia melepas pelukannya sebentar, lalu menarikku naik ke atas bantal hingga wajah kami menjadi sejajar. Wajah kami tepat berada dalam satu garis secara berhadapan. "Kau belum menjawab morning call ku."

"Um, selamat pagi juga," jawabku secara cepat, berharap acara tatap-tatapan ini segera berakhir.

"Apa?"

"Apa?"

"Selamat pagi apa?"

"Taehyung."

"Taehyung sayang, begitu dong."

"Terserahmu."

"Hahaha. Kau lucu sekali. Benar-benar kitten. Dibanding saat kau masih memegang identitas menjadi seorang pria, kau benar-benar galak seperti anjing penjaga."

Aku menyikut perutnya hingga ia terkekeh dengan senyum kotaknya. Dan kenapa sih dia harus membahas kitten, itu membuatku jauh lebih kehilangan muka lagi jujur.

"Tae, aku mau bertanya sesuatu."

"Wah, kupikir yang tadi malam sudah selesai. Ternyata banyak juga yang ingin kau tanyakan, katakan apa itu."

"Tadi malam itu, Sujeong, maksudku Ryu Sujeong, bukankah gadis itu sama dengan yang kau bawa malam itu sebagai hadiahku? Atau, apa aku salah dengar?"

HOUSEMATE ✔Where stories live. Discover now